Kerangka Pemikiran
Permasalahan sosial dalam perkembangan pertanian akhir-akhir ini disadari sebagai faktor yang menentukan keberhasilan adopsi teknologi di tingkat petani. Di antara permasalahan sosial yang ada, kelembagaan merupakan salah satu faktor yang perlu dicermati untuk mengetahui kelembagaan yang perlu mendapatkan prioritas berkaiatan dengan upaya meningkatkan usahatani, khususnya usahatani pada kelompok tani sayuran yang dibina oleh International
Cooperation and Development Fund (ICDF) Taiwan.
Menurut Taryoto (1995), analisis kelembagaan dalam bidang pertanian adalah analisis yang ditunjukkan untuk memperoleh deskripsi mengenai suatu fenomena sosial ekonomi yang berkaitan dengan hubungan antara dua atau lebih pelaku interaksi sosial ekonomi, yang mencakup dinamika, aturan-aturan yang berlaku dan disepakati bersama oleh para pelaku interaksi, dinamika perilaku yang ditunjukkan oleh pelaku interaksi disertai analisis mengenai hasil akhir yang diperoleh dari hasil interaksi.
Interaksi dinamis, lebih dikenal sebagai komunikasi. Dalam perubahan sosial peran komunikasi ini menjadi penting, sehingga menjadi peubah kunci yang perlu diteliti. Dimana dalam penelitian ini ingin dipelajari seperti apa paradigma pola komunikasi pembangunan yang berlangsung pada pembinaan dalam bentuk pendampingan kewirausahaan petani sayuran oleh ICDF Taiwan di dua lokasi amatan. Berikut ulasan pola komunikasi pendampingan yang dalam penelitian ini dijadikan sebagai peubah terikat.
Paradigma Pola Komunikasi Kewirausahaan Petani
Paradigma pola komunikasi kewirausahaan petani sebagai peubah Y1 pada saat ini menurut Tufte dan Mefalopulos (2009) cenderung berbentuk: monologik, dan dialogik. Hanya saja kondisinya sekarang masih bersifat klasik, statis, menunggu, dan tradisional. Ke depannya diharapkan dapat lebih modern, dinamis dan mampu mengantisipasi perdagangan bebas.
Tabel 2. Penelitian awal tentang paradigma pola komunikasi kewirausahaan petani antara monologik dan dialogik di dua lokasi amatan
Kondisi Sekarang Pola komunikasi kewirausahaan Petani yang Ideal
1. Pola komunikasi monologik statis, aspek-aspeknya lemah dalam hal :
a. Pola klasik searah monoton b. Pola menunggu
c. Pola tradisional
2. Pola komunikasi dialogik aspek- aspeknya adalah lemah dalam hal : a. Pola klasik
b. Pola menunggu c. Pola tradisional
1. Idealnya adalah pola komunikasi Petani monologik yang Dinamis, aspek-aspeknya kuat dalam hal : a. Kreatif dan berbagi
b. Inisiatif
c. Kemodernan inovasi
2. Idealnya adalah pola komunikasi Petani dialogik yang Dinamis, aspek- aspeknya kuat dalam hal :
a. Pola klasik b. Pola menunggu c. Pola tradisional Penggabungan Teori dengan Praktek: Multi-Track Model
Multi-Track Model berasal dari kebutuhan untuk menggabungkan
kompleksitas dan luasnya metode operasional dan tantangan menjadi sebuah kerangka metodologi komunikasi. Untuk menyoroti kefleksibilitasan dan adaptibilitas ke dalam berbagai situasi, model pendekatan komunikasi ini dibagi ke dalam dua kategori dasar: komunikasi monologik dan komunikasi dialogik.
Tabel 3. Ciri-ciri utama dari pola komunikasi monologik dan dialogik Ciri Utama Komunikasi Monologik Komunikasi Dialogik
Fungsi Komunikasi untuk disampaikan Komunikasi untuk membujuk Komunikasi untuk ditelusuri Komunikasi untuk memberi kuasa Tujuan utama Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan Mempromosikan perubahan sikap dan sifat Menilai, menyelidiki, menganalisa isu, menghindari konflik Membangun kapasitas, melibatkan stakeholder Model yang direferensikan Satu arah (monologik) Satu arah (monologik) Dua arah (dialogik) Dua arah (dialogik) Metode atau media yang dianjurkan Dominan menggunakan media massa Dominan menggunakan media massa Menitik beratkan penggunaan interpersonal Menggunakan dialog untuk partisipasi Sumber: Tufte dan Mefalopulos (2009)
Komunikasi monologik terdiri dari metode satu arah seperti penyebaran informasi, kampanye media, dan metode difusi yang lain. Metode dialogik mengacu kepada komunikasi dua arah, dimana proses dan hasilnya berakhir terbuka dan pembahasan isu lebih mendalam dan menghasilkan pengetahuan dan solusi baru, dibandingkan hanya menyampaikan informasi.
