• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Konseptual

Teori organisasi merupakan teori yang digunakan untuk menganalisis fenomena organisasi di dalam masyarakat. Berbagai pandangan dan pemikiran yang muncul mengenai fenomena organisasi ini memunculkan pengetahuan baru yang berfokus pada teori organisasi. perkembangan teori organisasi juga dipengaruhi oleh perkembangan dalam ilmu administrasi, manajemen ilmiah dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Berikut adalah teori-teori organisasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah;

Organisasi dari jenisnya menurut Herbert G. Hicks dibedakan menjadi dua yakni organisasi formal dan organisasi non-formal. Namun konsep yang digunakan dan sesuai dengan pembahasan penelitian ini adalah menggunakan organisasi formal. Dimana suatu organisasi formal mempunyai struktur yang dinyatakan dengan baik yang dapat menggambarkan hubungan-hubungan wewenang, kekuasaan, akuntabilitas, dan tanggung jawab. struktur dapat juga menunjukkan saluran-saluran melalui aliran hubungan. organisasi formal mempunyai perincian pekerjaan yang jelas bagi tiap-tiap anggota. jenjang tujuan organisasi formal dinyatakan dengan tegas. status, prestige, gaji, pangkat dan lain-

lain penghasilah diatur dan dikontrol secara baik. organisasi formal tahan lama dan terencana, sebab penempatannya sesuai peraturan, mereka relatif tidak flexibel. keanggotaan dalam organisasi formal diperoleh dengan sadar, pada waktu tertentu, dan biasanya terbuka.12

Lembaga Karyawan Islam yang mulanya merupakan perkumpulan kemudian ditransformasi menjadi Organisasi Formal sejak tahun 1972. Hal ini dilakukan untuk memperkuat eksistensi melalui jalur legalitas hukum. Organisasi Lemkari dapat dikatakan formal karena organisasi ini terdapat pembagian yang jelas, sesuai dengan apa yang didefinisikan oleh Herbert G. Hicks dalam buku Dasar-dasar organisasi yang dikarang oleh Sutarto. Hal ini terlihat pula pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Lemkari yang diterbitkan pada tahun 1972.

Pendekatan dalam teori organisasi ini adalah teori sistem. Para ahli teori organisai melihat organisasi dari dua sudut pandang. Sudut pandang pertama adalah melihat organisasi sebgaai satu kesatuan unit yang memiliki suatu tujuan. Pendekatan ini memusatkan perhatiannya pada pembagian kerja dalam pencapaian tujuan organisasi serta prosedur-prosedur kerja yang ditetapkan dalam mencapai tujuan. Kedua, pendeatan yang melihat hubungan antar elemen, baik dalam lingkup intern maupun eksternal organisasi. Pendekatan ini melihat organisasi tersusun dari elemen-elemen yang saling berhubungan.

Dalam organisasi Lemkari yang merupakan organisasi baru dalam mewadahi aspirasi-aspirasi, mencoba menjadikan dirinya sebagai organisasi yang

12 Sutarto, Dasar-Dasar Organisasi (Yogyakarta: Gajah Mada University Press: 1987),

sistematis. Pada awal pembentukan, Lemkari berusaha membuat pembagian kerja, prosedur kerja yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Lemkari. Selain itu perkembangan Lemkari juga tidak dapat dilepaskan dari hubungan Lemkari dengan pihak luar, seperti lembaga, organisasi atau sebuah perkumpulan. Sehingga hal demikian membawa Lemkari untuk selalu mengaktualisasikan diri dengan masyarakat. Misalnya, paska Lemkari berdiri di Kediri sebagai pusat, Lemkari dalam Muker ataupun Mubes mencoba memperbaiki diri dan menyesuaikan diri dengan keadaan. Seperti mencoba membuat struktur organisasi secara vertikal, dari pusat sampai anak cabang.

