• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan teori-teori yang digunakan dalam penelitian dan merupakan landasan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian. Kerangka teoritis dalam penelitian ini terdiri dari fungsi produksi dan penawaran kayu bulat hutan alam, harga riil kayu bulat hutan alam, dan model persamaan simultan.

3.1.1. Fungsi Produksi dan Penawaran Kayu Bulat Hutan Alam

Produksi adalah transformasi sumber-sumber (input) menjadi produk (output). Fungsi produksi dapat didefinisikan sebagai hubungan seara teknis dalam transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara hubungan input dengan output (Debertin, 1986; Doll dan Orazen, 1984). Secara umum hubungan antar input-output menghasilkan produksi kayu bulat hutan alam (QT1) secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

QT1 = f (X1,X2,X3,X4) ... (01) dimana :

QT1 = Output (m3)

X1 = Jumlah kayu bulat hutan alam (m3) X2 = Izin Pemanfaatan Kayu (Rp/m3) X3 = Harga input (Rp/m3)

X4 = Harga output (Rp/m3)

Dirumuskan secara sederhana, fungsi produksi kayu bulat hutan alam adalah : QT1t = (I1t-1, IPKt, PT1t-1, QT1t-1) ... (02) dimana :

QT1t = Produksi kayu bulat hutan alam (juta m3)

I1t-1 = Inventarisasi stok kayu bulat hutan alam tahun ke t-1 (juta m3) IPKt = Izin Pemanfaatan Kayu (juta m3)

PT1t-1 = Harga riil kayu bulat hutan alam tahun ke t-1 (000 Rp/m3) QT1t-1 = Produksi kayu bulat hutan alam tahun ke t-1 (juta m3)

Secara teoritis, kuantitas penawaran kayu bulat dipengaruhi oleh produksi kayu bulat di dalam negeri dikurangi dengan ekspor kayu bulat dan ditambah

dengan inventarisasi stok kayu bulat di dalam negeri tahun ke t-1. Sehingga dapat dirumuskan secara sederhana fungsi penawaran kayu bulat hutan alam adalah sebagai berikut :

STt = QT1t – EKBt + I1t-1 ………... (03) dimana :

STt = Penawaran kayu bulat hutan alam (juta m3) QT1t = Produksi kayu bulat hutan alam (juta m3) EKBt = Ekspor kayu bulat hutan alam (juta m3)

I1t-1 = Inventarisasi stok kayu bulat hutan alam tahun ke t-1 (juta m3) Lipsey et al. (1993) menyatakan bahwa hukum penawaran pada dasarnya semakin tinggi harga suatu komoditi, makin besar jumlah komoditi yang akan ditawarkan, semakin rendah harga, semakin kecil jumlah komoditi yang ditawarkan.

3.1.2. Fungsi Harga Riil Kayu Bulat Hutan Alam

Harga riil kayu bulat hutan alam di pasar domestik (PT1) ditentukan oleh penawaran kayu bulat dan harga riil kayu bulat pada tahun ke-t-1. Dengan demikian, permintaan harga riil kayu bulat hutan alam sebagai berikut :

PT1t = STt + PT1t-1 ... (04) dimana :

PT1t = Harga riil kayu bulat hutan alam (000 Rp/m3) STt = Penawaran kayu bulat hutan alam (juta m3)

PT1t-1 = Harga riil kayu bulat hutan alam tahun ke t-1 (000 Rp/m3)

Menurut Nicholson (2002), harga pasar mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai pemberi sinyal informasi bagi produsen mengenai berapa banyak barang yang seharusnya diproduksi untuk mencapai laba maksimum dan penentu tingkat permintaan bagi konsumen yang menginginkan kepuasan maksimum. Kenaikan dalam permintaan menyebabkan keseimbangan harga meningkat sehingga permintaan mempengaruhi harga secara positif. Penawaran mempengaruhi harga secara negatif, yaitu jika penawaran meningkat maka harga akan cenderung turun. Hal ini disebabkan kualitas barang yang ditawarkan oleh produsen lebih besar daripada yang dibutuhkan atau yang diinginkan oleh konsumen.

3.1.3. Teori Penawaran

Teori penawaran bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang memengaruhi penawaran. Penawaran adalah sejumlah barang atau jasa yang tersedia dan dapat dijual oleh penjual pada tingkat harga dan suatu waktu tertentu. Hukum penawaran pada dasarnya menyatakan ketika semakin tinggi harga suatu barang maka akan semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual dan sebaliknya. Menurut Lipsey et al. (1987), hukum penawaran menjelaskan bahwa jumlah barang dan/atau jasa yang ditawarkan berbanding sejajar dengan tingkat harga. Apabila harga (P) naik, maka penawaran (S) relatif akan naik, namun apabila P turun maka S akan turun, ceteris paribus, sebagai berikut :

Sumber: Lipsey et al (1987)

Gambar 2. Kurva Penawaran (Supply Curve)

Kurva penawaran adalah hubungan antara jumlah barang yang perusahaan bersedia menjual dengan harga barang tersebut (Pindyck dan Rubinfeld, 2005). Konsep penawaran digunakan untuk menunjukkan keinginan para penjual di suatu pasar. Kurva penawaran memiliki kemiringan positif karena biaya marginal akan meningkat apabila kuantitas meningkat (Nicholson, 2005).

Kurva penawaran menunjukkan hubungan antara kuantitas suatu barang yang ditawarkan pada berbagai tingkat harga, ceteris paribus (Arsyad, 1999). Berdasarkan ragam dari fungsi permintaan, untuk pemanfaatan utility maximization problem, dikenal individual demand function yaitu permintaan kuantitas berbagai fungsi dari harga (the ordinary demand curve), dan permintaan kuantitas berbagai fungsi dari pendapatan (the Engel Curve), permintaan kuantitas fungsi dari harga dan barang lain (the cross-price demand function) (Binger dan Hoffman, 1988).

