• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Kerangka Berfikir

Landasan filosofis Kurikulum 2013 tidak ditetapkan dan ditulis secara eksplisit91 memilih cabang filsafat mana dan aliran

91 Dalam kerangka dasar Kurikulum 2013 menyebutkan, ―…pada dasarnya tidak ada satupun filsafat pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia

filsafat mana, bahkan tidak menyebutkan Pancasila sebagai landasan filosofis Kurikulum 2013. Memang dalam hal ini tampaknya dalam praktik secara langsung tidak menimbulkan masalah, tetapi dengan tidak digunakannya landasan filosofis ini kebijakan dan putusan yang diambil para pemangku kewenangan sangat mungkin berubah-ubah tanpa dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini bisa terjadi karena multitafsir yang diakibatkan oleh landasan filosofis yang masih implisit, sebagaimana Kneller92, Ozmon dan Craver93, menyebutkan bahwa permasalahan-permasalah kurikulum terjadi karena belum kokohnya landasan filosofis yang dimilikinya. Oleh sebab itu, pentingnya pemikiran filsafat pendidikan, khususnya yang menyangkut hakikat, akan dapat memberikan pegangan yang relative kokoh dan tahan lama.

Pemikiran filsafat yang tepat dalam melihat Kurikulum 2013 ini adalah filsafat pendidikan Islam. Ada tiga alasan dasar penulis, yaitu karena; a. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis karakter (character based curriculum)94 dalam filsafat pendidikan Islam istilah yang erat hubungannya dengan hal tersebut adalah falsafah al-akhlâqiyyah; b. Kurikulum 2013

yang berkualitas…‖. Lihat Lihat salinan Lampiran Permendikbud No. 67 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum SD/MI , Lihat salinan Lampiran Permendikbud No. 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum SMP/MTs, dan Lihat salinan Lampiran Permendikbud No. 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum SMA/MA/SMK/MAK. hlm. 4

92 Kneller, George F. Foundations of Education. (New York: John Willey & Son Inc., 2000), hlm. 45

93 Howard A. Ozmon, et al., Philosophical and Foundations of Education, (New Jersey: Prentice-Hall, Inc, 1995), hlm. 94.

94 Farid Hasyim, Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Filososfi Pengembangan Kurikulum Transformantif Anatara KTSP dan Kurikulum2013, (Malang: Madani, 2015), hlm.vii

adalah kurikulum yang berbasis kompetensi (competency based curriculum)95 dalam filsafat pendidikan Islam istilah yang erat hubungannya dengan hal tersebut adalah falsafah al-insâniyyah;

dan c. Masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam kurang lebih 87 persen96.

Selain sebagai alasan penulis, tiga poin tersebut juga sekaligus bertujuan untuk menyelamatkan bangsa Indonesia dimasa depan yang dimulai dari kurikulum yang religius dan berkualitas. Sebab, jika kurikulum sebagai sistem pendidikan rusak maka generasi bangsa Indonesia pun akan rusak. Hal ini sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (falsafah al-hadhâriyyah).97

Meskipun Kurikulum 2013 melakukan revitalisasi dan penekanan pada karakter dan kompetensi sebagaimana dijelaskan di atas, namun perlu diukur sejauh mana dua hal ini (karakter dan kompetensi) dikembangkan dalam komponen-kompenen yang membangun Kurikulum 2013. Hal ini, Islam melalui filsafat pendidikannya (falsafah al-tarbawiyyah) sangat konsen memperhatikan tentang pendidikan karakter (akhlâq)

95 Mulyasa, Pengembangan dan Emplementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), Cet. ke-8, hlm. 7

96 Deden Makbuloh, Pendidikan Islam dan Sistem Penjaminan Mutu, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 20016), hlm. 3

97 Lihat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam Nomor: 481 Tahun 2015 Tentang Penetapan Madrasah Yang Mengimplentasikan Kurikulum 2013

dan kompetensi (fithrah), sehingga filsafat pendidikan Islam98 sangat sesuai dijadikan sebagai ‖timbangan‖ dalam menilai Kurikulum 2013.

