• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

Kelangsungan perkembangan ilmu hukum senantiasa bergantung pada unsur- unsur berikut antara lain metodologi, aktivitas penelitian, imajinasi sosial dan juga

sangat ditentukan oleh teori.26 Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi,27dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkan pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.28 Kerangka Teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis si penulis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoristis.29

Fungsi teori dalam penelitian tesis ini adalah untuk memberikan pedoman/petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati.30

Dalam menjawab rumusan permasalahan yang ada, adapun teori yang akan digunakan sebagai pisau analisis dalam penulisan ini adalah teori kepastian hukum. Teori kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian, yaitu pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam

26

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-Press, Jakarta, 1986, hal. 6. 27

J.J.J M.Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, (Penyunting: M.Hisyam), Jakarta:FE UI,1996, hal 203

28Ibid . hal 16 29

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80. 30

Bandingkan Snelbecker dalam Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal. 35.

undang-undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim yang satu dengan yang lainnya untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan31

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia atau yang dalam bahasa hukum disebut sebagai orang, melakukan berbagai kegiatan dalam berbagai bidang usaha yang akhirnya menggerakkan roda perekonomian. Antara orang-orang tersebut, yaitu baik antara kelompok masyarakat, para pelaku uasaha dan berbagai instansi atau lembaga swasta ataupun pemerintah, dalam menjalankan suatu kegiatan perekonomian sehari-harinya akan melakukan interaksi antara satu sama lain.

Untuk itu maka diperlukan hukum, tugas yang sangat fundamental hukum adalah menciptakan ketertiban, sebab ketertiban merupakan suatu syarat dari adanya masyarakat yang teratur. Hal ini berlaku bagi masyarakat manusia dalam segala bentuknya. Oleh karena itu pengertian manusia, masyarakat dan hukum tak akan mungkin dipisah-pisahkan.32 Agar tercapai ketertiban dalam masyarakat, maka diusahakanlah untuk mengadakan kepastian. Kepastian disini diartikan sebagai kepastian hukum dan kepastian oleh karena hukum. Hal ini disebabkan karena pengertian hukum mempunyai dua segi. Segi pertama adalah bahwa ada hukum yang pasti bagi peristiwa yang kongkret, segi kedua adalah adanya suatu perlindungan hukum terhadap kesewenang-wenangan.33

31

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media Group, Jakarta, 2008, hal. 158.

32

Soerjono Soekamto, Penegakan Hukum, Binacipta, Jakarta, 1983, hal.42 33

Menurut teori konvensional, tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan (rechtgerechtigheid), kemanfaatan (rechtsutiliteit) dan kepastian hukum (rechtszekerheid)34.

Lembaga Hak Tanggungan merupakan salah satu dari hak kebendaan yang bersifat memberikan jaminan.35

Lembaga Hak Tanggungan akan timbul sebagai suatu pranata hukum yang memberikan perlindungan dan jaminan kepastian hukum, pada saat para pihak dalam melakukan interaksi dan hubungan hukum dalam suatu kegiatan usaha, membutuhkan penyediaan dana. Lembaga Hak Tanggungan akan timbul sebagai suatu Lembaga Hak Jaminan, di saat pihak yang memerlukan dana dan pihak yang memberikan dana, mengikatkan diri pada suatu perjanjian utang piutang. Lembaga Hak Tanggungan ini akan berfungsi sebagai lembaga hak jaminan yang akan menjamin pelunasan utang tersebut. Lembaga Hak Tanggungan ini merupakan lembaga hak jaminan atas tanah, dimana ditentukan dalam ketentuan Undang-Undang Hak Tanggungan/UUHT bahwa tanah yang berstatus Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak Tanggungan.36

Dalam hal mewujudkan keadilan, menurut W. Friedman suatu Undang- Undang haruslah memberikan keadilan yang sama kepada semua walaupun terdapat

34

Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), PT. Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2002, hal. 85

35

J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Cetakan 4, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2002), hal. 16.

36

Lihat Undang-Undang Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU No.5, LN No.104 tahun 1960, TLN NO.2043, Pasal 25,33,39.

perbedaan-perbedaan diantara pribadi-pribadi tersebut,37oleh karena itu, maka dalam kredit sindikasi diperlukan suatu lembaga jaminan dalam hal ini yaitu lembaga jaminan hak tanggungan untuk menjamin dan memberikan rasa keadilan kepada para kreditur yang memberikan kredit kepada debitur.

