• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 37-43)

Menyadari pentingnya peranan pajak dari segi penerimaan negara, maka upaya ke arah peningkatan pendapatan negara dari sektor pajak ini terus digiatkan. Hal ini terlihat dengan dikeluarkannya berbagai kebijakan pemerintah dalam bidang perpajakan. Reformasi perpajakan di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1983, yaitu sistem pemungutan pajak di Indonesia menganut Self Assessment

System yang menggantikan sistem pemungutan pajak yang semula yaitu Official Assessment System. Selain itu reformasi perpajakan juga dilakukan tahun 2000

yaitu dengan diterapkannya Sistem Administrasi Perpajakan Modern. Dengan adanya perubahan tersebut, Wajib Pajak diharapkan menjadi patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi Self Assessment System adalah kepatuhan pajak. Sistem self assessment menuntut adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Dalam Self Assessment

System, wajib pajak diberikan kepercayaan untuk memenuhi dan melaksanakan

sendiri kewajiban dan hak perpajakannya. Dalam hal ini dikenal dengan: (1) Mendaftarkan diri ke KPP, (2) Menghitung pajak oleh Wajib Pajak, (3) Membayar pajak, (4) Pelaporan dilakukan oleh Wajib Pajak. Sedangkan pejabat pajak hanya merupakan pembina dan pengawas yang memastikan bahwa setiap Wajib Pajak telah melaksanakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan (Siti Kurnia, 2010:103).

Dalam pelaksanaan Self Assessment System menuntut kepatuhan secara sukarela dari Wajib Pajak maka system ini juga akan menimbulkan peluang besar

bagi Wajib Pajak untuk melakukan tindakan kecurangan, pemanipulasian perhitungan jumlah pajak, penggelapan jumlah pajak yang seharusnya (Siti Kurnia 2010:102). Oleh karena itu, wajib pajak dituntut kejujurannya dalam pelaksanaan Self Assessment System untuk lebih meningkatkan kepatuhan dalam perpajakannya.

Pernyataan diatas didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh John Hutagaol (2005) yang berjudul Self Assessment Implementasi dan Kendalanya mengemukakan bahwa dalam Self Assessment System, peran serta masyarakat Wajib Pajak di dalam pemenuhan kewajiban perpajakan sangat penting dan bahkan menjadi faktor penentu keberhasilan pengumpulan pajak. Jika sistem terebut dilaksanakan dengan baik maka diyakini akan meningkatkan kepatuhan sukarela secara otomatis.

Sejak tahun 2001, Direktorat Jenderal Pajak telah memulai beberapa langkah reformasi administrasi perpajakan jangka menengah (3-5 tahun) sebagai prioritas reformasi perpajakan yang menjadi landasan bagi terciptanya administrasi perpajakan yang modern, efisien dan dipercaya masyarakat dengan tujuan tercapainya: (1) tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi; (2) tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi perpajakan yang tinggi; (3) tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi.

Untuk mencapai target tujuan tersebut, maka pemerintah melakukan pengkerucutan berupa program-program dan langkah-langkah reformasi perpajakan yang diharapkan program-program dan langkah-langkah ini berjalan

sesuai dengan apa yang telah direncanakan, dalam menentukan program-program dan langkah-langkah reformasi administrasi pajak ini dapat menyentuh empat dimensi penerapan sistem administrasi pajak modern itu sendiri. Menurut Chaizi Nasucha (2005:9), dimensi dari sistem administrasi perpajakan modern meliputi (1) modernisasi struktur organisasi, (2) modernisasi prosedur organisasi, (3) modernisasi strategi organisasi, dan (4) modernisasi budaya organisasi.

Dimensi tersebut menjelaskan bahwa program reformasi administrasi perpajakan diwujudkan dalam penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang memiliki ciri khusus antara lain struktur organisasi yang dirancang berdasarkan fungsi, tidak lagi menurut seksi-seksi berdasarkan jenis pajak, perbaikan pelayanan bagi setiap Wajib Pajak melalui pembentukan account

representative dan compliant center untuk menampung keberatan Wajib Pajak.

