• Tidak ada hasil yang ditemukan

kerangka kerja Hukum untuk Hak atas Informasi

Diskusi Terbuka: Apakah Anda meyakini hak atas informasi sebagai hak asasi? Apa perbedaan yang ditimbulkan oleh terpenuhinya hak atas informasi?

1. Jaminan Internasional untuk Hak atas Informasi

Hukum internasional datang dari berbagai Negara; hal ini •

merupakan kekuatan sekaligus kelemahan.

Hukum internasional umumnya mengikat negara-negara, •

meskipun demikian hukum internasional ini dapat mewajibkan negara-negara mengambil tindakan demi mencegah tindakan aktor privat yang bisa melanggar hak atas informasi.

Hukum internasional juga menerapkan kewajiban positif pada •

negara untuk menciptakan lingkungan yang memperkuat arus bebas informasi dan ide-ide di masyarakat: Hak atas informasi merupakan salah satu dari kewajiban positif itu. Jaminan atas hak informasi didasarkan pada jaminan •

internasional atas kebebasan berekspresi: Hal ini mencakup hak untuk mencari, menerima, menyebarluaskan informasi dan gagasan.

Sebelum tahun 1999, pengakuan atas hak atas informasi dalam •

hukum internasional sangatlah lemah. Tapi, mulai tahun itu, sejumlah lembaga berwenang mengeluarkan sejumlah pernyataan yang lebih jelas tentang hak tersebut:

33

Contoh: pada 1999, tiga mekanisme kebebasan ekspresi di

PBB, OAS dan OSCE mencantumkan:

“Tersirat dalam kebebasan berekspresi adalah hak publik atas akses terbuka untuk informasi dan untuk mengetahui apa yang dilakukan oleh pemerintah atas nama publik, yang tanpa an itu partisipasi publik dalam pemerintahan akan lemah dan terpecah-pecah.”

Contoh: pada 1994, tiga mekanisme khusus itu menyatakan:

“Hak untuk mengakses informasi yang dimiliki badan publik merupakan hak asasi yang fundamental yang harus berdampak di tingkat nasional melalui legislasi komprehensif (contohnya Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik) berdasarkan prinsip keterbukaan maksimal, yang membangun asumsi bahwa semua informasi dapat diakses dengan sistem pengecualian yang sempit.”

Ini semua termasuk apa yang kerap dirujuk sebagai

soft law

statement (berdasarkan kesepakatan). Keputusan internasional

pertama yang bersifat mengikat dan signifikan diputuskan pada September 2006 oleh Pengadilan Inter-Amerika untuk Hak Asasi Manusia (Inter-American Court of Human Rights) – Claude Reyes et al. v. Chile – yang menyatakan dengan jelas

bahwa akses terhadap informasi publik merupakan hak yang fundamental. Pengadilan ini menyatakan:

“ Pasal 13 dalam Konvensi ini melindungi hak semua individu untuk meminta akses terhadap informasi yang dimiliki oleh negara, dengan pengecualian yang diizinkan oleh Konvensi ini. Akibatnya, pasal ini melindungi hak individu untuk menerima informasi dan kewajiban positif sesI 2: Kerangka Kerja Hukum untuk Hak atas Informasi

negara untuk memberikannya.... Informasi ini sebaiknya disediakan tanpa perlu membuktikan kepentingan langsung atau keterlibatan pribadi untuk mendapatkan informasi.”

Pengadilan mengaku bahwa hak atas informasi, seperti •

semua aspek hak atas kebebasan berekspresi, dapat dibatasi. Akan tetapi, pembatasan apa pun harus dijabarkan secara jelas dalam undang-undang dan menjalankan salah satu dari serangkaian tujuan yang sah dan terbatas yang diakui Pasal 13 dalam Konvensi ini (yang identik dengan hal-hal yang diakui dalam Pasal 19 dari Konvensi Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik). Lebih penting lagi, pengadilan juga berpegang pada ketentuan di bawah ini terkait dengan pembatasan apa pun untuk hak atas informasi:

“Terakhir, pembatasan yang diberlakukan haruslah dibutuhkan dalam masyarakat demokratis; sebagai konsekuensinya, pembatasan harus ditujukan untuk menegakkan kepentingan publik. Dengan kata lain, pembatasan harus proporsional dengan kepentingan yang menjadi alasan pembenarnya dan harus sesuai dengan upaya mencapai tujuan yang sah, dengan sesedikit mungkin gangguan atas efektivitas pelaksanaan hak atas informasi.