3.1.4. Model Persamaan Simultan

Menurut Sinaga (2011), model persamaan tunggal adalah spesifikasi model dari suatu permasalahan dengan memandang suatu sistem secara partial. Suatu aspek (faktor-faktor) permasalahan diformulasikan dalam satu persamaan yang tidak terkait dengan aspek (faktor-faktor) permasalahan lain.

Sistem persamaan simultan dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang dunia nyata dibandingkan dengan model persamaan tunggal (Gujarati, 1998). Hal ini disebabkan karena peubah-peubah dalam persamaan satu dengan yang lainnya dalam model dapat berinteraksi satu sama lain. Persamaan simultan tidak hanya memiliki satu persamaan yang menghubungkan satu variabel endogen tunggal dengan sejumlah variabel penjelas non stokastik atau didistribusikan secara bebas dari unsur gangguan stokastik. Satu ciri unik dari persamaan simultan adalah variabel endogen dari suatu persamaan mungkin muncul sebagai variabel yang menjelaskan (explanatory variable) dalam persamaan lain dari sistem. Bentuk umum dari persamaan simultan dapat dirumuskan sebagai berikut : Y1i = 10α+ 12αY2i+ 11 βX1i + u1i ... (05) Y2i = 20α+ 21αY1i + 21 βX1i + u2i ... (06) Y1 dan Y2 merupakan variabel yang saling bergantung atau bersifat endogen, dan Xt merupakan variabel yang bersifat eksogen, keterangan u1 dan u2 adalah unsur gangguan stokastik, variabel Y1 dan Y2 adalah stokastik. Pemilihan model yang akan digunakan berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mendapatkan faktor-faktor yang memengaruhi penawaran kayu bulat hutan alam di Indonesia.

3.1.5. Simulasi Kebijakan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.41/Menhut-II/2014 Tentang Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang Berasal dari Hutan Alam, Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH) adalah pungutan yang dikenakan pada pemegang izin sebagai pengganti nilai intrinsik dari hasil hutan yang dipungut dari hutan negara. Sedangkan Dana Reboisasi adalah dana untuk reboisasi dan rehabilitasi hutan serta kegiatan pendukungannya yang dipungut dari pemegang izin pemanfaatan hasil hutan kayu.

Penetapan tarif PSDH dan DR biasanya didasarkan pada kesepakatan antara pengusaha dan pemerintah, bukan pada suatu metode yang obyektif-ilmiah. Penentuan besarnya DR ditetapkan begitu saja dan kenaikannya pun tidak berdasarkan pertimbangan, misalnya karena harga kayu yang membaik atau terjadi efisiensi pemanenan kayu. Demikian pula dengan PSDH, yang ditetapkan berdasarkan persentase terhadap patokan (Astana et al, 2014).

Perubahan kebijakan internal dan eksternal yang akan disimulasikan adalah: dampak pada kebijakan larangan ekspor kayu bulat hutan alam, peningkatan jumlah ekspor kayu bulat hutan alam sebesar 5%, serta peningkatan PSDH dan DR masing-masing sebesar 10% yang berpengaruh terhadap naiknya harga riil kayu bulat hutan alam menjadi sebesar 20%.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Pasokan kayu bulat sebagai bahan baku industri tidak terlepas dari kayu-kayu penebangan ilegal yang menyebabkan menurunnya jumlah kawasan hutan dan kualitas sumberdaya hutan di Indonesia. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan ekspor kayu bulat. Adanya larangan ini menyebabkan penawaran kayu bulat di dalam negeri tidak seimbang dengan permintaannya. Dampak penerapan instrumen pajak per unit dapat dilihat melalui perbedaan pajak yang dibayar oleh konsumen dan yang dibayar oleh produsen. Besarnya kehilangan penerimaan produsen dan konsumen akibat kebijakan pajak akan menjadi bagian penerimaan pemerintah, yang termasuk penerimaan dari Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR).

Perkembangan penawaran kayu bulat hutan alam di Indonesia diestimasi dengan metode Two Stage Least Squares (2SLS) untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi penawaran kayu bulat hutan alam di Indonesia. Serta dalam mengevaluasi dampak kebijakan larangan ekspor kayu bulat hutan alam dan skenario-skenario dalam penelitian ini digunakan simulasi historis Newton. Kesimpulan dari hasil analisis penelitian akan dijadikan sebagai saran dalam mendukung industri kayu bulat hutan alam Indonesia. Secara konseptual analisis faktor-faktor yang memengaruhi penawaran kayu bulat hutan alam Indonesia dijelaskan dalam Gambar 3.

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Pasokan kayu bulat sebagai bahan baku industri tidak terlepas dari pasokan kayu-kayu dari hasil

penebangan ilegal

Menurunnya jumlah kawasan hutan dan kualitas sumberdaya hutan di Indonesia

Pemerintah mengeluarkan kebijakan perdagangan produk kehutanan, salah satunya

kebijakan larangan ekspor kayu bulat

Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penawaran kayu

bulat hutan alam di Indonesia

Mengkaji dampak kebijakan pelarangan ekspor kayu bulat dan skenario peningkatan jumlah ekspor

kayu bulat serta skenario peningkatan PSDH dan DR terhadap penawaran kayu bulat hutan alam di

Indonesia

Informasi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi penawaran kayu bulat dan dampak kebijakan pelarangan ekspor kayu bulat dan skenario peningkatan jumlah ekspor kayu bulat serta skenario peningkatan PSDH dan DR terhadap penawaran kayu bulat hutan

alam di Indonesia

Simpulan dan saran untuk mendukung peningkatan industri

Dokumen terkait