Stanley Hurn dalam bukunya Syndicated Loan : A Handbook for Banker and Borrower memberikan definisi mengenai kredit sindikasi sebagai berikut :38

“A syndicated loan is a loan made by two or more lending institution, on similar terms and condition, using common documentation and administered by common agent.”

Definisi tersebut diatas mencakup semua unsur – unsur yang penting dari suatu kredit sindikasi. Pertama, kredit sindikasi melibatkan lebih dari satu lembaga pembiayaan dalam suatu fasilitas sindikasi. Kedua, definisi tersebut menyatakan bahwa kredit sindikasi adalah kredit yang diberikan berdasarkan syarat – syarat dan ketentuan – ketentuan yang sama bagi masing – masing peserta sindikasi. Hal ini diwujudkan dalam bentuk hanya ada satu perjanjian kredit antara nasabah dan sebuah bank peserta sindikasi. Ketiga, definisi tersebut menegaskan bahwa hanya ada satu dokumentasi kredit, karena dokumentasi inilah yang menjadi pegangan bagi semua bank peserta sindikasi secara bersama – sama. Keempat, sindikasi tersebut diadministrasikan oleh satu agen (agent) yang sama bagi semua bank peserta

37

W.Friedman,Teori dan Filsafat Hukum Dalam Buku Telaah Kritis Atas Teori-Teori

Hukum,diterjemahkan dari buku aslinya Legal Theory oleh Muhammad Arifin, Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 1993, hal. 7 38

sindikasi. Bila tidak demikian halnya, maka terpaksa harus ada serangkaian fasilitas bilateral (dua pihak), yang sama tetapi mandiri, antara masing – masing bank peserta dengan nasabah.

Kredit yang berbentuk sindikasi atau kredit patungan yang dilakukan oleh bank ini, berbeda dari kredit – kredit yang biasa diberikan oleh bank kepada nasabahnya.

Dengan demikian dalam perjanjian kredit sindikasi ada beberapa bank sebagai kreditor yang bersama-sama memberikan pinjaman sindikasi atau fasilitas serupa, antara lain fasilitas Letter of Credit atau sebuah penjaminan untuk pengeluaran surat- surat berharga kepada debitur.

Pada dasarnya proses kredit sindikasi sama saja seperti proses kredit biasa yang dilakukan oleh bank-bank. Tentu saja semua marketing/account officer/bagian hukum telah mengetahuinya secara rinci dan jelas.

Seperti kita ketahui, maka kredit biasa hanya diberikan oleh satu bank saja. Dalam kredit sindikasi diberikan oleh lebih dari satu bank. Karena dalam kredit sindikasi melibatkan beberapa bank tentulah dalam prosesnya ada beberapa langkah yang memerlukan perhatian khusus dalam penandatanganannya, terutama hal-hal yang menyangkut hubungan dengan bank-bank calon perserta sindikasi.lebih dari satu bank dan inilah yang menjadi perbedaan paling mendasar dari kredit-kredit biasa.

Namun seperti halnya kredit biasa, bahwa dalam kredit sindikasi, bank-bank peserta kredit sindikasi tetap meminta suatu jaminan guna menjamin pelunasan krdeit

sindikasi tersebut. Undang-undang telah mengatur mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan jaminan atau penanggungan piutang kreditor terhadap debitor, yang dibuat dalam suatu perikatan. Jaminan dalam hukum berfungsi untuk menjamin utang. Hukum jaminan mengatur tentang jaminan piutang seseorang.39

Fungsi jaminan untuk menjamin utang, terutama akan tertera jelas dalam jaminan kebendaan. Jaminan kebendaan merupakan hak mutlak atas suatu benda tertentu, yang untuk suatu waktu ketika debitor cidera janji, dapat diuangkan untuk pelunasan utang debitor. Jaminan kebendaan memberikan kedudukan yang istimewa kepada kreditor yaitu hak preferen atau hak untuk didahulukan daripada kreditor lain dalam pengambilan pelunasan piutang dari benda yang menjadi objek jaminan.