Selain itu, sistem administrasi perpajakan modern juga merangkul kemajuan teknologi terbaru diantaranya melalui pengembangan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) dengan pendekatan fungsi menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) yang dikendalikan oleh case management system dan

work flow system dengan berbagai pelayanan yang berbasis e-system, seperti E-Registration, E-SPT, E-Filling, E-Paymentyang diharapkan meningkatkan

mekanisme kontrol yang lebih efektif ditunjang dengan penerapan kode etik pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang mengatur perilaku pegawai dalam melaksanakan tugas dan pelaksanaan good governance.

Sistem administrasi perpajakan modern selain dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap aparat pajak, dan produktivitas aparat pajak juga diharapkan meningkatnya kepatuhan pajak.

Menurut Abdul Rachman (2009) berdasarkan hasil penelitiannya Hubungan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak adalah sebagai sistem administrasi perpajakan modern berkolerasi signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian Abdul Rachman ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan olehMarcus Taufan Sofyan (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara penerapan sistem administrasi perpajakan modern dari dimensi modernisasi struktur organisasi, modernisasi prosedur organisasi, modernisasi strategi organisasi, dan modernisasi budaya organisasi terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Safri Nurmantu dalam Siti Kurnia (2010:138) mendefinisikan kepatuhan perpajakan adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.

Terdapat dua macam kepatuhan, menurut Siti Kurnia (2010:138) yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. Sedangkan kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantif memenuhi

semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat meliputi kepatuhan formal.

Dalam UU No. 28 Tahun 2007 KUP kepatuhan formal meliputi (1) kepatuhan mendaftarkan diri, (2) kepatuhan menyampaikan SPT tepat waktu, (3) kepatuhan dalam pembayaran pajak terutang tepat waktu. Sedangkan kepatuhan material meliputi (1) Kepatuhan dalam mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, (2) kejujuran dalam penghitungan pajak terutang, (3) membayar sanksi administrasi.

Self Assessment System dan Sistem perpajakan modern yang ada,

diharapkan Wajib Pajak akan termotivasi dalam melakukan administrasi perpajakan, sehingga kepatuhan wajib pajak meningkat.

Berdasarkan dari penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran atas pengaruh Self Assessment

System dan Sistem Adminitrasi Pepajakan Modern terhadap tingkat Kepatuhan

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.7 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dan dukungan teori yang ada maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Reformasi Perpajakan

Self Assessment System Sistem Administrasi Perpajakan Modern

1. Mendaftarkan diri ke KPP 2. Menghitung pajak oleh Wajib

Pajak

3. Membayar pajak dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak

4. Pelaporan dilakukan Wajib Pajak Siti Kurnia (2010:103)

1. Modernisasi struktur organisasi 2. Modernisasi prosedur organisasi 3. Modernisasi strategi organisasi 4. Modernisasi budaya organisasi

Chaizi Nasucha (2005:166)

Diharapkan Wajib Pajak lebih termotivasi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya

Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak Kepatuhan Formal:

Kepatuhan mendaftarkan diri, kepatuhan menyampaikan SPT tepat waktu, kepatuhan dalam pembayaran pajak terutang tepat waktu.

Kepatuhan Material:

Kepatuhan dalam mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, kejujuran dalam penghitungan pajak terutang, membayar sanksi

administrasi.

Ha1 : Self Assessment System berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

Ha2 : Sistem Administrasi Perpajakan Modern berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

Ha3 : Self Assessment System dan Sistem Administrasi Perpajakan Modern berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian Self Assessment System (X1) Sistem Administrasi Perpajakan Modern (X2)

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y)

Abdul Rahman John Hutagaol

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 37-43)

Dokumen terkait