Sejak saat itu, baik Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa •

dan Komite Hak Asasi Manusia PBB telah mengakui hal tersebut. Dalam penjelasan umum terbaru atas Pasal 19 Konvensi Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik, Komite ini menyebutkan:

35

yang ada pada badan publik. Informasi tersebut mencakup dokumentasi yang dimiliki oleh lembaga publik, tanpa memandang bagaimana informasi disimpan, sumber-sumber informasi, dan tanggal produksinya.”

2. Jaminan Konstitusional untuk Hak atas Informasi

Sebagaimana tercantum dalam bagian sebelumnya, Undang-•

Undang Dasar Indonesia tidak mencakup jaminan langsung atas hak atas informasi. Akan tetapi Pasal 28F menyatakan: Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Diskusi Terbuka: Mengapa penting untuk memiliki jaminan atas hak informasi dalam konstitusi? Menurut Anda, apakah konstitusi Indonesia perlu diamandemen untuk memberikan jaminan yang lebih langsung terhadap hak ini (atau apakah menurut Anda negara ini punya prioritas yang berbeda)?

3. legislasi: Rincian aspek-aspek Penting

Di bagian sebelumnya, kita telah merinci prinsip-prinsip •

kunci yang mendasari hak atas informasi. Di sini, kita akan memaparkan bagaimana sebagian besar hak atas informasi sesI 2: Kerangka Kerja Hukum untuk Hak atas Informasi

dipraktekkan.

Elemen-elemen kunci dalam legislasi hak atas informasi yang •

baik adalah sebagai berikut:

Jaminan utama hak: hal ini bisa dirumuskan secara jelas 1.

dan diformulasikan sebagai hak, dan bukan sekadar prosedur.

Contoh: Undang-Undang Hak atas Informasi India

menyatakan: “Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini, seluruh warga Negara punya hak atas informasi.”

Contoh: Undang-Undang Afrika Selatan menyatakan:

“Pemohon informasi harus diberikan akses terhadap dokumen badan publik” apabila pemohon memenuhi aturan dan prosedur.

Contoh: Pasal 4(1) dalam Undang-Undang Keterbukaan

Informasi Publik menyatakan bahwa “Setiap orang berhak memperoleh informasi publik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.”

Undang-undang perlu menyatakan tujuan yang jelas 2.

sehingga dapat mengarahkan interpretasi.

Contoh: Baik undang-undang India dan Afrika Selatan

mencakup pernyataan yang jelas tentang tujuan/sasaran.

Contoh: Pasal 2 dan 3 dari Undang-Undang Keterbukaan

Informasi Publik menjabarkan tujuan dan sasaran undang-undang.

Undang-undang penting merinci istilah-istilah kunci, 3.

seperti jenis informasi dan cakupan badan publik yang terkait. Definisi ini terdapat pada ketentuan umum berisi definisi (hal ini berlaku dalam undang-undang

37

di Indonesia) atau dalam ketentuan yang terpisah dari batang tubuh undang-undang .

Ada dua cara utama untuk mengakses informasi yang 4.

sejalan dengan undang-undang hak atas informasi: a. Publikasi proaktif: undang-undang mensyaratkan

badan publik untuk mempublikasikan informasi sekalipun tak ada yang meminta secara khusus. Hal ini diterapkan pada informasi yang memiliki bobot kepentingan publik utama. Daftar spesifik tentang informasi jenis ini bisa dicantumkan dalam undang-undang (lihat Bab V, Pasal 9-16 dari UU KIP) b. Informasi disediakan berdasarkan permintaan:

undang-undang menjabarkan prosedur yang jelas mengenai permintaan informasi, misalnya bagaimana mengajukan permintaan informasi (contohnya, dalam bentuk tertulis, melalui email, secara lisan), bagaimana informasi disediakan, seberapa lama badan publik harus merespons, berapa biaya dan sebagainya (lihat Pasal 22 UU KIP)

Undang-undang perlu memaparkan landasan mengapa 5.

permintaan informasi dapat ditolak, yang secara umum dikenal sebagai pengecualian (lihat Pasal 17-20 UU KIP). Hal ini berdasarkan pada pemikiran tentang risiko (contoh jika suatu informasi dibuka maka ada kepentingan yang kunci yang bisa dirugikan) dan tunduk pada kepentingan publik yang lebih besar (sehingga informasi harus dibuka demi kepentingan publik secara menyeluruh, bahkan ketika hal ini menimbulkan risiko).