Pada prinsipnya tidak semua benda jaminan dapat dijaminkan pada lembaga perbankan atau lembaga keuangan nonbank, namun benda yang dapat dijaminkan adalah benda-benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun syarat-syarat benda jaminan yang baik adalah :

1. dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang memerlukannya;

2. tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk melakukan atau meneruskan usahanya;

39

3. memberikan kepastian kepada si kreditor, dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk di eksekusi, bila perlu dapat mudah diuangkan untuk melunasi hutangnya si penerima (pengambil) kredit. 40

Sebagai lembaga jaminan, Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960, tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain.41 Perjanjian jaminan yang melahirkan Hak Tanggungan ini, dibuat oleh para pihak dengan tujuan untuk melengkapi perjanjian pokok yang umumnya merupakan perjanjian utang piutang atau perjanjian kredit. Mengamati sketsa seperti itu dapat ditarik suatu pemahaman, bahwasannya hubungan hukum antara para pihak itu dijalin oleh 2 (dua) jenis perjanjian, yakni perjanjian kredit selaku perjanjian pokok, dan perjanjian jaminan sebagai jaminan tambahan (accesoir).42

Lembaga Hak Tanggungan akan timbul sebagai suatu pranata hukum yang memberikan perlindungan dan jaminan kepastian hukum, pada saat para pihak dalam melakukan interaksi dan hubungan hukum dalam suatu kegiatan usaha, membutuhkan

40

R. Subekti, Jaminan-jaminan untuk Pemberian Kredit Termasuk Hak Tanggungan menurut

Hukum Indonesia. Diolah kembali oleh Johannes Gunawan. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal.

73. 41

Kansil, Pokok-Pokok Hukum Hak Tanggungan Atas Tanah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997, hal. 19-20.

42

M. Isnaeni, Kerancuan Hak Tanggungan Dalam Kaitannya Sebagai Pengaman Penyaluran

penyediaan dana. Lembaga Hak Tanggungan akan timbul sebagai suatu Lembaga Hak Jaminan, di saat pihak yang memerlukan dana dan pihak yang memberikan dana, mengikatkan diri pada suatu perjanjian utang piutang. Lembaga Hak Tanggungan ini akan berfungsi sebagai lembaga hak jaminan yang akan menjamin pelunasan utang tersebut. Lembaga Hak Tanggungan ini merupakan lembaga hak jaminan atas tanah, dimana ditentukan dalam ketentuan Undang-Undang Hak Tanggungan/UUHT bahwa tanah yang berstatus Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak Tanggungan.43

Meskipun Hak Tanggungan sebagai perjanjian jaminan tambahan, namun fungsinya memberikan rasa aman bagi kreditor, karena manakala debitor cidera janji, kreditor mendapatkan perlindungan hukum, sebab benda yang dijaminkan tersebut dapat diuangkan sebagai pelunasan utang debitor. Fungsi jaminan secara hukum dipertegas pula oleh Juhaendah Hasan, yakni untuk meng-cover hutang, karena jaminan merupakan sarana perlindungan bagi para kreditor yaitu kepastian akan pelunasan hutang debitor atau pelaksanaan suatu prestasi oleh debitor atau penjamin debitor.44 Dengan demikian jaminan yang memberikan kepastian bagi si pemberi kredit, dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, yaitu bila perlu dapat dengan mudah diuangkan untuk melunasi utang si penerima

43

Lihat Undang-Undang Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU No.5, LN No.104 tahun 1960, TLN NO.2043, Pasal 25,33,39.

44

Djuhaenda Hasan, Aspek Hukum Jaminan Kebendaan dan Perorangan, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 11, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 2000, hal. 16.

(pengambil) kredit.45 Bertitik tolak dari pendapat Djuhaenda Hasan dan Hermayulius, maka dapat dipahami bahwa pembentukan UUHT mencantumkan ciri tersebut, dengan maksud memberikan perlindungan kepada kreditor, manakala debitor cidera janji, yakni kepastian bahwa barang jaminan setiap saat tersedia untuk dieksekusi dan bila perlu dapat dengan mudah diuangkan untuk pelunasan utang debitor.

Sebagai suatu lembaga jaminan yang kuat, dalam Penjelasan Umum Nomor 3 UUHT, Hak Tanggungan mempunyai empat ciri pokok yaitu :

a. memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu kepada pemegangnya;

b. selalu mengikuti objek yang dijaminkan dalam tangan siapapun objek itu berada; c. memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan; dan d. mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya.

