BAB II KAJIAN PUSTAKA C. Kerangka Pikir Kinerja Reksa Dana dapat diartikan sebagai kemampuan dari Reksa Dana untuk memberikan return tertentu sesuai dengan tingkat risiko tertentu. Semakin besar return dan makin kecil risiko yang dihasilkan maka semakin tinggi rasionya, semakin baik kinerja Reksa Dana tersebut (Pratomo dan Nugraha, 2005). Kinerja Reksa Dana dapat dijadikan tolok ukur baik tidak nya berinvestasi di suatu perusahaan Reksa Dana, sehingga hasil tersebut dapat dijadikan panduan yang dapat membantu investor dalam memilih Reksa Dana yang baik untuk portofolio mereka. Merupakan suatu hal yang penting bagi investor untuk mengetahui kinerja dari masing-masing Reksa Dana sebelum menentukan pilihan Reksa Dana yang tepat. Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan sebelum menghitung kinerja Reksa Dana, yang pertama adalah mengumpulkan data NAB mingguan rata-rata dari masing-masing Reksa Dana untuk menghitung return Reksa Dana, kemudian data IHSG yang digunakan sebagai return bencmark dan data suku bunga Bank Indonesia untuk menghitung suku bunga bebas risiko (risk free). Kemudian dari data yang diperoleh dilakukan pengukuran kinerja Reksa Dana saham menggunakan Risk-Adjusted Return. Metode Risk-Adjusted Return yang digunakan adalah Indeks Sharpe, Indeks Treynor, Indeks Jensen , dan Information Ratio dengan penjelasan sebagai berikut : a. Indeks Sharpe Metode Sharpe bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penambahan hasil investasi yang didapat untuk tiap unit risiko yang 28 diambil. Pengukuran kinerja Sharpe didasarkan atas konsep garis pasar modal (capital market line) sebagai patok duga yaitu dengan cara membagi risk premium dengan standar deviasinya. Risk premium diperoleh dari rata-rata return portofolio dikurangi dengan rata-rata tingkat pengembalian bebas risiko. Return portofolio Reksa Dana dapat diperoleh dari NAB Reksa Dana pada periode pengukuran dikurangi dengan NAB Reksa Dana sebelum periode pengukuran kemudian dibagi dengan NAB Reksa Dana sebelum periode pengukuran. Rata-rata pengembalian suku bunga bebas risiko diperoleh dari rata-rata BI rate pada periode pengukuran. Setelah Risk premium sudah diketahui selanjutnya adalah menghitung risiko individual dari Reksa Dana yaitu standar deviasi yang merupakan penyimpangan rata-rata dari Reksa Dana. Setelah semua diperoleh maka untuk mengetahui nilai Sharpe adalah dengan membagi Risk premium dengan standar deviasi tersebut. b. Indeks Treynor Pengukuran kinerja Reksa Dana dengan menggunakan Metode Treynor dihitung dengan memperhatikan fluktuasi pasar. Dalam penghitungannya digunakan pembagi beta ( ) yang merupakan risiko fluktuasi terhadap risiko pasar. Sama halnya dengan indeks Sharpe, pada indeks Treynor, kinerja portofolio dilihat dengan menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut. Perbedaan dengan indeks Sharpe adalah 29 penggunaaan garis pasar sekuritas (security market line) sebagai patok duga yaitu dengan membagi Risk premium dengan beta portofolio. Risk premium diperoleh dari rata-rata return portofolio dikurangi dengan suku bunga bebas risiko. Sedangkan beta diperoleh dari persamaan regresi dari premi return portofolio dikurangi dengan return rata-rata bebas risiko sebagai variabel dependen dan return IHSG dikurangi rata-rata return bebas risiko sebagai variabel independen. Kemudian untuk mengetahui nilai Treynor adalah dengan membagi nilai Risk premium dengan nilai beta portofolio. c. Indeks Jensen Metode ini untuk mengukur aktual return terhadap teoritikal return dari portofolio dengan menggunakan prinsip CAPM (Capital Asset Pricing Model) yang sejauh mana Reksa Dana dapat memberikan keuntungan diatas harga pasar. Langkah pertama dalam menghitung indeks Jensen adalah mencari return portofolio Reksa Dana dengan menggunakan NAB Reksa Dana. Kemudian menghitung beta portofolio yang merupakan risiko sistematis dengan menggunakan garis persamaan regresi antara variable dependen dan independen. Rata-rata return suku bunga bebas risiko deperoleh dari BI rate. Tingkat pengembalian pasar merupakan return IHSG yang dijadikan indeks pasar. Langkah berikutnya adalah mengurangi tingkat pengembalian pasar (IHSG) dengan rata-rata return bebas risiko yang kemudian dikalikan dengan beta. Hasil perkalian tersebut 30 ditambahkan dengan rata-rata return bebas risiko. Langkah terakhir adalah dengan mengurangi rata-rata return portofolio Reksa Dana dengan hasil penjumlahan tersebut. d. M-Square Ratio Pengukuran Sharpe dan pengukuran Treynor dapat digunakan untuk mengukur kinerja portofolio, tetapi hasilnya sulit diintepretasikan jika kinerja portofolionya dibandingkan dengan kinerja pasar (Hartono, 2010). merupakan perluasan dari metode Sharpe dengan mengalikan hasil penghitungan Sharpe dengan standar deviasi pasar. Standar deviasi pasar diperoleh dari IHSG. Kemudian dari hasil tersebut ditambah dengan rata-rata return bebas risiko. Hasil dari perhitungan ini menandakan bahwa return portofolio Reksa Dana telah disesuaikan tingkat risikonya menjadi sama dengan tingkat risiko pasar. Selanjutnya akan diketahui apakah Reksa Dana tersebut mampu outperform atau underperform setelah hasil tersebut dikurangi dengan return pasar (IHSG). Jika nilai selisih return portofolionya positif maka Reksa Dana tersebut memiliki retrun diatas return pasar (outperform). e. Information Ratio Pengukuran ini merupakan rasio antara alpha dan risiko unik portofolio atau risiko non-sistematik portofolio yang disebut tracking error dari industri. Nilai rasio ini mengukur return tidak normal per 31 unit risiko yang dapat didiversifikasi dengan memegang portofolio pasar. Information dapat diperoleh dari Nilai Jensen alpha yang dibagi dengan risiko unik portofolio, risiko unik diperoleh dari nilai selisih risiko total dan risiko sistematik ( ). Dari analisis diatas maka akan diketahui kinerja masing-masing Reksa Dana saham berdasarkan 5 metode diatas pada setiap periode. Langkah selanjutnya adalah membandingkan kinerja Reksa Dana saham dengan kinerja benchmark. Data yang digunakan adalah NAB per unit penyertaan dan IHSG. Kinerja Reksa Dana saham dan IHSG dapat diketahui dengan menghitung return pada setiap periode pengukuran. Kemudian setelah diketahui masing-masing kinerja, langkah berikutnya adalah membandingkan kinerja Reksa Dana saham dengan kinerja benchmark. Apabila kinerja Reksa Dana saham melebihi kinerja benchmark maka Reksa Dana saham dinyatakan outperform, namun jika kinerja Reksa Dana saham berada di bawah kinerja benchmark maka Reksa Dana saham dinyatakan underperform. 32 Dalam dokumen ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DENGAN METODE RISK-ADJUSTED RETURN DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2013. (Halaman 45-50)