BAB I PENDAHULUAN
F. Kerangka Teori dan Konsepsional
2. Kerangka Konsepsional
Konsep adalah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang
disebut dengan operational definition18. Pentingnya definisi operasional adalah untuk
menghindari perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.19
Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini perlu didefinisikan beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi untuk dapat menjawab permasalahan penelitian.
17
Munir Fuady, op. cit. hal. 167. 18
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para
Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia), 1993, hal. 10.
19
Tan Kamelo, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik20 dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004.21
Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004.22
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.23
Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan koperasi.24
20
Lihat Pasal 15 angka (1 dan 2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris menjelaskan bahwa:
1. Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
2. Notaris berwenang pula:
a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
b. membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
c. membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;
d. melakukan pengesahan kecocokan foto copi dengan surat aslinya; e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta; f. membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
g. membuat akta risalah lelang. 21
Lihat Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. 22
Lihat Pasal 1 angka (7) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Akta Notaris diatur secara tegas pada BAB VII Pasal 38 s/d 65.
23
http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi, Diakses pada tanggal 6 Januari 2010 pada pukul 10.40 WIB. Lihat juga Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502.
Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang.25
Koperasi Sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi.26
Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi koperasi dan kegiatan
perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama koperasi.27
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro.28
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
24
Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502.
25
Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502.
26
Pasal 1 angka (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502.
27
Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502.
28
Lihat Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866. Dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dijelaskan bahwa kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar
yang memenuhi kriteria Usaha Kecil.29
Usaha Menengah30 adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.31
Sedangkan Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha
patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.32
29
Lihat Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866. Dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dijelaskan bahwa kriteria usaha kecil adalah:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 30
Usaha menengah mempunyai kriteria sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
31
Lihat Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866. 32
Lihat Pasal 1 angka (4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan Lembaran
Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha
Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia.33
Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu
tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.34
Iklim Usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah secara sinergis melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi agar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan dukungan berusaha yang seluas-luasnya.35
Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan, dan bantuan
33
Lihat Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866. 34
Lihat Pasal 1 angka (8) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866. 35
Lihat Pasal 1 angka (9) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan Lembaran
perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.36
Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.37
Penjaminan adalah pemberian jaminan pinjaman Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah oleh lembaga penjamin kredit sebagai dukungan untuk memperbesar
kesempatan memperoleh pinjaman dalam rangka memperkuat permodalannya.38
Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
dengan Usaha Besar.39
36
Lihat Pasal 1 angka (10) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866. 37
Lihat Pasal 1 angka (11) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866. 38
Lihat Pasal 1 angka (12) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866. 39
Lihat Pasal 1 angka (13) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan Lembaran
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.40
Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi, yaitu:
1. Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi;
2. Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota koperasi
yang memiliki lingkup lebih luas.
Pada Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 (Revisi 1998), disebutkan bahwa karakteristik utama koperasi yang membedakan dengan badan usaha lain, yaitu anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas ganda maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.
Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan koperasi (biasa disebut Sisa Hasil Usaha atau SHU) biasanya dihitung berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau
penjualan yang dilakukan oleh si anggota.41
40
http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi, Diakses pada tanggal 6 Januari 2010 pada pukul 10.40 WIB bandingkan dengan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945.