Ada beberapa teori filsafat pendidikan Islam yang bisa yang bisa dijadikan dasar dalam menilai Kurikulum 2013 ini, antara lain:

1. Hakikat pengertian Kurikulum 2013 sebagai kurikulum nasional, tidak jauh berbeda dengan pengertian kurikulum pendidikan Islam. Menurut Omar Mohammad Al-Toumy A-Syaibâny99, kurikulum adalah suatu jalan terang yang dilalui pendidik terhadap anak didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka. Senada dengan UU. No. 20 Tahun 2003 yang pada pasal 35100, kurikulum nasional mengamanahkan lulusan itu mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.

98 Filsafat Pendidikan Islam adalah pengetahuan tentang sistem berfikir kritis, sistematis, logis, dan radikal tentang metode, pendekatan, pola, dan berbagai model pendidikan yang islami yang diterapkan secara formal atau non formal, baik di sekolah, di keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Kata ―Islam‖ sebagai sifat dari filsafat. filsafat pendidikan Islam mengusung konsep-konsep abadi, seperti tauhid, ilmu, fitrah, akhlak, khalifah, dan sebagainya. Lihat Fazlur Rahman, Islam and Modernity, Transformation of an Intellectual Tradition, (Chicago: The University of Chicago Press, 1982), hlm. 60. Dan lihat juga Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), hlm. 2

99 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktik, cet ke-I, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 147

100 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB IX Pasal 35 ayat 1, (Jakarta:

Dharma Bakti, 2003), hlm. 12. Dan lihat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, BAB I Pasal 1 ayat 4, hlm. 1

Dan Abudin Nata101 mendefinisikan Kurikulum ialah rencana atau bahasan pengajaran, sehingga arah kegiatan pendidikan menjadi jelas dan terang.

2. Perkembangan Kurikulum 2013 merupakan hasil perumusan falsafah dan dasar filosofis pendidikan di Indonesia adalah Pancasila, sedangkan ontologis pancasila sangat kental dengan konsep Islam sebab perumus pancasila adalah para ulama‘ dengan hasil ijtihad mereka. Hal ini memungkinkan ada pengaruh Islam yang sangat kuat dalam memahami Kurikulum 2013, teori filafat pendidikan Islam yang sangat berkaitan adalah:

a. Falsafah al-tarbiyyah, Menurut Muzayyin Arifin102, Falsafah al-tarbiyyah adalah konsep berpikir tentang kependidikan yang bersumberkan atau berlandaskan ajaran-ajaran agama Islam tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan, serta dibimbing menjadi manusia Muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam. Dan menurut Muhammad Jawwad Ridha103, aliran utama

101 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2010), hlm. 121.

102 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), Cet. I, hlm. ix

103 Muhammad Jawwad Ridla, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam : Perspektif Sosiologis-Filosofis, Terj.Mahmud Arif, (Yogyakarta:

Tiara Wacana Yogya, 2002), 74-75. Lihat juga Muhammad Jawwad Ridla dalam Abd Rachman Assegaf Abd. Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam Hadharah Keilmuan Tokoh Klasik Sampai Modern, (Jakarta: RajaGrafindo, 2013), hlm. 56-60. Dan baca juga Mahmud Arif,

pemikiran filsafat pendidikan Islam dalam tiga aliran yaitu pertama, aliran dîniy

al-„muhâfizh (religius-konservatif) erat hubungannya dengan tugas manusia sebagai

‟âbid, kedua, aliran al-dîniy al-„aqlâniy (religious-rasional) erat hubungannya dengan tugas manusia sebagai ‟imâraħ fî al-ardh, dan ketiga, aliran al-dzarâi‟iy (pragmatis instrumental) erat hubungannya dengan tugas manusia sebagai khalîfaħ. Tiga aliran tersebut sebagai pisau menganalisis empat komponen Kurikulum 2013 yaitu SKL, Isi, Proses dan Penilaian. Dan keterkaitan tersebut tergambar dibahwah ini:

dalam ―Pengantar Penerjemah‖ Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam:

Perspektif Sosiologis-Filosofis karya Muhammad Jawwad Ridla, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002). hlm. 56-78

