• Tidak ada hasil yang ditemukan

?? Medikamen Saluran Akar

HASIL PENELITIAN

5.2 Uji Efektifitas Antibakteri

Pengujian efektifitas antibakteri bahan coba dilakukan dengan mengamati perubahan kekeruhan pada tiap konsentrasi bahan coba (100%, 50%, 25%, 12,5% dan 6,25%). Penetapan konsentrasi berdasarkan standard Laboratorium Ttopical disease , UNAIR, dengan metode dilusi (pengenceran ganda). Perubahan yang terjadi ditandai dengan hasil biakan mulai tampak jernih bila dibandingkan dengan kontrol ( Mac Farland yang diinkubasi 24 jam). Selanjutnya, dilakukan penghitungan jumlah bakteri menggunakan metode Drop Plate Mills Mesra yang bertujuan membuktikan bahwa perubahan tingkat kekeruhan pada setiap konsentrasi menunjukkan kemampuan bahan coba membunuh bakteri sebesar 99% - 100%, yang disebut dengan MBC (Minimum Bactericidal Concentration).

Hasil jumlah koloni pada setiap konsentrasi juga dibandingkan dengan jumlah koloni yang terdapat pada kontrol Mac Farland 0,5 (Gambar 22,24). Dari hasil pengujian antibakteri ekstrak etanol buah mahkota dewa, maka didapat pada konsentrasi 12,5 % senilai 0 CFU/ml (Tabel, Gambar 23), dimana tidak terlihat adanya pertumbuhan bakteri dalam media perbenihan yang ditandai dengan tidak terbentuknya lagi koloni bakteri pada media pembenihan ,berarti semua bakteri Enterococcus faecalis mati.

Gambar 22. Kontrol Mac Farland 0.5 Gambar 23. Hasil peletakan tetesan konsentrasi 12,5% ekstrak etanol buah mahkota dewa setelah diinkubasi 24 jam

Gambar 24. Perbandingan jumlah koloni

(a) kontrol Mac Farland , (b)

(b) konsentrasi 100%, (c)50%, (d) 25%, (e) 12,5%,(f) 6,25%

a

c

d

e

f

b

Gambar 25. Menunjukkan koloni yang terbentuk pada media MHA dengan konsentrasi ekstrak buah mahkota dewa pelarut etanol 6,25%, dengan (a) replikasi I, (b) replikasi II, (c) replikasi III, (d) replikasi IV, (e) replikasi V, (f) replikasi VI

Bahan Uji Replik

asi Konsentrasi 100% Konsentrasi 50% Konsentrasi 25% Konsentrasi 12,5% Konsentrasi 6,25%

Ekstrak 1 0 CFU/ml 0 CFU/ml 0 CFU/ml 0 CFU/ml 56x2x109CFU/ml

a

d e f

TABEL PERHITUNGAN JUMLAH BAKTERI UNTUK BAHAN COBA EKSTRAK ETANOL BUAH MAHKOTA DEWA

Keterangan: 0 CFU/ml = steril, tidak dijumpai pertumbuhan bakteri Setiap CFU/ml telah dikali 20 (faktor pengali)

Dari tabel, terlihat bahwa pengujian antibakteri (penghitungan jumlah koloni yang terbentuk) terhadap E. faecalis pada bahan coba ekstrak buah mahkota dewa dengan pelarut etanol pada konsentrasi 12,5% adalah steril (0 CFU/ml), yang berarti bahwa setelah penanaman pada media MHA dan diinkubasi selama 24 jam tidak terlihat adanya pertumbuhan bakteri atau koloni bakteri, sehingga dapat disimpulkan bahwa MBC dari bahan coba ekstrak buah mahkota dewa adalah 12,5% terhadap E. faecalis. Data hasil penelitian ini tidak dapat dilakukan uji secara statistik karena nilai perhitungan koloni bakteri adalah 0 yang artinya tidak dijumpai pertumbuhan bakteri dalam media perbenihan atau bakteri yang berkontak dengan bahan coba 100% mengalami kematian.