Paradigma Kapasitas Kewirausahaan Petani
Indikator kapasitas kewirausahaan petani tinggi jika dalam melakukan usahatani sayuran, didukung oleh daya/kemampuan yang dimiliki pada diri petani dalam mengidentifikasi potensi usahatani, memanfaatkan peluang usahatani, dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi dan menjaga keberlanjutan sumberdaya usahatani yang dikuasai tinggi pula. Kapasitas petani tersebut akan berpengaruh terhadap kemandirian berusahatani dan kedinamisan berusahatani.
Paradigma kapasitas kewirausahaan petani sayuran saat ini dari pengamatan awal/hasil wawancara dengan para petani sayuran di bawah pendampingan misi teknik Taiwan di Indonesia telah terjadi kesenjangan antara
technical skill, social skill dan managerial skill kondisi sekarang dengan
technical skill, social skill dan managerial skill yang ideal pada petani di Indonesia pada umumnya. Hasil studi awal mengenai kesenjangan tersebut tersaji pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Kesenjangan technical, social and managerial skill kewirausahaan petani di lokasi amatan saat ini dibandingkan kondisi ideal
Technical Skill, sosial skill dan managerial skill kewirausahaan petani
Kondisi Sekarang Kondisi Ideal
1. Kebanyakan Petani Indonesia masih apatis, aspek-aspeknya adalah lemah dalam:
a. Kreativitas b. Inisiatif c. Keinovativan.
2. Kebanyakan Petani Indonesia sekarang kurang percaya diri dalam berwirausaha (tidak berani ambil resiko) takut kalah bersaing dengan produk/ komoditas impor.
3. Kurang mengikuti perkembangan informasi inovasi pertanian.
4. Belum mampu mandiri.
1. Idealnya adalah Petani yang Dinamis, aspek-aspeknya kuat dalam:
a. Kreativitas b. Inisiatif
c. Kemodernan inovasi.
2. Petani mempunyai rasa percaya diri dalam berwirausaha (berani
mengambil resiko), tidak takut kalah bersaing dengan produk/ komoditas impor.
3. Mengikuti perkembangan informasi inovasi pertanian
Diharapkan petani di Indonesia dapat meningkatkan kapasitas technical skill, social skill dan managerial skill kewirausahaannya guna mengantisipasi perdagangan bebas pada globalisasi ekonomi ke depan bisa lebih dinamis dalam berbagai aspek-aspeknya yang inisiatif, berkreatif dan modern, mempunyai rasa percaya diri dalam berwirausaha (berani mengambil resiko) tidak takut kalah bersaing dengan produk/komoditas impor serta selalu mengikuti perkembangan informasi inovasi pertanian.
Kedua peubah terikat, pola komunikasi kewirausahaan petani sayuran (Y1), dan pengembangan kapasitas kewirausahaan petani sayuran (Y2) di atas kemudian dianalisis keterkaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini berupa peubah-peubah independen, sebagai berikut:
X1. Karakteristik petani peubahnya meliputi: X1.1 Tingkat pendidikan X1.2 Usia X1.3 Jenis kelamin X1.4 Pendapatan X1.5 Kepemilikan aset X1.6 Kekosmopolitan X1.7 Pengalaman berusaha
X1.8 Berani mengambil resiko.
X2. Dinamika sosial peubahnya meliputi: X2.1 Keanggotaan kelompok
X2.1 Ekologi kelompok X2.3 Status dan kekuasaan X2.4 Kepemimpinan kelompok X2.5 Suasana/Iklim kelompok
X2.6 Jaringan komunikasi tradisional. X3. Lingkungan fisik peubahnya meliputi:
X3.1 Infrastruktur/sarana komunikasi X3.2 Ciri/karakteristik teknologi.
X4. Lingkungan sosial ekonomi peubahnya meliputi: X4.1 Dukungan keluarga
X4.2 Dukungan kelembagaan X4.3 Dukungan sistem sosial
X4.4 Dukungan mitra usaha (Bisnis) X4.5 Iklim kewirausahaan syariah X4.6 Keberfungsian kearifan lokal. X4,7 Keterbukaan pasar
X1.8 Informasi media massa.
