• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Acuan (KA)

Dalam dokumen EKOLOGI-dan-LINGKUNGAN-HIDUP.pdf (Halaman 172-178)

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

E. Teknik Analisis Dampak

3. Kerangka Acuan (KA)

Karangka acuan (KA) ialah uraian tugas yang harus dilaksanakan dalam studi ANDAL. Kerangka acuan dijabarkan dari pelingkupan sehingga KA memuat tugas-tugas yang relevan dengan dampak penting. Dengan KA yang demikian itu studi ANDAL menjadi terfokus pada dampak penting. Karena KA didasarkan pada pelingkupan dan pelingkupan mengharuskan adanya identifikasi dampak penting maka pemrakarsa haruslah mempunyai kemampuan untuk melakukan identifikasi dampak penting itu, baik sendiri ataupun dengan bantuan konsultan.

Dalam studi ANDAL dilakukan pula identifikasi dampak. Jika pelaksana ANDAL adalah konsultan yang membantu pemrakarsa dalam penyusunan KA, tidaklah akan terjadi perbedaan antar dampak penting yang diidentifikasinya dengan yang tertera dalam KA. Tetapi jika konsultannya lain, dapatlah terjadi bahwa dalam proses identifikasi dampak itu dapat terjadi teridentifikasinya dampak penting yang tidak termuat dalam KA. Dalam hal ini konsultan ANDAL seyogyanya merundingkan dengan pihak pemrakarsa agar dilakukan

pekerjaan- tambah. Sebaliknya juga dapat terjadi adanya dampak yang semula dianggap sebagai penting dan karena itu dimuat dalam KA, tetapi kemudian ternyata tidak penting. Dalam hal ini seyogyanya diusulkan untuk dilakukan pekerjaan-kurang. Karena menurut Kepmen tentang KA harus disetujui oleh instansi yang berwenang, maka baik dalam hal pekerjaan-kurang maupun pekerjaan-tambah persetujuan haruslah bersifat resmi yamg disetujui tidak saja oleh pemrakarsa, melainkan juga oleh instansi yang berwenang.

ANDAL

Dalam studi ANDAL, hanya diprakirakan yang dievaluasi dampak penting yang teridentifikasi dalam pelingkupan dan tertera dalam KA, sehingga penelitian ANDAL terfokus pada dampak penting saja. Dampak yang tidak penting diabaikan. Dengan penelitian yang terfokus perhitungan untuk memprakirakan besarnya dan pentingnya dampak juga menjadi terbatas. Besarnya dampak haruslah dapat diprakirakan dengan menggunakan metode yang sesuai dalam bidang yang bersangkutan.

Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan,

Sementara orang menganggap ruang lingkup AMDAL hanyalah sampai pada prakiraan besarnya dan pentingnya dampak (Munn, 1979). Dalam laporan AMDAL hasil dalam batas ini sudah dianggap. Pembatasan ini tidak tepat, sebab dapat saja terjadi dampak negatif yang besar dan penting, namun apabila tersedia teknologi yang dapat mengatasinya dengan biaya yang murah, proyek tersebut sudah selayaknyalah dapat disetujui. Untuk negara yang sedang berkembang pada umumnya dan Indonesia pada khususnya, hasil yang terbatas itu haruslah dianggap belum cukup. Di Amerika Serikat pun untuk menangani dampak negatif harus dirumuskan dalam laporan (Clark et al., 1978). Hal ini mengingat pihak pemrakarsa dan intansi pemerintah yang berwewenang ingin mengetahui bagamana dampak itu dapat dikelola, yaitu cara untuk memperbesar dampak yang positif dan cara untuk memperkecil dampak yang negatif. Dalam arti yang lebih luas pemrakarsa dan pemerintah ingin mengetahui cara mengelola lingkungan proyek

pembangunan yang bersangkutan. Pengetahuan tentang pengelolaan dampak juga diperlukan sebagai masukan untuk menghitung nisbah manfaat/biaya ekonomi dan untuk memuat rancang bangun proyek.

Di Indonesia PP 51 tahun 1993 memisahkan AMDAL dari perencanaan pengelolaan lingkungan dan perencanaan pemantauan lingkungan, namun ketiganya disajikan sekaligus oleh pemrakarsa kepada instansi yang bertanggung jawab. Pemisahan RKL dari RPL sebenarnya tidaklah tepat. Sebab pemantaun adalah bagian pengelolaan lingkungan sehingga sistematik yang lebih tepat ialah rencana pengelolaan lingkungan yang terdiri atas rencana penanganan dampak dan rencana pemantauan lingkungan.