buah mahkota

dewa

2 0 CFU/ml 0 CFU/ml 0 CFU/ml 0 CFU/ml 54x2x109CFU/ml

3 0 CFU/ml 0 CFU/ml 0 CFU/ml 0 CFU/ml 53x2x109CFU/ml

4 0 CFU/ml 0 CFU/ml 0 CFU/ml 0 CFU/ml 51x2x109CFU/ml

5 0 CFU/ml 0 CFU/ml 0 CFU/ml 0 CFU/ml 50x2x109CFU/ml

6 0 CFU/ml 0 CFU/ml 0 CFU/ml 0 CFU/ml 48x2x109CFU/ml

BAB 6

PEMBAHASAN

Penelitian eksperimental laboratorium secara in vitro mengenai ekstrak buah mahkota dewa terhadap Enterococcus faecalis adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak buah mahkota dewa memiliki efek antibakteri dalam hal menghambat pertumbuhan E.faecalis. Ekstraksi buah mahkota dewa dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol. Pelarut etanol diketahui lebih aman ( tidak bersifat toksik ) dibandingkan dengan menggunakan pelarut metanol. Buah mahkota dewa yang dipakai adalah buah mahkota dewa yang masih segar, bertujuan untuk menghindari rusaknya kandungan zat akibat proses enzimatis. Buah mahkota dewa yang dipergunakan sebanyak 800 gram karena diperkirakan akan dapat menghasilkan ekstrak kental buah mahkota dewa yang cukup untuk melakukan pengujian antibakteri terhadap E. Faecalis. Buah mahkota dewa terlebih dahulu diiris kecil dengan tujuan untuk mempercepat proses maserasi. Dalam proses pengirisan, bagian tanaman yang diiris adalah buah mahkota dewa, tanpa bijinya, karena biji tanaman mahkota dewa mengandung toksik. Sampel buah mahkota dewa yang diiris kecil akan memperbanyak permukaan serta memperpendek jarak antar sel sehingga bahan coba dapat berkontak langsung dan lebih banyak dengan pelarut etanol sehingga pelarut etanol akan dapat dengan sempurna berdifusi ke dalam molekul – molekul senyawa buah mahkota dewa. Untuk menghindari terjadinya pembusukan, buah dengan kadar air yang tinggi terlebih dahulu harus dikeringkan dalam lemari pengering.

Dalam hal ini, kandungan berupa senyawa aktif buah mahkota dewa tahan terhadap pengeringan. Irisan kering buah mahkota dewa kemudian dihaluskan hingga menjadi serbuk

yang disebut simplisia lalu dimaserasi selama 3 jam dengan pelarut etanol. Metode ekstraksi yang dipilih adalah maserasi, alasannya karena pelaksanaannya sederhana serta untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penguraian zat aktif yang terkandung dalam buah mahkota dewa oleh pengaruh suhu, karena dalam maserasi tidak ada proses pemanasan. Tujuan maserasi adalah untuk memberi kesempatan pada simplisia untuk berdifusi ke dalam pelarut. Kemudian diperkolasi hingga diperoleh 2,5 liter maserat cair, yang akan dilakukan penguapan menggunakan Vaccum Rotary Evaporator yang bekerja dengan menurunkan tekanan udara dari tekanan udara luar menjadi <1 ATM, sehingga tekanan uap pelarut serta titik didih pelarut menurun. Penurunan tekanan akan berbanding lurus dengan penurunan temperatur sehingga menghindari terjadinya penguraian kandungan kimia yang diekstraksi.

Berdasarkan penelitian yang telah ada sebelumnya, yaitu efek antibakteri infusum daun mahkota dewa, maka dalam penelitian ini dipakai buah mahkota dewa karena adanya kandungan senyawa yang sama yang bekerja pada daun dan buah sebagai antibakteri. Acuan pustaka yang ada telah menyebutkan bahwa tanaman marga Phaleria umumnya memiliki aktifitas antibakteri dan telah diketahui bahwa biji mahkota dewa bersifat toksik sedangkan buahnya tidak, dengan potensi penghambatan yang lebih besar dibandingkan daunnya. 7,30

Dalam hal ini, senyawa aktif mahkota dewa yang berkhasiat sebagai antibakteri adalah saponin, alkaloid, dan tanin. 8 Kemungkinan akan adanya efek antibakteri dari senyawa aktif ekstrak buah mahkota dewa (saponin) sebagai deterjen yang memiliki molekul ampifatik (mengandung bagian hidrofilik dan hidrofobik) yang dapat melarutkan protein membran. Ujung hidrofobik saponin berikatan pada regio hidrofobik protein membran sel dengan menggeser sebagian besar unsur lipid

yang terikat. Ujung hidrofilik saponin merupakan ujung yang bebas akan membawa protein ke dalam larutan sebagai kompleks deterjen-protein sehingga sel bakteri menjadi lisis.

Sifat saponin adalah membentuk busa yang stabil dalam larutan air, serta mengandung makna kadar racun yang tinggi. Akan tetapi, pada saat sampel buah mahkota dicuci hanya membentuk busa yang relatif sangat sedikit. Hal ini membuktikan kemungkinan adanya kandungan saponin dengan konsentrasi yang rendah pada buah mahkota dewa, dan bermakna toksisitas rendah.

Jika dikaitkan dengan hasil pengujian antibakteri E.faecalis, kemungkinan adanya senyawa lainnya dari ekstrak etanol buah mahkota dewa yang bekerja sebagai antibakteri, seperti tannin dan alkaloid. Adanya tanin adalah sebagai polifenol dan bagian dari senyawa fenolik kompleks tanaman yang berfungsi mengikat dan mengendapkan protein, sehingga diduga senyawa aktif tanin juga bekerja sebagai antibakteri. Seluruh senyawa dari ekstrak etanol buah mahkota dewa yang berfungsi sebagai antibakteri adalah termasuk senyawa yang tahan terhadap suhu pengeringan.