Adapun kerangka konseptual pendukung yang ditujukan sebagai pengarah dari pembahasan kedua yang berkaitan dengan pandangan eksternal adalah teori “Konstruksi Sosial “(Peter L. Berger). Konsep konstruksi sosial oleh Berger adalah manusia merupakan homo sapiens dan homo socius jika kemanusiaan manusia yang spesifik dan sosialitasnya jalin-menjalin secara tidak terlepaskan13.

Inti dari kepribadian manusia baik secara individu maupun kelompok adalah kesadaran dan kebebasannya (dunia subjektif)14. Pemikiran individu maupun kelompok atau organisasi tidak dapat dilepaskan dengan perilaku sosial. Kebebasan dan kesadaran dapat dilakukan siapa saja dan kelompok mana saja. Kendati demikian hal tersebut juga dibatasi oleh keadaan lingkungan. Sehingga tercipta pola atau perilaku kehidupan yang dipengaruhi oleh interaksi sosial dan 13 Berger:1990 dalam Lukman Setiyawan, “Jamaah Islam Lembaga Dakwah Islam

Indonesia (LDII) Studi Deskriptif: Konstruksi sosial Jamaah LDII Terhadap Ajaran Agam Islam LDII di Desa Wonorejo Kecamatan Tandes surabaya”, Skripsi, (Surabaya: Fisip Unair, 2011).

14 Paloma,(1942:397) dalam Esti Damarwati, “aktivitas Mahasiswa Kelompok Dakwah

respon masyrakat. Pola tersebut kemudian menentukan eksistensi individu atau kelompok pada realitas sosial.

Jika dikaitkan dengan Lemkari, konsep ini untuk mendeskripsikan respon masyarakat dan pemerintah Jawa Timur terhadap Lemkari. Pasalnya respon masyarakat Jawa Timur, khususnya yang diwakili oleh tokoh masyarakat Jawa Timur, seperti MUI mempengaruhi kebijakan Pemerintah Jawa Timur terhadap agama. Khususnya Lemkari itu sendiri. Sehingga ritme gerak Lemkari dipengaruhi oleh keadaan masyarakat disekitarnya. Misalnya pada perubahan Lemkari, dari bergabung dengan Golkar, namun tahun 1980an hubungannya menjadi longgar. Hal tersebut disebabkan oleh undang-undang organisasi masyarakat tahun 1985 dan respon masyarakat yang masih menganggap Lemkari sebagai organisasi yang masih menggunakan ajaran aliran yang dianggap sempalan sebelumnya.

Menurut Troeltsch, munculnya suatu sekte atau komunitas baru merupakan akibat dari konflik batin atau ketidak puasan terhadap prinsip nilai yang sudah mapan.15 Dalam hal ini Lemkari muncul sebagai ormas Islam adlaah sebagai wujud ketidak puasan pendiri terhadap ajaran-ajaran pada kelembagaan Islam yang telah mapan. Ada hal baru yang ingin dicapai dan wujudkan. Misalnya adalah mengkhittahkan kembali ajaran Islam. Seperti mengadakan keamiran, pengajaran manqul dan sanad. Hal ini kemudian yang mempengaruhi jalannya perkembangan organisasi Lemkari itu sendiri. Ajaran baru yang diperkenalkan, perlu disosialisasikan dan mendapat respon positif untuk dapat mempertahankan

eksistensinya. Jika sebuah organisasi baru tidak mendapatkan hal tersbeut, maka yang terjadi adalah organisasi tersebut terhempas dan mengalami dislokasi sosial. Dislokasi sosial merupakan tercabutnya anggota masyarakat dari kedudukan sosial tertentu dan diganti dengan kedudukan sosial tertentu. Hal ini kemudian terjadi pada organisasi Lemkari. Meskipun Lemkari berubah menjadi sebuah organisasi formal, namun Lemkari belum mendapatkan kepercayaan di masyarakat. Dislokasi sosial ini terjadi sebagai bentuk tidak terciptanya integrasi antara Lemkari dengan masyarakat.16

Dokumen terkait