• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

“Kelangsungan perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial, juga sangat ditentukan oleh

teori.”9

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik

atau proses tertentu terjadi,10 dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya

pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.11 “Fungsi teori dalam

penelitian ini adalah untuk memberikan arahan/petunjuk dan meramalkan serta

menjelaskan gejala yang diamati.”12

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori,

tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan

perbandingan, pegangan teoritis.13

Pada dasarnya Teori yang berkenaan dengan judul penulis di atas adalah Teori yang berkenaan dengan Tujuan Hukum.

Menurut teori konvensional, tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan (rechtgerechtigheid), kemanfaatan (rechtsutiliteit) dan kepastian hukum

9

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 6. 10

M. Hisyam, J.J.J.M Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, (Jakarta: FE UI, 1996), hal. 203.

11

Ibid, hal. 16 12

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 35.

13

(rechtszekerheid).14 Selanjutnya merujuk pada pendapat Radbruch, yang menyatakan bahwa “tujuan hukum itu harus memenuhi tiga hal pokok yang sangat prinsipil yang hendak dicapai yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian.” Ketiga hal tersebut dikenal sebagai “tiga ide dasar hukum”, yang berarti dapat dipersamakan dengan asas hukum.

Di antara ketiga asas tersebut yang sering menjadi sorotan utama adalah

masalah keadilan, dimana Friedman menyebutkan bahwa : “In terms of law, justice

will be judged as how law treats people and how it distributes itsbenefits and cost,”

dan dalam hubungan ini Friedman juga menyatakan bahwa: “every function of law,

general or specific, is allocative”.15

Selanjutnya dalam hal mewujudkan keadilan, W. Friedman mengatakan bahwa “suatu Undang-Undang haruslah memberikan keadilan yang sama kepada

semua walaupun terdapat perbedaan-perbedaan diantara pribadi-pribadi tersebut”.16

Oleh karena itu, pengaturan kekayaan Badan Usaha Milik Negara sebagai bentuk kekayaan negara yang dipisahkan yang menjadi obyek bahasan dalam tesis ini diperlukan suatu pengaturan yang tegas untuk menjamin dan memberikan rasa keadilan kepada para pihak yang terkait dengan BUMN.

14

Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta: Gunung Agung Tbk, 2002), hal. 85.

15

Peter Mahmud Marzuki, “The Need for the Indonesian Economic Legal Framework”, Dimuat dalam Jurnal Hukum Ekonomi, (Edisi IX, Agustus, 1997), hal. 28.

16

W. Friedman, Teori dan Filsafat Hukum Dalam Buku Telaah Kritis Atas Teori-Teori Hukum,diterjemahkan dari buku aslinya Legal Theory oleh Muhammad Arifin, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hal. 7

Tujuan hukum yang dikemukakan oleh Van Kant, yakni “Kemanfaatan

Hukum”, yaitu terciptanya ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat,

karena adanya hukum tertib (rechtsorde).

Menurut Soedjono Dirdjosisworo dalam pergaulan hidup manusia, kepentingan-kepentingan manusia bisa senantiasa bertentangan satu dengan yang

lain. Maka tujuan hukum adalah untuk melindungi kepentingan-kepentingan itu.17

Kepentingan-kepentingan manusia itu bermacam-macam, seperti kepentingan untuk menikmati apa yang menjadi haknya, kepentingan untuk mendapatkan perlindungan hukum, kepentingan untuk mendapatkan kebahagian hidup lahir dan batin, dan sebagainya.

Menurut Muchsin sebenarnya hukum bukanlah sebagai tujuan tetapi dia hanyalah sebagai alat. Yang mempunyai tujuan adalah manusia, maka yang di maksud dengan tujuan hukum adalah manusia dengan hukum sebagai alat untuk

mencapai tujuan itu.18 Secara umum, Van Apeldoorn mengatakan bahwa tujuan

hukum ialah mengatur pergaulan hidup secara damai. Maksudnya hukum menghendaki perdamaian, yang semuanya bermuara kepada suasana damai. Rudolf Von Jhering mengatakan bahwa tujuan hukum ialah untuk memelihara keseimbangan antara berbagai kepentingan. Van Kant mengatakan tujuan hukum ialah untuk

menjamin kepastian hukum (Rechtszekerheid, Law Certainty), yakni mengenai hak

dan kewajiban di dalam pergaulan hidup masyarakat. Aristoteles mengatakan tujuan

17

Soedjono Dirjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1983), hal. 11

18

hukum itu ialah untuk memberikan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi anggota masyarakat sebanyak-banyaknya, sedangkan Roscoe Pound mengatakan tujuan

hukum ialah sebagai alat untuk membangun masyarakat (law is tool of social

engineering).

Menurut Satjipto Raharjo dalam bukunya “Ilmu Hukum” mengatakan bahwa: Teori Kegunaan Hukum bisa dilihat sebagai perlengkapan masyarakat untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan. Oleh karena itu ia bekerja dengan memberikan petunjuk tentang tingkah laku dan berupa norma (aturan-aturan

hukum).19 Pada dasarnya peraturan hukum yang mendatangkan kemanfaatan atau

kegunaan hukum ialah untuk terciptanya ketertiban dan ketentraman dalam

kehidupan masyarakat, karena adanya hukum tertib (rechtsorde).

Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisebel terhadap tindakan

sewenang-wenang, masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum, karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas

menciptakan kepastian hukum.20 Teori kepastian hukum yang dikemukakan

Aristoteles bahwa ‘hukum harus membuat Allgemeine Rechtslehre

(Peraturan/ketentuan umum),’ Dimana peraturan/ketentuan umum ini diperlukan masyarakat demi kepastian hukum. “Kepastian hukum sangat diperlukan untuk

19

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Alumni, Cet.ke-3, 1991), hal.13 20

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2003), hal. 160.

menjamin ketentraman dan ketertiban dalam mayarakat.”21 Kepastian hukum tersebut juga sangat dibutuhkan termasuk dalam hal ini dalam eksekusi putusan perkara perdata terhadap aset BUMN.