Pengujian efek antibakteri dilakukan dengan metode dilusi, pengenceran agar dalam gelas petri, dengan mengetahui nilai MIC (Minimum Inhibitory Concentration) yaitu mengamati perubahan kekeruhan yang terjadi pada suspensi yang telah diinkubasi 370C selama 24 jam dan nilai MBC (Minimum Bactericidal Concentration) dari bahan coba dengan perhitungan jumlah koloni yang terbentuk. Sesuai dengan media pembenihan yang dipergunakan, yaitu MHA (Mueller Hinton Agar), maka bakteri E. Faecalis yang diinkubasi selama 24 jam akan tumbuh maksimal. Dengan metode ini bahan coba dapat berkontak langsung dengan

mikroorganisme, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat. Pada penelitian tersebut, menggunakan metode dilusi (pengenceran ganda) yang besarnya setengah dari konsentrasi awal yaitu konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5% dan 6,25%. Setiap konsentrasi dilakukan replikasi 6 sampel sehingga didapat jumlah sampel yang digunakan baik pada penentuan nilai MIC dan MBC masing – masing adalah 32 sampel. Jumlah sampel tersebut telah memenuhi standar penelitian yaitu 25 sampel. Penentuan konsentrasi tersebut disesuaikan berdasarkan standard konsentrasi pengujian antibakteri yang ada di laboratorium Tropical Disease , UNAIR. Pengujian dimulai dari konsentrasi terbesar yaitu 100%, kemudian dilakukan pengenceran ganda hingga pada konsentrasi 6,25%.

Efek antibakteri dari ekstrak etanol buah mahkota dewadengan konsentrasi 100% (sangat kental) terhadap E.faecalis akan secara langsung membunuh bakteri karena tingginya konsentrasi antibakteri yang terkandung di dalamnya. Demikian juga yang terjadi pada konsentrasi 50%, 25%, dan 12,5% yaitu senilai 0 CFU/ml. Sedangkan pada konsentrasi 6,25% yang telah dilakukan pengenceran akan semakin mengurangi daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri dilihat dari terbentuknya koloni bakteri 56x2x109 CFU/ml pada replikasi 1.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa bahan coba yaitu ekstrak buah mahkota dewa memiliki efek antibakteri terhadap E.faecalis dengan pengukuran nilai MIC dan MBC bahan coba. Efek antibakteri bahan coba dilihat dari besar nilai MIC dan MBC bahan coba terhadap pertumbuhan bakteri, dengan jumlah bakteri yang sama untuk setiap perlakuan yaitu 109 CFU/ml. Nilai minimum ditunjukkan pada bahan coba dengan konsentrasi 12,5% yaitu 0 CFU/ml. Pada ekstrak etanol mahkota dewa dengan konsentrasi 12,5% adalah konsentrasi

minimal yang dibuktikan dengan diperoehnya nilai MBC 0 CFU/ml pada media pembenihan. Hal ini mungkin terjadi karena ekstrak saat berkontak dengan pelarut dapat terurai dan berdifusi pada membran sel E.faecalis dan menghasilkan efek antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri E.faecalis.

Dari hasil penelitian terbukti bahwa bahan coba ekstrak etanol buah mahkota dewa memiliki efek antibakteri terhadap bakteri E.faecalis dilihat dari konsentrasi MIC dan MBC bahan tersebut yaitu pada konsentrasi 12,5%. Bahkan hal ini juga dibuktikan dengan melihat perbandingan jumlah koloni yang terbentuk pada konsentrasi 6,25% jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah koloni pada kontrol Mc Farland yang diinkubasi 24 jam yaitu 132x2x1015 CFU/ml. Akan tetapi, kemungkinan masih adanya konsentrasi lain diantara 6,25% - 12,5% yang dapat membunuh E.faecalis, sehingga perlu dilakukan pengujian antibakteri dengan metode lain. Selain itu, rendahnya kandungan saponin yang juga memiliki makna toksisitas (racun) dalam ekstrak etanol buah mahkota dewa dapat menjadi pertimbangan penggembangan ekstrak tersebut sebagai salah satu alternatif bahan medikamen saluran akar. Dalam pengaplikasianya, ekstrak etanol buah mahkota dewa kemungkinan akan dapat dipergunakan sebagai bahan vehicle (transport) yang digabungkan dengan Ca(OH)2. Pada akhir penelitian , tidak dilakukan uji statistik terhadap hasil yang didapat, karena nilai yang didapat pada konsentrasi 100%, 50%, 25%,12,5% dan 6,25% telah memiliki perbedaan yang jelas antar konsentrasi.

BAB 7

Dokumen terkait