’imâraħ fî al-ardh khalîfaħ

’âbid

al-dzarâi‟iy al-dîniy al-„aqlâniy

al-dîniy al-„muhâfizh

Mikrokosmos Makrokosmos Metakosmos

b. Falsafah al-Insâniyyah, yaitu pemikiran tentang hakikat manusia. Jalaluddin104, mengakumulasikan ada tujuh terminologi yang digunakan al-Qur‘an untuk menunjuk manusia, yaitu ‗Abdullah, Bani Adam, al-Basyar, al-Insân, al-Ins, al-Nâs dan Khalifatullah. Tujuh terma tersebut secara spesifik akan melihat SKL Kurikulum 2013 yang menjadi inti perubahan Kurikulum 2013. Selain itu, toeri yang relevan adalah tentang taksonomi pendidikan Islam.

c. Falsafah al-Akhlâqiyyah, yaitu pemikiran tentang pendidikan etika, moral dan akhlak.

Menurut Amril M.105, akhlak dalam perspektif etika Islam adalah perilaku akhlak aktual yang hidup dalam diri seseorang setelah adanya upaya terus-menerus menumbuh kembangkan perilaku akhlak potensial yang telah Allah SWT anugerahkan kepadanya, sehingga ia hadir dalam bentuk tindakan-tindakan.106 Sedangkan menurut Assegaf107, etika Islami mempunyai karakteristrik sebagai berikut: pertama, etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia

104 Jalaluddin, Filsfat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), Cet. II, hlm. 79

105 Amril M., Akhlak Tasawuf, Meretas Jalan Menuju Akhlak Mulia, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2015), Cet. ke-1, hlm. 3

106 Lihat juga Qs. Al-Hijr ayat 29 dan Qs. An-Nahl ayat 78

107 Abd. Rahman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), hlm. 246

kepada tingkahlaku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk; kedua, etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik buruknya perbuatan, didasarkan pada ajaran Allah Swt.108; ketiga, etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh ummat manusia disegala waktu dan tempat; keempat, etika Islam mengatur dan mengarahkan fithrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia. Dan menurut Mauhaimin109, bahwa etika Islami bersandar pada tuntunan wahyu berupa al-Qur‘an dan Hadits serta tidak mengesampingkan akal pikiran manusia dan adat istiadat setempat, jadi sosio-antroposesntris. Sebaliknya, moral sekuler hanya menggunakan rasio dan budaya (antroposentris), dan mengesampingkan nilai-nilai ketuhanan.

3. Kurikulum 2013 mengalami pengembangan yang segnifikan pada empat komponen yaitu, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Peoses dan Standar Penilaian. Dalam melihat SKL maka teori

108 Etika Islami berpedoman pada tuntunan wahyu Ilahi dab sabda Nabi Muhammad Saw., tanpa menghilangkan peran manusia didalamnya.

Lihat Qs. Al-Baqarah [2]: 219 dan Qs. Al-Maidah [5]:90.

109 Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filososfis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 176-177

yang menjadi dasar dalam filsafat Islam adalah taksonomi Pendidikan Isam. Standar Isi dapat dilihat dengan paradigma ilmu-ilmu Islami baik dengan teori taskhir Nurkholis Madjid atau teori teo-antroposentris. Standar Proses akan dilihat dengan falsafah al-akhlâqiyyah, pilar-pilar pendidikan Islam dan filosofi iqra‟. Dan pada Standar Penilaian dapat dilihat dengan pandangan khadarah al-Nash, al-ilm dan al-falâsifah.

Beberapa teori filsafat pendidikan Islam di atas, akan menjadi pisau analisis dalam melihat Kurikulum 2013. Bagi penulis teori tersebut sangat relevan dalam menggali kurikulum ini sehingga Kurikulum 2013 akan difahami lebih mendalam dan dapat meminimalisir pro dan kontra yang sudah terjadi sejak diberlakukan kurikulum ini. Sebab banyak pemikir yang kurang sependapat dengan model kurikulum tematik dalam konsep Kurikulum 2013. Padahal istilah tematik dalam ilmu tafsir sudah dianggap yang paling baik dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur‘an. Dalam ilmu tafsir tematik ditempatkan sebagai salah satu metode tafsir. Bertolak dari masalah sosial, kemudian dipecahkan berdasarkan makna yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur‘an secara menyeluruh dalam satu tema yang sama.