Norma hukum secara ideal harus memenuhi asas lex certa, yaitu rumusan

harus pasti (certainty) dan jelas (concise), serta tidak membingungkan

(unambiguous). Disharmoni normatif dalam peraturan perundang-undangan dapat mengakibatkan: timbulnya disharmoni penafsiran yang pada gilirannya timbul pula disharmoni dalam pelaksanaannya, ketidakpastian hukum; peraturan perundang-undangan tidak terlaksana secara efektif dan efisien, hukum tidak dapat berfungsi memberikan pedoman berperilaku kepada masyarakat, pengendalian sosial, penyelesaian sengketa dan sebagai sarana perubahan sosial secara tertib dan teratur (disfungsi hukum).

BUMN, khususnya yang berbentuk persero adalah sebuah korporasi, sebuah

badan usaha berbadan hukum yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Badan

hukum pada dasarnya adalah suatu badan yang dapat memiliki hak-hak melakukan

suatu perbuatan seperti manusia, memiliki kekayaan sendiri, serta digugat dan

menggugat di depan pengadilan. Landasan hukum BUMN adalah Undang-Undang

nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Undang-Undang

nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pembahasandan uraian mengenai

BUMN persero pada dasarnya bertolak dari UU 19/2003 tentang BUMN, UU

21

Hortina Bayanihan, Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja/Buruh Dalam Kepailitan Perusahaan, (Medan: Mkn USU, 2010).

40/2007 tentang Perseroan Terbatas serta peraturanperundangan lainnya yang terkait dengan BUMN persero.

Sistem perundang-undangan merupakan subsistem hukum nasional yang mencakup semua hasil keputusan resmi yang tertulis dari penguasa yang mengikat umum. Keterkaitan peraturan perundang-undangan dalam satu kesatuan sistem hukum nasional, merupakan satu kesatuan yang bersifat kompleks yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lain. Dengan demikian peraturan perundang-undangan yang merupakan satu sistem itu berkaitan dengan sistem hukum secara keseluruhan dalam kerangka sistem hukum nasional. Keterkaitan dalam sistem hukum nasional yang harmonis, konsisten dan taat asas, yang dijiwai Pancasila dan bersumber pada UUD 1945.

Selanjutnya , pembahasan tesis ini juga akan memakai hasil studi yang dilakukan oleh Burg’s . Setidak-tidaknya menurut studi yang dilakukan Burg’s ada dua unsur kualitas dari hukum yang harus dipenuhi supaya sistem ekonomi berfungsi. Pertama, “stabilitas” (“stability”), dimana hukum berpotensi untuk menjaga keseimbangan dan mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang saling bersaing. Kedua, “meramalkan” (“predictability”), berfungsi untuk meramalkan akibat dari suatu langkah-langkah yang diambil khususnya penting bagi negeri yang sebagian besar rakyatnya untuk pertama kali memasuki hubungan-hubungan ekonomi melampaui lingkungan sosial dan tradisional. Namun, diantara kedua unsur itu

dan standar pola tingkah laku pemerintah, yang diperlukan untuk menjaga mekanisme

pasar dan mencegah birokrasi yang berlebihan.22

2. Konsepsi

Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi adalah pendapat, pangakalan pendapat; Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa

sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational

definition.23 Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan

pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai. Oleh

karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, yaitu:

a. Eksekusi di bidang perdata adalah melaksanakan secara paksa putusan

pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dengan bantuan kekuatan umum. Dalam pengertian yang lain, eksekusi di bidang perdata berarti melaksanakan putusan dalam perkara perdata secara paksa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku karena pihak tereksekusi tidak

22

Leonard J. Theberge, “Law and Economic Development,” Journal of International and Policy, (Vol. 9, 1980), hal. 232. Dalam bismar nasution, Mengkaji Ulang Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi , dari Pidato Pada Upacara Pengukuhan Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Hukum Ekonomi pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang Disampaikan di Hadapan Rapat Terbuka Senat Universitas Sumatera Utara, di Gelanggang Mahasiswa USU, Medan, Sabtu, 17 April 2004.

23

Tan Kamello, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, Disertasi, (Medan: PPs USU), hal. 35.

bersedia melaksanakan secara sukarela.24 Dalam pengertian tersebut, pada prinsipnya eksekusi merupakan realisasi kewajiban pihak tergugat untuk memenuhi prestasi yang tercantum di dalam putusan hakim. Eksekusi terhadap putusan hakim yang sudah berkekuatan hukum tetap (BHT) merupakan proses terakhir dari proses perkara perdata maupun pidana di pengadilan.

b. Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap adalah:25

1) Putusan pengadilan tingkat pertama yang tidak dimintakan banding atau

kasasi karena telah diterima oleh kedua belah pihak

2) Putusan pengadilan tingkat banding yang tidak dimintakan kasasi ke

Mahkamah Agung

3) Putusan pengdilan tingkat kasasi dari Mahkamah Agung atau putusan

peninjauan kembali dari Mahkamah Agung

4) Putusan verstek dari pengadilan tingkat pertama yang tidak diverzet

5) Putusan hasil perdamaian dari semua pihak yang berperkara

c. Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan langsung yang

berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.26

24

Wildan Suyuthi, Sita Eksekusi Praktek Kejurusitaan Pengadilan, (Jakarta: PT. Tatanusa, 2004), hal. 60

25

Ibid, hal. 61. 26

G. Metode Penelitian

Dokumen terkait