• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masyarakat sekarang ini lebih peka terhadap pemerintahan daerah terutama pengelolaan keuangan daerah. Masyarakat memiliki harapan akan suatu pemerintahan daerah yang bersih, transparan, dan akuntabel, yang menandakan terselenggaranya pengelolaan keuangan daerah yang baik. Terdapat beberapa sumber yang mengatakan manfaat internet apabila digunakan sebagai media pelaporan keuangan. Menurut Bertot, dkk (2010), penggunaan internet dapat menciptakan budaya transparansi yang juga akan mewujudkan akuntabilitas. Pengungkapan secara sukarela laporan keuangan pemerintah daerah di internet dinilai efisien (Woldenberg, 2004 dalam Bertot, dkk 2010) dan efektif meningkatkan pengendalian terhadap perangkat pemerintahan daerah dari tindakan korupsi serta dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintahan daerah (Shim dan Eom, 2008 dalam Bertot, dkk 2010). Internet

dinilai dapat menjadi solusi atas harapan masyarakat akan terselenggaranya pengelolaan keuangan daerah yang baik.

Namun pada kenyataannya, hanya ada beberapa pemerintah daerah yang secara sukarela memanfaatkan internet sebagai media dalam malakukan pelaporan keuangannya. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi pemerintahan daerah yang melakukan dan tidak melakukan pelaporan keuangan di internet secara sukarela serta mengetahui karakteristik tertentu yang mempengaruhinya. Sehingga, dapat dianalisis alasan pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan melakukan atau tidak melakukan pelaporan keuangan di internet secara sukarela berhubung internet dinilai sebagai media yang efektif dan efisien dalam pelaporan keuangan yang dapat mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah daerah.

Penelitian ini menganalisis pengaruh tipe pemerintah daerah, kompetisi politik, dan opini audit terhadap pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintah daerah. Penduduk di pemerintah kabupaten pada umumnya melakukan urbanisasi. Menurut Ingram (1984) dalam Laswad, dkk (2005), urbanisasi membantu pembentukan koalisi, yaitu gabungan pemilih individu, sehingga kepala daerah memiliki dorongan yang lebih besar untuk memberikan informasi guna pemantauan secara proporsional dengan wilayah metropolitan yang memiliki jumlah penduduk yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah desa yang memiliki jumlah penduduk relatif kecil. Ditambah lagi, pemakaian dan akses internet di daerah tujuan urbanisasi lebih tinggi. Hal tersebut memungkinkan bahwa pelaporan keuangan di internet secara sukarela akan lebih

banyak dipraktikkan di pemerintahan provinsi dan pemerintahan kota dibandingkan pemerintahan kabupaten. Dengan demikian, tipe pemerintahan kabupaten mempunyai pengaruh terhadap pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintahan daerah.

Faktor terakhir dalam penelitian ini adalah kompetisi politik. Semakin besar kompetisi politik suatu pemerintahan daerah maka akan semakin besar kecenderungan kepala daerah untuk menyediakan informasi (Baber, 1983 dalam Laswad, dkk 2005) karena akan menanggung biaya pengawasan yang lebih besar dari saingan politiknya. Salah satu cara penyediaan informasi yang dapat dilakukan adalah menggunakan internet sebagai media pelaporan keuangan.

Pemda yang mendapat opini WTP akan cenderung melakukan publikasi laporan keuangan melalui internet untuk menunjukkan sinyal kualitas pengelolaan keuangan yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya, opini audit selain WTP dapat menimbulkan konotasi atau persepsi publik akan adanya penyimpangan dalam pengelolaan keuangan daerah, sehingga pemerintah cenderung menutupi informasi keuangannya. Penelitian Handayani (2010) menunjukkan bahwa tingkat penyimpangan mempunyai hubungan negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan. Semakin tinggi tingkat penyimpangan, maka pemda cenderung untuk menutupi informasi yang dimiliki, sehingga tingkat pengungkapan menjadi lebih rendah. Dengan demikian, opini audit berpengaruh terhadap pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintah daerah.

Dari uraian di atas, kerangka konseptual mengenai pengaruh ukuran pemerintah daerah, tipe pemerintah daerah kabupaten, dan kompetisi politik

terhadap pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintah daerah dapat digambarkan dalam satu model seperti berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Tipe Pemerintahan Daerah terhadap Pelaporan Keuangan di Internet secara Sukarela oleh Pemerintah Daerah Pemilih individu memiliki kemampuan yang terbatas dalam mengawasi perilaku kepala daerah dan perangkatnya dibandingkan dengan koalisi pemilih, yaitu kumpulan pemilih individu, yang memiliki kemampuan lebih besar untuk melakukan pengawasan karena potensi mereka dalam mempengaruhi hasil pemilihan kepala daerah yang dilakukan melalui voting (Baber, 1983 dan Ingram, 1984 dalam Laswad, dkk 2005). Macam-macam dari koalisi pemilih ialah koalisi partai, koalisi

Tipe Pemerintahan Daerah

Kompetisi Politik

Opini audit oleh BPK

Pelaporan Keuangan di Internet Secara

Sukarela oleh Pemerintah Daerah

politik, koalisi pekerjaan, dan lainnya. Kepala daerah akan berusaha mengakomodasi pengawasan yang dilakukan koalisi pemilih dengan cara menyediakan informasi yang berguna dalam pemantauan dari tindakan kepala daerah.