Hal ini akan menghasilkan pemahaman yang komprehensif untuk menjawab masalah-masalah sosial yang terus muncul dalam kehidupan manusia. Akan tetapi, ketika digunakan istilah tematik dalam Kurikulum 2013 menjadi bermasalah pada bidang keilmuan110. Contoh permasalahan tersebut perlu dicarikan

110 Para guru harus menguasai semua ilmu, agar menyatukan dalam satu tema , inilah yang menjadikan guru mengeluh, kesulitan dan keberatan

solusi, maka filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan Islam memungkinkan bisa memberikan jawabannya melalui dasar-dasar agama Islam dan teori-teori para ilmuan pendidikan Islam.

Teori dan ilustrasi tersebut di atas, menunjukkan bahwa pentingnya mendudukkan filosofis yang terkandung dalam sebuah kurikulum agar operasionalnya jelas, sehingga pendidikan tersebut dapat mewujudkan kader-kader yang dibutuhkan bangsa, siap bersaing dalam membagun peradaban yang maju secara keagamaan, keilmuan, sosial-ekonomi dan budaya. Kesemuanya selaras dengan cita-cita Islam, sejalan dengan semangat dan jiwa Islam yang termaktub dalam al-Qur‘an dan al-Hadits.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research111) yaitu pengumpulan datanya dilakukan dengan cara menghimpun data dari berbagai literatur, yaitu berbagai buku dan jurnal yang membahas tentang Kurikulum 2013 dan filsafat pendidikan Islam serta beberapa kebijakan pemerintah yang relevan.112 Penelitian ini merupakan tipe penelitian kualitatif tentang masalah aktual. Penelitian filsafat jenis ini menggunakan objek material masalah aktual yang

dengan Kurikulum 2013. Guru IPA harus mengusai bahasa Indonesia, guru Bahasa Indonesia harus menguasai IPA.

111 Library Research yaitu bentuk pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bahan yang ada di perpustakaan berupa; arsip, dokumen, majalah, buku, dan materi pustaka lainnya, dengan asumsi bahwa yang diperlukan dalam pembahasan ini terdapat di dalamnya. Lihat Kaelan.

Metode Penelitian Kualitatif bidang Filsafat. (Yogyakarta : Paradigma, 2005), hlm. 292

112 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 1993), hlm. 31.

sedang dihadapi manusia dewasa ini dan objek formal cabang filsafat yaitu filsafat pendidikan Islam.113

Ruang lingkup perpustakaan tidak sebatas yang telah tersebut tetapi juga media elektronik di antaranya internet dan cyber-library. Cara tersebut dimaksud untuk mendapatkan informasi dari sumber yang lebih luas. Juga untuk menggali informasi yang lebih tua daripada yang lebih umum dituntut dalam penelaahan kepustakaan, dan banyak juga menggali bahan yang tak diterbitkan yang dikutip dalam bahan acuan buku.114

Sumber data penelitian ini terbagi dua yaitu: data primer dan sekunder. Data primer, yaitu data yang dijadikan rujukan utama dalam penelitian ini. Sumber yang dijadikan sebagai data primer adalah UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003115, PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, PP No. 32 tahun 2013 tentang Perubahan Standar Nasional Pendidikan, dan PP No. 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Standar Nasional Pendidikan, Permendikbud dan KMA yang menjadi pedoman Kurikulum 2013116. Dan data sekunder, yaitu berupa

113 Kaelan. Metode Penelitian Kualitatif bidang Filsafat.

(Yogyakarta : Paradigma, 2005), hlm. 292

114 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta, Rajawali, 1988), 18

115 Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, [Online].

Tersedia di,http://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf, [Download], 18 November 2016

116 Pedoman dan Regulasi Kurikulum 2013 (Permendikbud dan Dikdasmen); Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk, Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses, Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Penilaian, Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 Tentang KD dan Kurikulum SD-MI, Permendikbud

buku, artikel atau jurnal yang menunjang penelitian ini terutama buku-buku yang berbicara tentang Filsafat Pendidikan Islam dan Kurikulum 2013.

Penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumenter (metode dokumentasi117). Teknik

Nomor 68 Tahun 2013 Tentang KD dan Struktur Kurikulum SMP-MTs, Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 Tentang KD dan Struktur Kurikulum SMA-MA, Permendikbud Nomor 70 Tentang KD dan Struktur Kurikulum SMK-MAK, Permendikbud Nomor 71 tahun 2013 Tentang Buku Teks Pelajaran Layak, Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada Dikdas dan Dikmen, Permendikbud No.