Rencana pengelolaan lingkungan bukanlah merupakan rancangbangun/ rekayasa (engineering design) penanganan dampak, melainkan menguraikan prinsip dan persyaratan tindakan yang harus diambil dalam penanganan dampak. Misalnya, pada sebuah sungai yang akan dibendung, telaah ANDAL menemukan sejenis ikan yang bermigrasi ke hulu/hilir sungai. Ikan tersebut memiliki nilai ekonomi yang penting atau/dan terancam kepunahan. RKL menyarankan dibangunnya tangga ikan (fish ladder) untuk menangani dampak terhalangnya migrasi ikan oleh bendungan. Saran tersebut haruslah merinci prinsip tangga itu dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh tangga itu, misalnya kemiringan tangga, volume dan kecepatan air dalam tangga, jarak antara anak tangga dan tinggi anak tangga, serta acuan kepustakaan yang memuat rancangbangun dan konstruksi tangga ikan yang telah dibuat di tempat lain.

Rincian dan acuan tersebut harus mengandung cukup informasi untuk dapat dibuatnya rancangbangun tangga ikan dibendungan yang sedang direncanakan. Jelaslah pelaksana telaah ANDAL bukanlah konsultan rekayasa (engineering consuntant) melainkan memberikan masukan kepada konsultan rekayasa tentang bangunan tersebut. Hal ini menunjukan lagi perlunya keterpaduan antara ANDAL dengan telaah kelayakan rekayasa dan telaah kelayakan ekonomi.

Dalam pengalolaan lingkungan, pemantauan merupakan komponen yang esensial. Pemantauan diperlukan sebagai sarana untuk memeriksa apakah persyaratan lingkungan

dipatuhi dalam pelaksanaan proyek. Informasi yang didapatkan dari pemantauan juga berguna sebagai peringatan dini, baik dalam arti positif maupun negatif tentang perubahan lingkungan yang mendekati atau melampaui nilai ambang batas serta tindakan apa yang perlu diambil. Juga untuk mengetahui apakah prakiraan yang dibuat oleh ANDAL sesuai dengan dampak yang terjadi. Karena itu pemantauan sering juga disebut post-audit dan berguna sebagai masukan untuk memperbaiki ANDAL dikemudian hari dan untuk perbaikan kebijakan lingkungan. Seperti halnya metode prakiraan dampak, metode untuk pengelolaan dan pemantauan dampak juga harus kita pinjam dari bidang yang bersangkutan atau harus kita kembangkan sesuai dengan kaidah bidang yang bersangkutan.

4. Pelaporan

Pada umumnya laporan terdiri atas tiga bagian, yaitu ringkasan eksekutif (executive summary), laporan utama (main report) dan lampiran (appendix). Pembagian laporan dalam tiga bagian dimaksudkan untuk dapat mencapai dua sasaran kelompok pembaca. Sasaran pertama ialah para pengambil keputusan pada pihak pemrakarsa maupun pemerintah yang berkepentingan dengan proyek tersebut. Para pengambil keputusan ini membutuhkan waktu untuk mempelajari laporan yang terinci. Tetapi memang tugas mereka tidaklah untuk melihat rincian, melainkan untuk melihat pokok-pokok permasalahan. Bagi mereka diperuntukkan ringkasan eksekutif. Laporan ini singkat dan berisi pokok permasalahan, cara pemecahannya dan rekomendasi tindakan yang harus diambil. Bahasa laporan harus sederhana dan mudah dimengerti, juga perlu dengan tabel atau grafik ringkasan. Panjang laporan sekitar 10 halaman dan seyogyanya tidak lebih dari 20 halaman.

Laporan utama diperuntukan bagi para pelaksana proyek dan teknisi yang memerlukan keterangan terinci. Laporan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik isi maupun format, dengan bahasa yang harus dapat dimengerti dengan mudah oleh pakar dalam bidang yang berbeda-beda. Hal ini mengingat AMDAL bersifat lintas sektoral dan harus dipelajari oleh pakar dalam berbagai bidang. Suatu tantangan dalam metode penulisan laporan ialah untuk memuat bagian-bagian dalam berbagai bidang menjadi satu

kesatuan yang koheren,yaitu terintegrasi. Sering terjadi, penelitian AMDAL yang bersifat multidisiplin menghasilkan laporan yang terdiri atas bab-bab dalam berbagai bidang yang berdiri sendiri-sendiri. Disini pula letak tidak terintegrasinya ANDAL dengan RKL dan RPL.

Dalam dokumen EKOLOGI-dan-LINGKUNGAN-HIDUP.pdf (Halaman 172-178)