Undang-undang perlu menyediakan sistem banding 6.

sesI 2: Kerangka Kerja Hukum untuk Hak atas Informasi

ketika permintaan informasi ditolak. Dalam banyak kasus, termasuk di Indonesia, hal ini mencakup pembentukan lembaga administratif khusus seperti Komisi Informasi sebagai tempat mengajukan banding atas penolakan penyediaan informasi atau pelanggaran undang-undang lainnya (contoh penyediaan informasi yang terlalu lama atau penetapan biaya yang terlalu mahal) (lihat Pasal 35-50 UU KIP).

Undang-undang harus memberikan perlindungan 7.

tertentu kepada pejabat yang membuka informasi sesuai undang-undang berdasarkan niat baik, seperti juga sanksi bagi mereka yang secara sengaja menutup akses atas informasi. Acap kali ketentuan ini ditemukan di bagian akhir undang-undang (lihat Pasal 51-57 UU KIP). Terakhir, undang-undang harus menetapkan kewajiban 8.

badan publik untuk mengambil langkah-langkah positif dalam memastikan implementasi undang-undang yang sesuai, seperti melaporkan apa yang mereka lakukan setiap tahunnya, pelatihan untuk pejabat, keterlibatan dalam pelatihan peningkatan kesadaran publik dan sebagainya. Sayangnya, undang-undang Indonesia terbilang lemah dalam bidang ini.

Diskusi Terbuka: Menurut Anda apakah pendekatan yang dijabarkan di atas masuk akal untuk Indonesia? Bagaimana caranya untuk mengubah pendekatan ini agar beradaptasi dengan kondisi setempat?

39

4. Regulasi: Relevansi

Regulasi tidak perlu diadopsi oleh parlemen secara •

keseluruhan. Sementara penting memasukkan aturan tentang hak atas informasi dalam legislasi utama (undang-undang), regulasi (turunan) lainnya dipakai untuk mengatur dua hal berikut:

Hal-hal yang terdapat dalam undang-undang dirinci 1.

secara lebih detail. Hal ini mencakup, misalnya, prosedur rinci tentang pengajuan permohonan informasi, yang terlalu panjang untuk dimasukkan ke dalam undang-undang. Peraturan di bawah undang-undang juga bisa mengatur pemrosesan banding, penerapan pengecualian, dan lain-lain.

Penetapan aturan ini bisa berubah seiring dengan 2.

berjalannya waktu, contohnya apabila biaya-biaya yang ditagihkan untuk mengakses informasi. Tidak masuk akal untuk terus menerus merevisi undang-undang setiap kali hal ini berubah.

Di berbagai Negara, pemerintah menghambat implementasi •

undang-undang hak atas informasi dengan membatalkan atau menolak mengadopsi berbagai peraturan turunannya. Hal ini sebaiknya tidak terjadi. Sekalipun undang-undang tidak sepenuhnya jelas pada hal-hal tertentu, penerapannya sebaiknya terus berlanjut tanpa memandang apakah regulasi ini sudah diadopsi atau tidak.

sesI 2: Kerangka Kerja Hukum untuk Hak atas Informasi

5. Kewajiban utama Badan Publik

Aturan-aturan dalam legislasi ini tidak sama dengan •

hal-hal yang harus dilakukan oleh badan publik untuk mengimplementasikan undang-undang.

Tindakan utama yang perlu dilakukan oleh badan publik •

di bawah undang-undang hak atas informasi adalah sebagai berikut:

Membangun sistem untuk memastikan bahwa mereka 1.

memenuhi kewajiban melakukan publikasi proaktif. Hal ini mencakup pengembangan berbagai pendekatan untuk situs resmi mereka yang memfasilitasi publikasi.

Menunjuk petugas informasi yang khusus 2.