Sebagian besar prinsip-prinsip ataupun ciri-ciri Hak Tanggungan terkandung unsur hukum barat. Hal tersebut diakui oleh A.P. Parlindungan 46 bahwa Hak Tanggungan itu badan atau tubuhnya adalah hipotik yang disesuaikan, sedang bajunya adalah hukum Adat. Hal itu nampak dari diadopsinya sifat-sifat hak kebendaan (zakerlijkrechtelijk) yang dimiliki hipotik ke dalam UUHT. Menghadapi

45

Hermayulius, Aspek Hukum Jaminan Dalam Dunia Usaha Perbankan, Majalah Hukum Nasional, No. 1, 2002, hal. 69-70.

46

A. P. Parlindungan, Komentar Undang-Undang Hak Tanggungan dan Sejarah

banyaknya adopsi asas dan prinsip hukum Barat dalam UUHT, M. Isnaeni 47, berpendapat bahwa melekatkan begitu saja sifat-sifat unggul hipotik ke dalam Hak Tanggungan, untuk kemudian dipakai sebagai dalil guna menyingkirkan lembaga jaminan hipotik yang telah ratusan tahun mengabdi, sungguh masih memerlukan suatu penjelasan objektif yang dapat dipertanggung jawabkan. Meskipun demikian dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996, tentang Hak Tanggungan diposisikan lebih baik daripada saat berlakunya hipotik dan

credietverband. Adapun hak atas tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan menurut Pasal 4 ayat (1) UUHT adalah (a) Hak Milik; (b) Hak Guna Usaha; (c) Hak Guna Bangunan. Selain hak-hak atas tanah sebagaimana disebut di atas, Hak Pakai atas Tanah Negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindah tangankan dapat juga dibebani Hak Tanggungan.

Roscoe Pond dalam bukunya Scope and Purpose of Sociological Jurisprudence,48 menyebutkan ada beberapa kepentingan yang harus mendapat perlindungan atau dilindungi oleh hukum, yaitu : Pertama, kepentingan terhadap negara sebagai suatu badan yuridis, Kedua, kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan sosial, Ketiga, kepentingan terhadap perseorangan terdiri dari pribadi, hubungan-hubungan domestik, kepentingan substansi. Dari pendapat Roscoe Pond tersebut, dapat dilihat bahwa sangat diperlukannya suatu perlindungan hukum

47

M. Isnaeni, Op.Cit, hal. 41. 48

terhadap kepentingan perseorangan, karena dengan adanya perlindungan hukum akan tercipta suatu keadilan.

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.49 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi operasional.50 Kerangka Konsep mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.51 Pentingnya defenisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.

Selain itu, dipergunakan juga untuk memberikan pegangan pada proses penelitian. Oleh karena itu, dalam penulisan hukum ini, maka istilah-istilah berikut diartikan sebagai berikut :

1. Kredit adalah penyediaan dana yang dapat berupa uang atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan bunganya, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

49

Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, 1989, hal. 34. 50

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo, Jakarta, 1998, hal. 3. 51

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal. 7.

2. Kredit Sindikasi adalah suatu bentuk peminjaman dana atau penyaluran dana dari dua bank atau lebih lembaga keuangan non bank kepada subjek hukum (orang-perorangan ataupun badan hukum).

3. Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya satu orang atau lebih.

4. Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan adalah jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain.

5. Kreditor adalah pihak yang berpiutang dalam suatu hubungan utang-piutang tertentu.

6. Debitor adalah pihak yang berutang dalam suatu hubungan utang-piutang tertentu.

7. Pejabat Pembuat Akta Tanah, yang selanjutnya disebut PPAT, adalah pejabat umum yang diberi wewenang untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah, akta pembebanan hak atas tanah dan akta pemberian kuasa pembebanan Hak Tanggungan.

8. Akta Pemberian Hak Tanggungan adalah akta PPAT yang berisi pemberian Hak Tanggungan kepada kreditor tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan piutangnya.

9. Pemberi Hak Tanggungan adalah orang-perseorangan atau badan hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek Hak Tanggungan yang bersangkutan.

10. Pemegang Hak Tanggungan adalah perseorangan atau badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang.

11. Hak Istimewa adalah suatu hak yang diberikan oleh undang-undang kepada seorang kreditor sehingga tingkatan kreditor tersebut lebih tinggi daripada tingkatan kreditor lainnya.

G. Metode Penelitian