160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan KTSP dan Kurikulum 2013 sampai dengan tahun pelajaran 2019/2020, Permendikbud Nomor 020 Tahun 2016 No. 020 Tentang SKL Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendikbud Nomor 021 Tahun 2016 Tentnag Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendikbud Nomor 022 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendikbud Nomor 023 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian , Permendikbud Nomor 024 Tahun 2016 Tentang KI-KD Kurikulum 2013, Surat Edaran Kemendikbud Tahun 2014 Tentang Sekolah yang Melaksanakan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013, dan Peraturan Bersama Dirjen Dikdas dan Dirjen Dikmen No. 5496/C/KR/2014 dan No. 7915/D/KP/2014 Tentang Pemberlakuan KTSP dan Kurikulum 2013.

Dan Pedoman dan Regulasi Kurikulum 2013 Madrasah (KMA-Dirjen Pendis); KMA No. 117 Tahun 2014 Tentang Implementasi Kurikulum 2013 di Madrasah, KMA Nomor 165 Tahun 2014 Tentang Pedoman Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelaharan PAI dan Bahasa Arab, KMA Nomor 207 Tahun 2014 Tentang Kurukulum Madrasah, SK Dirjen Pendis No. 2676 Tahun 2013 Tentang Kurikulum 2013 Mata Pelajaran PAI dan Bahasa Arab di Madrasah SK Dirjen Pendis No. 481 Tahun 2015 Tentang Penetapan Madrasah Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013, SK Dirjen Pendis No. 3932 Tahun 2016 Tentang Penetapan Madrasah Pelaksana Kurikulum 2013 TP. 2016-2017, Surat Edaran Dirjen Pendis No:

SE/DJ.I./PP.00.6/1/2015 Tantang Menindak Lanjuti KMA 2017 Tahun 2014 tentang Kurikulum Madrash, dan Surat Edaran Dirjen Pendis 8 Desember 2014 Tantang Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Madrasah.

117 Metode Dokumentasi, yakni dilakukan dengan cara menghimpun dan menelaah data dari berbagai leteratur baik dari artikel, surat kabar,

buku-dokumenter adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip, dan termasuk buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.dalam penelitian kualitatif teknik ini merupakan alat pengumpul data yang utama.

a. Tahapan penelitian

1. Inventarisasi data: mengumpulkan dan menginventarisir semua data yang berhubungan dengan penelitian. Peneliti mengumpulkan berbagai data baik yang berupa sumber buku, naskah penelitian, dokumen, surat kabar, essai atau jurnal untuk dikaji lebih mendalam

2. Pemisahan dan klasifikasi data: memilah data yang telah diperoleh menjadi data primer, data sekunder dan data pendukung. Peneliti melakukan pemisahan dan klasifikasi data agar memudahkan dalam mengkaji penelitian.

3. Mereduksi data: dengan membuang data yang tidak perlu dan tidak terpakai yang tidak memiliki hubungan dengan penelitian.

4. Unitisasi data: yaitu mengunit-unitkan data sesuai dengan bab bahasan pada penelitian yang dilakukan.

5. Inferensi data: menganalisis semua data yang ada baik itu data primer maupun data sekunder dengan metode penelitian yang peneliti gunakan dalam rangka memperoleh kesimpulan akhir. Atau menganalisis data untuk mendapatkan temuan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis kemudian

buku dan jurnal yang berkaitan dengan objek penelitian dan dapat memberi informasi terhadap penelitian ini.

diuraikan kembali dalam bentuk tulisan yang sistematis.

6. Kesimpulan penelitian: akumulasi dari hasil analisis penelitian.

b. Analisa Data

Analisis data adalah proses mengolah data dengan cara mengorganisasikan data dan mengurutkan data ke dalam pola, kategorisasi, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan dan tafsiran tertentu dari tafsiran itu.118

Teknik analisis data kualitatif119 ini, penulis menggunakan metode analisis isi (Content Analysis120), dimana peneliti menjabarkan hasil penelitian yang berkaitan

dengan perkembangan Kurikulum 2013,

mengklasifikasikannya menurut bagian yang telah ditentukan untuk kemudian dicocokkan dengan literatur yang relevan. Selanjutnya ditelaah menurut pandangan filsafat pendidikan Islam. Adapun metode berpikir yang

118 Soetandoyo Wingjosoebroto, Pengolahan Dan Analisa Data, dalam Koentjoronigrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarat: PT.