41 Ibid.
Dari segi etimologi koperasi berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu cooperatives.42 Terdiri dari kata ‘Co’ dan ‘Operation’ mempunyai arti bersama-sama bekerja.43 Dari segi bahasa istilah koperasi berasal dari bahasa latin yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari berarti bekerja. Dalam bahasa Belanda disebut Cooperative Verenegingen yang artinya bekerja bersama orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan di Inggris disebut Coperation, istilah inilah yang kemudian menjadi istilah ekonomi sebagai Kooperasi yang dibakukan menjadi istilah
“Koperasi”.44 Dalam bahasa Indonesia dilafalkan menjadi Koperasi.45
Dalam ILO Recommendation Nomor 127 Tahun 1966, Paragraph 12 (a) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, mengatakan tentang definisi koperasi sebagai berikut:
Koperasi adalah sekumpulan orang-orang yang secara sukarela berhimpun bersama untuk mencapai suatu tujuan bersama melalui pembentukan suatu organisasi yang diawasi secara demokratis, memberi sumbangan yang wajar dalam modal yang diperlukan, menerima bagian yang wajar dalam menanggung resiko dan manfaat dari perusahaan di dalam mana anggota para anggota berperan secara aktif.46
ILO di dalam penerbitannya tentang “Cooperative management and
Administration” (1965) .... Cooperative is an association of person, usually of limited means, who have voluntarily joined together to achieve a common economic and through the formation of a democratically controlled business organization, making efuitable contrtobution to the capital required and acepting a fair share of the risk and benefits of the undertaking”.
42
Andjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay, Hukum Koperasi
di Indonesia Pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan Modal Usaha, (Jakarta: Prenada Media, 2005),
hal. 15. 43
Zulkarnain Lubis, Op.Cit, hal. 20. 44
Treesna Sari Berliana L. Tobing, Op.Cit, hal. 40. 45
Andjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay, Op.Cit, hal. 15. 46
Soedarsono Hadisapoetro, Pokok-pokok Pikiran Pengembangan Koperasi di Indonesia, (Jakarta: CV. Sapta Caraka, 1986), hal. 104.
Dari definisi tersebut, koperasi mengandung unsur:
1. Merupakan perkumpulan orang-orang (association of person),
2. Bergabung secara sukarela (have voluntarily joined together),
3. Untuk mencapai tujuan ekonomi bersama (to achieve acommon economic),
4. Organisasi perusahaan yang dikendalikan secara demokratis (democratically
controlled business organization),
5. Kontribusi yang adil terhadap modal yang diperlukan (equitable contribution to the capital required),
6. Menanggung resiko dan menerima bagian keuntungan secara adil (a fair share of
the risk and benefit of the undertaking).47
Bab VIII tentang Lapangan Usaha Pasal 43 Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian menyebutkan:48
1. Usaha koperasi adalah usaha yang berkaitan dengan langsung dengan kepentingan
anggota untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota,
2. Kelebihan kemampuan pelayanan koperasi dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang bukan anggota koperasi,
3. Koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama di segala bidang
kehidupan ekonomi rakyat.
Dapat juga disimpulkan kegiatan usaha koperasi, adalah:49
1. Kegiatan usaha utama yang dijalankan oleh koperasi adalah usaha memiliki
keterkaitan kepentingan ekonomi anggota,
2. Kegiatan usaha koperasi berfungsi menyokong kegiatan usaha atau kepentingan
ekonomi anggotanya,
3. Perkembangan usaha koperasi seharusnya berimbas pada perkembangan usaha
anggota atau peningkatan pemenuhan ekonomi anggotanya.
Dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat (1), sudah digariskan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berasaskan kekeluargaan, untuk mempertahankan
47
Zulkarnain Lubis, Op.Cit, hal. 21. 48
Pasal 43 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502.
49
”Prosedur Pengesahan Badan Hukum Koperasi”, Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Medan, 2009.
kemurnian dari pada UUD 1945 Pasal 33 ayat (1) tersebut bahwa untuk perusahaan yang sesuai dengan itu adalah “Koperasi”.
Dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang “Perkoperasian”
dinyatakan bahwa:
“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan”.
Beberapa pendapat yang berusaha memberikan batasan tentang pengertian koperasi:
R.M. Margono Djojohadikusoemo: dalam bukunya yang berjudul Sepuluh Tahun Koperasi: Penerangan tentang Koperasi oleh Pemerintah Tahun 1930-1940, menyatakan bahwa Koperasi adalah perkumpulan manusia orang seorangan yang dengan sukanya sendiri hendak bekerja sama untuk memajukan ekonominya.
