• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Kerangka Berpikir

Salah satu tujuan pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah adalah agar siswa mampu memecahkan masalah matematika. Berdasarkan data hasil ulangan harian siswa tahun ajaran 2013/2014 di SMP Negeri 1 Slawi pada materi aritmetika sosial untuk soal-soal pemecahan masalah, diketahui bahwa persentase siswa yang mencapai KKM individual yakni sebesar 2,67 pada ulangan harian bab aritmetika sosial pada tahun ajaran 2013/2014 sebesar 34,06%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran belum mencapai ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan sekolah. Salah satu penyebabnya yaitu pelaksanaan pembelajaran yang masih menggunakan model pembelajaran ekspositori yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Siswa cenderung pasif serta kurang terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kondisi ini cenderung membuat siswa tidak termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, pemahaman konsep kurang mendalam, dan sulit mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

Pada pembelajaran materi aritmetika sosial, siswa hanya mengetahui rumus dan menghafalkannya tanpa memahami konsep dan prinsip-prinsip rumus tersebut. Siswa juga kurang terlatih untuk mengembangkan ide-idenya dalam memecahkan masalah. Selain itu, siswa kurang percaya diri dan tidak berani mengemukakan

ide-ide/pendapat. Hal tersebut mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah dengan menanamkan rasa percaya diri/yakin pada siswa untuk kemudian memberikan kesempatan kepada siswa agar terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran yakni siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan ide-idenya dan hasil pemikirannya untuk memecahkan masalah yang diberikan, sehingga siswa dapat belajar untuk memecahkan masalah melalui kesempatan yang diberikan padanya. Keterlibatan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran yang tepat. Oleh karenanya, dibutuhkan model pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya diri siswa dan dapat menciptakan pembelajaran yang aktif serta melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pemecahan masalah.

Berbagai model pembelajaran dikembangkan untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah, salah satunya adalah model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction). Model pembelajaran ARIAS merupakan model pembelajaran yang digunakan untuk membangun, mengembangkan bahkan meningkatkan kemampuan dalam matematika dengan menanamkan sikap percaya diri siswa sehingga terdorong untuk melakukan kegiatan pembelajaran dengan sebaik-baiknya guna mencapai hasil belajar yang optimal. Menurut Rahman & Amri, model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model pembelajaran ARCS yang memberikan makna sebagai usaha pertama dalam kegiatan

pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya diri pada siswa serta dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Dengan penerapan model pembelajaran ARIAS, kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa sehingga siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa, adanya evaluasi dalam pembelajaran, serta adanya pemberian penguatan (satisfaction) untuk menumbuhkan rasa bangga pada siswa. Kebanggaan menjadi penguat bagi siswa untuk mencapai keberhasilan yang lebih baik (Rahman & Amri, 2014).

Teori belajar yang mendukung penggunaan model pembelajaran ARIAS yaitu teori Gagne, teori Ausubel, dan teori Skinner. Keterkaitan teori Gagne dengan penerapan model pembelajaran ARIAS yakni bahwa belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Motivasi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan rasa yakin/percaya diri (Assurance) siswa. Menurut Bandura sebagaimana dikutip oleh Gagne & Driscoll, menyatakan bahwa seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia miliki (Rahman & Amri, 2014), selain itu membangkitkan/menarik perhatian/minat (Interest) siswa menjadi suatu hal yang perlu dilakukan dalam pembelajaran, hal ini sesuai dengan salah satu langkah dari sembilan langkah peristiwa belajar Gagne yakni menarik/membangkitkan perhatian siswa.

Keterkaitan teori Ausubel dengan penerapan model pembelajaran ARIAS yaitu kegiatan pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa. Dengan kata lain, melalui penerapan model pembelajaran ARIAS, kegiatan pembelajaran ada relevansinya (Relevance) dengan kehidupan siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Keterkaitan teori Skinner dengan penerapan model pembelajaran ARIAS yaitu pemberian penguatan (Satisfaction) perlu dilakukan dalam pembelajaran untuk memberikan rasa bangga dan puas pada siswa.

Selain penerapan model pembelajaran yang tepat, dalam pembelajaran juga dapat dilakukan dengan berbasis etnomatematika. Dengan pembelajaran berbasis etnomatematika, konsep-konsep matematika dapat dikaji dalam praktek-praktek budaya. Wahyuni et al. (2013) menyatakan bahwa dengan menerapkan etnomatematika dalam pembelajaran, pemahaman suatu materi oleh siswa menjadi lebih mudah karena materi pembelajaran dikaitkan secara langsung dengan budaya mereka yang merupakan aktivitas sehari-hari dalam bermasyarakat. Dengan memahami materi matematika, siswa dapat menguasai konten atau materi yang diajarkan kemudian siswa dapat menerapkan pengetahuan matematika yang dikuasainya untuk memecahkan masalah. Lebih jelasnya, bagan alur kerangka berpikir dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Bagan Alur Kerangka Berpikir Kegiatan Belajar Mengajar

(KBM)

Guru Siswa

Tujuan pembelajaran

Kelas Eksperimen

Pembelajaran menggunakan model ARIAS berbasis etnomatematika

Kelas Kontrol

Pembelajaran menggunakan model ekspositori

Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, siswa lebih percaya diri, siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan siswa, siswa terdorong atau termotivasi untuk mempelajari materi dan belajar lebih baik serta pemahaman suatu materi oleh siswa menjadi lebih mudah.

Siswa pasif dan kurang terlibat aktif dalam pembelajaran (kegiatan pemecahan masalah).

Pembelajaran dengan model ARIAS berbasis etnomatematika mencapai ketuntasan

Rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa menggunakan model pembelajaran ARIAS berbasis etnomatematika lebih baik dari dari rata-rata

kemampuan pemecahan masalah siswa menggunakan model pembelajaran ekspositori

Dokumen terkait