Gramedia, 1977), hlm. 328

119 Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisir data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesisnya, mencari dan menemukan pola, menemukan yang penting dan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Lihat Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologi ke Arah Ragam Varian Kontemporer (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), hlm. 219

120 Content Analysis yaitu teknik analisis untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (Replicaple) dan sahih dengan memperhatikan konteksnya. Lihat Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif:

Aktualisasi Metodologi ke Arah Ragam Varian Kontemporer (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), hlm. 219

digunakan adalah metode berpikir deduktif121 ketika membahas tentang Kurikulum 2013, dan juga menggunakan metode berpikir induktif122 ketika membahas tentang filsafat pendidikan Islam.123

121 Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Dalam penalaran deduktif, dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut silogisme dan terdiri atas beberapa unsur yaitu: 1. Dasar pemikiran utama (premis mayor) 2. Dasar pemikiran kedua (premis minor) 3. Kesimpulan. Contoh:

Premis mayor : Semua siswa SMP kelas 7 wajib mengikuti kegiatan OSPEK.

Premis minor : Adi adalah siswa kelas 7 SMP. Kesimpulan : Adi wajib mengikuti kegiatan OSPEK. Contoh di atas merupakan bentuk penalaran deduktif. proses penalaran itu berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, generalisasi sebagai pangkal tolak. Kedua, penerapan atau perincian generalisasi melalui kasus tertentu. Ketiga, kesimpulan deduktif yang berlaku bagi kasus khusus itu. Deduksi menggunakan silogisme dan entimem. Dapat disimpulkan secara lebih spesifik bahwa argumen berpikir deduktif dapat dibuktikan kebenarannya. Kebenaran konklusi dalam argumen deduktif bergantung pada dua hal, yaitu kesahihan bentuk argumen berdasarkan prinsip dan hukumnya; dan kebenaran isi premisnya berdasarkan realitas.

Sebuah argumen deduktif tetap dapat dikatakan benar berdasarkan bentuknya, meskipun isinya tidak sesuai dengan realitas yang ada atau isi argumen deduktif benar menurut realitas meskipun secara bentuk ia tidak benar. Lihat Yusuf, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan. (Jakarta: Pranada Media Group, 2015), cet. ke-2. hlm.

17-18

122 Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif. Lihat J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: W. Balai Pustaka 2006), hlm. 444 . Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Contoh : Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit. Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksakan

c. Analisis hasil

Pada analisis hasil penelitian ini menggunakan unsur-unsur metodis sebagai berikut124:

Deskripsi: metode ini digunakan untuk memberikan uraian dan gambaran yang jelas serta utuh dengan memaparkan segenap pemikiran yang berkaitan dengan filsafat pendidikan Islam dengan kurikulum 2013.

Verstehen: metode ini digunakan untuk lebih memahami secara komprehensif mengenai pemikiran tentang filsafat pendidikan Islam khususnya yang mengenai kurikulum.

Interpretasi: setelah data terkumpul dan mencukupi untuk diteliti, peneliti menyelami dan mendalaminya sehingga didapatkan arti dan makna filsafat

sakitnya. Harta peninggalan suaminya semakin menipis untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk biya hidup sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih sekolah. Anaknya yang tertua dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor tiga masih duduk di bangku SMA. Sungguh (kata kunci) berat beban hidupnya. (Ide pokok).

Lihat Jujun.S.Suriasumantri, filsafat ilmu, (jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005), hlm 48

123 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, Alfabeta, 2009), hlm. 335.

124 Data yang telah terkumpul, yang diperoleh melalui proses elaborasi dari berbagai sumber, diklasifikasikan, diseleksi dan disusun sesuai dengan kategori data yang diperlukan untuk pembahasan rumusan masalah yang ditemukan yang kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini terkait dengan pengumpulan dan interpretasi data. Ini merupakan hal yang wajar, sebab analisis data dalam penelitian kualitatif berbeda dengan analisis data di penelitian lain.

Lihat Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa dan Peneliti, hlm. 100.

Dokumen terkait