Keterkaitan antar peubah terikat dan independen yang diinvestigasi pada penelitian ini tersaji pada Gambar 4 berikut ini. Pertama, penelitian memfokuskan pengaruh peubah dinamika sosial, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan fisik terhadap pola komunikasi kewirausahaan petani sayuran, dan mengabaikan kaitan peubah karakteristik petani dengan peubah pola komunikasi pendampingan kewirausahaan petani sayuran. Kedua, yang menjadi perhatian adalah peubah
Gambar 4. Kerangka berpikir pola komunikasi pada pengembangan kapasitas kewirausahaan petani sayuran
Lingkungan Fisik (X3) X3.1 Infrastruktur/sarana Komunikasi X3.2 Ciri/karakteristik teknologi Dinamika Sosial (X2) X2.1 Keanggotaan kelompok X2.2 Ekologi kelompok
X2.3 Status & kekuasaan
X2.4 Kepemimpinan klpk
X2.5 Suasana/Iklim kelompok
X2.6 Jaringan komunikasi trad.
Karakteristik Petani (X1) X1.1 Tingkat pendidikan X1.2 Usia X1.3 Jenis kelamin X1.4 Pendapatan X1.5 Kepemilikan aset X1.6 Kekosmopolitan X1.7 Pengalaman berusahatani
X1.8 Keberanian ambil resiko
Lingkungan Sosek (X4)
X4.1 Dukungan keluarga
X4.2 Dukungan kelembagaan
X4.3 Dukungan sistem sosial
X4.4 Dukungan mitra usaha
X4.5 Iklim kewirausahaan
syariah
X4.6 Keberfungsian kearifan
lokal
X4.7 Keterbukaan pasar
X4.8 Informasi media massa Pola Komunikasi Kewirausahaan Petani Sayuran (Y1) Y1.1 Monologik Y1.2 Dialogik Kapasitas Kewirausahaan Petani Sayuran (Y2) Y2.1 Keterampilan teknis Y2.2 Keterampilan sosial Y2.3 Keterampilan manajerial Keberdayaan Petani
kapasitas kewirausahaan petani sayuran. Peubah terikat ini diduga dipengaruhi oleh peubah bebas lingkungan fisik, karakteristik petani, lingkungan sosial ekonomi, dan pola komunikasi kewirausahaan petani. Sebenarnya, konseptuasi peubah dinamika sosial pun turut mempengaruhi peubah terikat kapasitas kewirausahaan petani sayuran. Hanya saja peubah dinamikasi sosial tersebut diasumsikan mempengaruhi secara tidak langsung pada peubah terikat kapasitas kewirausahaan petani sayuran, yaitu melalui peubah pola komunikasi pendampi- ngan kewirausahaan petani sayuran sebagai intermediate variable atau intervining variable. Diasumsikan bahwa semakin baik peubah-peubah bebas tersebut, maka semakin signifikan mempengaruhi pola komunikasi pendampingan kewirausahaan petani sayuran, yakni semakin meningkatkan kualitas komunikasi monologik dan meningkatkan mutu dan intensitas komunikasi dialogik di antara petani sayuran, antara petani dengan kelompoknya, dan antara petani dan kelompok tani dengan penyuluh atau pendamping dari misi teknik Taiwan. Apabila peubah pola komunikasi pendampingan kewirausahaan petani semakin baik, maka semakin signifikan mempengaruhi peubah kapasitas kewirausahaan petani sayuran. Dengan kapasitas kewirausahaan petani sayuran yang semakin meningkat, untuk
technical skill, social skill maupun managerial skill yang menjadi lebih baik, diharapkan akan berdampak pada keberdayaan petani yang semakin meningkat. Hanya saja penelitian ini, dibatasi pada peubah terikat kapasitas petani, tidak sampai kepada peubah keberdayaan petani sayuran.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka penelitian yang diuraikan di atas, maka dibangun dua hipotesis penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang nyata antara lingkungan fisik, dinamika sosial dan lingkungan sosial ekonomi terhadap pola komunikasi kewirausahaan petani sayuran.
2. Terdapat pengaruh yang nyata antara lingkungan fisik, karakteristik petani, lingkungan sosial ekonomi, dan pola komunikasi kewirausahaan petani terhadap kapasitas kewirausahaan petani sayuran.
57
METODE PENELITIAN