R.S. Soeriaatmadja: Koperasi adalah suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia dengan tidak membedakan haluan, agama atau politik sukarela masuk untuk sekedar memenuhi kebutuhan
bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan bersama.50
Wirjono Prodjodikoro: dalam bukunya Hukum Perkumpulan Perseroan dan Koperasi Indonesia, mendefinisikan koperasi adalah bersifat suatu kerjasama antara
50
Sagimun M.D. dan Dimyet Myru, hal. 5. dalam Treesna Sari Berliana L. Tobing, Op.Cit, hal. 40.
orang-orang yang termasuk golongan kurang mampu, yang ingin bersama untuk meringankan beban hidup atau beban kerja.
Muhammad Hatta: dalam bukunya The Cooperative Movement in Indonesia, mengemukakan bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong.
Selanjutnya dikemukakan pula oleh Muhammad Hatta bahwa gerakan koperasi adalah melambangkan harapan bagi kaum yang lemah ekonominya berdasarkan solidaritet, individualitet, autoactivitet, dan self-help, dan jujur.
Muhammad Hatta dalam pidatonya tanggal 12 Juli 1951 mengatakan sebagai
berikut: “Apabila kita membuka UUD 1945 dan membaca serta menghayati isi Pasal
38, maka tampaklah di sana akan tercantum dua macam kewajiban atas tujuan yang satu. Tujuan ialah menyelenggarakan kemakmuran rakyat dengan jalan menyusun perekonomian sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Perekonomian sebagai usaha bersama berdasarkan kekeluargaan adalah koperasi, karena koperasilah yang menyatakan kerjasama antarmereka yang berusaha sebagai suatu keluarga. Di sini tak ada pertentangan antara majikan dan buruh, antara pemimpin dan pekerja. Segala yang bekerja adalah anggota dari koperasinya, sama-sama bertanggung jawab atas keselamatan rumah tangganya, demikian pula para anggota koperasi sama-sama bertanggung jawab atas koperasi mereka. Makmur koperasinya, makmur hidup
mereka bersama, rusak koperasinya, rusak hidup mereka bersama.51
51
Yang dimaksud dengan Pasal 38 dalam pidato Muhammad Hatta tersebut adalah Pasal 38 UUDS 1950, yang isinya sama dengan Pasal 33 UUD 1945, yaitu:
1. Perekonomian disusun sebagai bersama berdasar asas kekeluargaan,
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara,
3. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalam dikuasai oleh negara
dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Dari pengertian tentang definisi koperasi, pada umumnya terdapat berbagai
unsur yang terkandung, tetapi pada pokoknya sama, yaitu:52
1. Merupakan perkumpulan orang, bukan semata perkumpulan modal;
2. Adanya kesamaan dalam tujuan, kepentingan maupun dalam kegiatan
ekonomi, yang menyebabkan lahirnya beragam bentuk dan jenis koperasi;
3. Merupakan usaha yang bersifat sosial, tetapi tetap bermotif ekonomi;
4. Bukan bertujuan untuk keuntungan badan koperasi itu sendiri, tetapi untuk kepentingan kesejahteraan anggota;
5. Diurus bersama, dengan semangat kebersamaan dan gotong royong;
6. Netral;
7. Demokratis;
8. Menghindari persaingan antaranggota;
9. Merupakan suatu sistem (terintegrasi dan terorganisasi);
10.Sukarela;
11.Mandiri dengan kepercayaan diri;
12.Keuntungan dan manfaat sama, proporsional dengan jasa yang diberikan;
13.Pendidikan;
14.Moral;
15.Pengaturan beragam untuk setiap negara, tetapi dengan satu prinsip yang tetap sama, yaitu prinsip-prinsip koperasi.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, ada beberapa landasan koperasi di Indonesia:
52
1. Landasan Ideal
Koperasi berlandaskan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila Pancasila.
2. Landasan Struktural
Dalam hal ini, Koperasi Indonesia berlandaskan pada UUD 1945 Pasal 33 ayat (1), beserta penjelasannya. Pasal ini merupakan pangkal tolak bagi pembangunan ekonomi. Berdasarkan ketentuan pasal ini, Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang menegaskan bahwa pembangunan di bidang ekonomi yang didasarkan pada demokrasi ekonomi menentukan bahwa masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan, sedangkan pemerintah berkewajiban memberikan pengarahan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha.