Menurut Ingram (1984) dalam Laswad, dkk (2005), urbanisasi membantu pembentukan koalisi. Dengan demikian, kepala daerah di daerah tujuan urbanisasi akan memiliki dorongan yang lebih besar dalam melakukan pelaporan keuangan di internet secara suakrela guna pemantauan secara proporsional dibandingkan dengan wilayah asal urbanisasi. Tipe pemerintahan daerah, yaitu pemerintahan provinsi, pemerintahan kota, dan pemerintaha kabupaten umumnya memiliki komposisi penduduk yang berbeda. Penduduk di pemerintahan kabupaten umumnya melakukan urbanisasi sehingga komposisi penduduk di pemerintahan kabupaten lebih homogen dibandingkan pemerintahan provinsi dan pemerintahan kota. Ditambah lagi, berdasarkan laporan kesenjangan telekomunikasi dan teknologi informasi di Amerika (Juli, 1999) yang dikeluarkan oleh Administrasi Informasi dan Telekomunikasi Nasional setempat, yang dikutip dalam Laswad, dkk (2005), didapat fakta bahwa pemakaian dan akses internet di daerah tujuan urbanisasi lebih tinggi. Hal tersebut memungkinkan bahwa pelaporan keuangan di internet secara sukarela akan lebih banyak dipraktikkan di pemerintahan provinsi dan pemerintahan kota dibandingkan pemerintahan kabupaten.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H1 : Tipe pemerintahan kabupaten memiliki pengaruh terhadap pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintah daerah secara parsial.

2.4.2 Pengaruh Kompetisi Politik terhadap Pelaporan Keuangan di Internet secara Sukarela oleh Pemerintah Daerah

Setelah dipilih, politisi biasanya mengabaikan janji-janji pemilu yang dibuat pada masa sebelum pemilihan. Namun, perilaku ini mungkin akan berkurang jika ada oposisi yang kuat untuk memantau kelompok yang ada di pemerintah. Rival politik dalam hal ini akan meminta untuk menginformasikan opini publik apaun terkait dengan penyimpangan dalam tindakan pemerintah dari janji-janji pemilu yang dibuat. Oleh karena itu, pihak oposisi disini berfungsi untuk menahan deviasi kepentingan antara pemilih dan politikus (Zimmerman, 1997). Akibatnya pihak pemerintah mungkin akan memilih kebijakan yang sesuai dengan janji ketika pemilu jika mereka ingin dipilih kembali. Tentu saja dengan tingginya faktor ini maka hal ini menunjukkan semakin besarnya tingkat persaingan politik (Baber, 1983 dalam Laswad, dkk 2005). Jika pemerintah ingin memenuhi komitmennya maka pemerintah akan tertarik menggunakan semua media pelaporan untuk mengkomunikasikan hal ini kepada masyarakat (Baber dan Sen, 1984 dalam Laswad, dkk 2005). Internet menjadi media yang paling efektif dan efisien untuk pelaporan informasi tersebut (Laswad, dkk

2005). Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut :

H2 : Kompetisi politik berpengaruh terhadap pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintah daerah secara parsial. 2.4.3 Pengaruh Opini Audit terhadap Pelaporan Keuangan di

Internet secara Sukarela oleh Pemerintah Daerah

Pemda yang mendapat opini WTP akan cenderung melakukan publikasi laporan keuangan melalui internet untuk menunjukkan sinyal kualitas pengelolaan keuangan yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya, opini audit selain WTP dapat menimbulkan konotasi atau persepsi publik akan adanya penyimpangan dalam pengelolaan keuangan daerah, sehingga pemerintah cenderung menutupi informasi keuangannya. Penelitian Handayani (2010) menunjukkan bahwa tingkat penyimpangan mempunyai hubungan negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan. Semakin tinggi tingkat penyimpangan, maka pemda cenderung untuk menutupi informasi yang dimiliki, sehingga tingkat pengungkapan menjadi lebih rendah. Maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

H3 : Opini audit berpengaruh terhadap pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintah daerah secara parsial.

2.4.4 Pengaruh Tipe Pemerintah Daerah, Kompetisi Politik, dan Opini Audit terhadap Pelaporan Keuangan di Internet secara Sukarela oleh Pemerintah Daerah

Dari penjelasan secara parsial masing-masing variabel yang telah diuraikan diatas, maka diduga secara bersama-sama variabel yang diteliti memiliki pengaruh terhadap pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintahan daerah. Maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

H4 : Tipe Pemerintah Daerah, Kompetisi Politik, dan Opini Audit berpengaruh secara simultan terhadap Pelaporan Keuangan di Internet secara Sukarela oleh Pemerintah Daerah

Dokumen terkait