Membangun aturan-aturan dasar untuk mengajukan dan 3.

menerima permintaan informasi

Membangun sistem internal untuk memproses 4.

permintaan

Membangun sistem untuk memperbaiki penyimpanan 5.

dokumen, yang idealnya dirancang untuk meningkatkan perbaikan dari waktu ke waktu

Memastikan agar karyawan mendapatkan pelatihan yang 6.

diperlukan terkait dengan hak atas informasi. Hal ini, secara khusus, fokus pada langkah memproses permintaan dan penerapan pengecualian.

Menjalankan upaya-upaya menjangkau publik sehingga 7.

publik memahami hak-hak mereka berdasarkan undang-undang.

Melaporkan setiap tahun tentang langkah-langkah yang 8.

41

termasuk melalui pemrosesan permintaan.

Mengkaji klasifikasi informasi untuk memastikan 9.

bahwa hal ini sejalan dengan undang-undang hak atas informasi.

Memberikan hukuman kepada petugas yang menghambat 10.

implementasi undang-undang dan memberikan insentif internal untuk implementasi yang baik.

Diskusi Terbuka: Menurut Anda apakah realistis untuk badan publik di Indonesia? Dari hal-hal yang disebut di atas, hal-hal apa saja yang Anda anggap penting atau memiliki prioritas tertentu? Setahu Anda, apakah badan publik dengan siapa Anda berinteraksi memiliki petugas informasi (Petugas Dokumentasi dan Pengelolaan Informasi yang sesuai dengan Pasal 13 dalam Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik)? Latihan B: Baik dalam Kelompok atau Diskusi Kelompok

Hal-hal Pokok:

Hak untuk akses informasi yang ada pada badan publik 1.

adalah hak asasi yang fundamental, yang dilindungi sebagai bagian dari hak atas kebebasan berekspresi di bawah hukum internasional.

Konstitusi Indonesia tidak memberikan perlindungan 2.

langsung untuk hak ini, tetapi bisa memberikan perlindungan yang tidak langsung.

Struktur dari praktek yang lebih baik untuk legislasi hak atas 3.

informasi dekat dengan prinsip-prinsip yang memandu hak ini, di mana ada dua cara utama untuk mengakses informasi: sesI 2: Kerangka Kerja Hukum untuk Hak atas Informasi

melalui keterbukaan proaktif dan melalui proses permintaan informasi.

Regulasi merupakan hal yang penting untuk menambah detail 4.

dalam legislasi dan untuk menjawab isu-isu yang diharapkan akan berubah seiring dengan waktu, termasuk biaya.

Badan publik sebaiknya memiliki kewajiban yang positif, 5.

termasuk untuk membentuk sistem internal untuk keterbukaan proaktif dan pemrosesan permintaan, menunjuk petugas informasi yang khusus, menyediakan pelatihan untuk staf, memastikan agar dokumentasi tersebut dikelola dengan baik dan melaporkan untuk implementasi.

sumber Informasi lain:

The Public’s Right to Know: Principles on Freedom of Information 1.

Legislation (London: ARTICLE 19, 1999). Tersedia di:

http://www.article19.org/pdfs/standards/righttoknow.pdf

A Model Freedom of Information Law

2. (London: ARTICLE

19, 2001). Tersedia di: http://www.article19.org/pdfs/ standards/modelfoilaw.pdf

Rekomendasi No. R(2002)2 dari Komite Menteri dari 3.

Dewan Eropa untuk Negara-negara anggota untuk mengakses dokumen resmi, mengadopsi 21 Februari 2002: http://www. coe.int/T/E/Human_rights/rec(2002)2_eng.pdf

Deklarasi Bersama Pelapor Khusus PBB untuk Kebebasan 4.

Berpendapat dan Berekspresi, Perwakilan OSCE untuk Kebebasan Media dan OAS Pelaporan Khusus untuk Kebebasan Berekspresi 6 Desember 2005. Tersedia di: http://www.unhchr.ch/huricane/huricane.nsf/0/9A56F80

43

984C8BD5EC1256F6B005C47F0?opendocument

Transparency Charter for International Financial Institutions: 5.

Claiming our Right to Know (Cape Town: Global Transparency

Initiative, 2006). Tersedia di: http://www.ifitransparency. org/doc/charter_en.pdf

sesI 2: Kerangka Kerja Hukum untuk Hak atas Informasi

Sesi 3:

Dokumen terkait