3. Landasan Mental
Merupakan kesetiakawanan dan kesadaran pribadi yang saling memperkuat satu dengan lainnya. Keduanya diperlukan sebagai dua unsur yang dorong
mendorong hidup menghidupi dan saling mengawasi.53
Adapun yang menjadi tujuan koperasi yang memiliki dua unsur, yaitu unsur ekonomi dan unsur sosial. Koperasi merupakan suatu sistem dan sebagaimana diketahui sistem itu merupakan himpunan komponen-komponen atau bagian yang saling berkaitan yang secara bersama-sama berfungsi mencapai tujuan.
53
Tujuan yang dimaksud adalah tujuan ekonomi atau dengan kata lain bahwa koperasi harus berdasarkan atas motif ekonomi atau mencari keuntungan, sedangkan bagian-bagian yang saling berkaitan tersebut merupakan unsur-unsur ekonomi seperti digunakannya sistem pembukuan yang baku, diadakannya pemeriksaan secara priodik, adanya cadangan, dan sebagainya. Sedangkan unsur sosial, bukan dalam arti kedermawanan (Philantropis), tetapi lebih untuk menerangkan kedudukan anggota, dalam organisasi hubungan antarsesama anggota dan hubungan anggota dengan pengurus. Juga unsur sosial ditemukan dalam cara koperasi yang demokratis, kesamaan derajat, kebebasan keluar masuk anggota, calon anggota, persaudaraan, pembagian sisa hasil usaha kepada anggota secara proporsional dengan jasanya, serta tolong menolong diri sendiri.
Koperasi bersifat suatu kerjasama antarorang-orang yang masuk golongan kurang mampu dalam hal kekayaan yang ingin meringankan beban hidup dan beban kerja. Persamaan dengan bentuk usaha lain adalah sama-sama mengejar keuntungan kebendaan (stoffelijk voordeel). Perbedaannya adalah bahwa koperasi didirikan oleh orang-orang yang benar-benar memerlukan kerjasama ini untuk mencapai suatu tujuan, maka biasanya perkumpulan koperasi terdiri dari agak banyak peserta, dan
sifat koperasi ialah bahwa peserta koperasi masing-masing tidak kaya.54
Kongres ke-100 ICA di Manchester menetapkan ICA Identity Cooperative Statement (IICIS) yang selain memperbaharui, juga menetapkan definisi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi, sebagai berikut:
54
Nilai-nilai koperasi:
“Cooperatives are based on the values of self-help, self-responsibility, democracy, equality, equity. Eqquity, and solidarity. In the tradition of their founders, cooperative member believe in the ethical values of hinesty, openness, social responsibility, and caring, for others.
Nilai-nilai yang menjadi dasar koperasi adalah kemandirian, bertanggung jawab, demokratis, kesetaraan, keadilan, dan solidaritas, Nilai-nilai etika yang diyakini anggota adalah: kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan perhatian terhadap sesama.
Ada 7 (tujuh) prinsip-prinsip koperasi, adalah:
1. Prinsip ke-1: Voluntary and Open Membership (Sukarela dan terbuka),
2. Prinsip ke-2: Democratic Member Control (Kontrol anggota demoktratis),
3. Prinsip ke-3 Member Economic Participation (Partisipasi ekonomi anggota),
4. Prinsip ke-4 Automy and Independence (Otonomi dan independen),
5. Prinsip ke-5 Education, Training, and Information (Pendidikan, pelatihan dan
informasi),
6. Prinsip ke-6 Cooperation Among Cooperatives (Kerjasama antarkoperasi),
7. Prinsip ke-7 Concern for Community (Perhatian terhadap komunitas).
Prinsip-prinsip koperasi tercermin dalam sejarah prinsip-prinsip koperasi