• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran

IV. III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Menurut teori pasar, terdapat dua unsur yang membentuk pasar yaitu permintaan dan penawaran. Permintaan terjadi karena adanya keinginan (willing) dan kemampuan (ability). Pergeseran permintaan timbul karena adanya perubahan pendapatan, selera, dan jumlah konsumen, sedangkan penawaran tergantung dari kualitas dan banyaknya produsen. Teori pasar tersebut juga berlaku pada pasar jasa seks komersial.

Sisi penawaran berasal dari penduduk yang terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari, tanpa membutuhkan pendidikan atau keterampilan khusus. Umumnya mereka tinggal di daerah yang tingkat perkembangannya rendah, bahkan daerah miskin, yang tidak tersedia lapangan usaha yang dapat memberikan penghasilan yang memadai. Karena tidak ada pekerjaan yang dapat menghasilkan uang, mereka menjadi penganggungan, maka untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya para penduduk meninggalkan tempat tinggal menuju suatu tempat yang mereka tidak tahu pasti apa yang akan dikerjakan. Di tempat yang dituju, umumnya daerah perkotaan, banyak tersedia lapangan usaha yang membutuhkan pendidikan khusus atau formal, sedangkan mereka tidak memiliki persyaratan tersebut, tidak dapat dapat memasuki lapangan kerja yang ada. Mereka tidak mungkin kembali ke kampung halaman karena belum berhasil mendapatkan penghasilan, sedangkan bekal uang yang dibawa semakin habis. Berbagai cara dilakukan agar mereka dapat kembali ke kampung halaman dengan membawa uang.

Menjadi pekerja seks, bagi kaum perempuan, merupakan salah satu cara untuk mendapatkan uang. Mungkin pada mulanya mereka tidak mau menjadi pekerja seks namun dengan berbagai bujuk rayu bahkan pemaksaan dari berbagai pihak yaitu

menjadi pekerja seks mudah dan cepat mendapat uang yang banyak, akhirnya mereka mau bekerja sebagai pekerja seks.

Kemiskinan merupakan alasan klasik yang diungkapkan pekerja seks komersial. Namun demikian setelah para pekerja seks memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik pun mereka tidak mau berhenti bekerja sebagai pekerja seks, mereka merasa malu bekerja di lingkungan masyarakat umum karena mereka akan dikucilkan masyarakat. Alasan lainnya kenapa mereka tidak mau berhenti atau meninggalkan ‘dunia hitam’ tersebut adalah karena penghasilan yang mereka dapatkan jauh lebih besar dibandingkan pekerjaan lain dengan bekal pendidikan mereka yang rendah.

Sisi permintaan jasa seks berasal dari berbagai kalangan untuk memenuhi kebutuhan seks, di antaranya adalah penduduk yang mobilitasnya tinggi, yaitu penduduk yang sering melakukan perjalanan tanpa membawa keluarga dan pergi untuk waktu yang cukup lama. Mereka umumnya berasal dari daerah yang tingkat perkembangannya tinggi atau daerah kaya. Pengguna jasa pekerja seks bisa juga berasal dari penduduk setempat yang tingkat kesejahteraannya sudah tinggi atau pendatang yang tinggal sendiri tanpa keluarga. Permintaan mengenai jasa seks tidak pernah berhenti, karena semakin tinggi tingkat kesejahteraan seseorang, maka semakin selektif dalam memperoleh pelayanan seks ko mersial.

Struktur pasar jasa seks komersial berbeda dengan pasar konvensional, yang mempunyai lokasi tertentu dan mudah diketahui umum. Lokasi pasar jasa seks komersial hanya diketahui oleh orang yang ingin dan atau biasa menggunakan jasa seks komersial. Transaksi dalam pasar ini ada beraneka ragam, misalnya tawar menawar langsung dilakukan oleh langsung penjual dan pembeli atau tawar menawar dilakukan oleh pihak lain.

Struktur pasar jasa seks komersial dikategorikan menjadi 2 model, yaitu terorganisir da n tidak terorganisir. Pasar jasa seks komersial yang terorganisir mempunyai sistem manajemen, pemimpin, sistem keamanan dan pengawasan kesehatan. Pekerja seks yang bekerja pada pasar ini sangat diatur oleh pimpinannya,

baik dalam menerima tamu atau menerima panggilan khusus. Bahkan mobilitas pekerja seks diatur sedemikian rupa sehingga mereka tidak mudah untuk keluar dari pekerjaan ini. Sebaliknya pada pasar jasa yang tidak terorganisir, tidak ada sistem manajemen, sehingga pekerja seks dapat keluar dari pekerjaannya dengan mudah. Pasar jasa seks komersial yang terorganisir mempunyai suatu tempat tertentu (lokalisasi), yang resmi disediakan oleh pemerintah. Namun demikian ada yang tidak mempunyai tempat tertentu dan terselubung, misalnya panti pijat, salon, bar, atau karaoke. Pada pasar jasa seks komersial yang tidak terorganisir, selain tidak mendapat ijin praktek dari pemerintah, pekerja seks umumnya bekerja sendiri-sendiri. Lokasi umumnya adalah di jalanan, café atau tempat tinggal pekerja seks. Transaksi dilakukan langsung oleh pekerja seks dan pelanggannya.

Struktur pasar jasa seks komersial di suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya. Bisa saja pada suatu daerah terdapat pasar yang terorganisir dan daerah yang lain terdapat pasar yang tidak terorganisir, atau pada suatu daerah terdapat kedua struktur pasar jasa seks komersial tersebut. Namun demikian secara umum struktur pasar antar daerah dapat dikategorikan menjadi 3 strata, yaitu strata atas, menengah, dan bawah. Pasar strata atas umumnya adalah pasar jasa seks komersial yang terorganisir dan tempatnya bukan di lokalisasi. Sedangkan pasar strata menengah dan bawah adalah pasar jasa terorganisir yang terlokalisasi dan yang tidak terorganisir. Asumsi dari pembagian strata ini adalah bahwa struktur pasar jasa seks komersial di suatu daerah dipengaruhi oleh asal pekerja seks, umur dan pendidikannya.

Terbentuknya pasar jasa seks komersial sangat tergantung dari permintaan terhadap jasa seks itu sendiri. Seperti disebutkan di atas bahwa yang datang sebagai pembeli jasa umumnya adalah penduduk sementara yang tinggal tanpa keluarga. Kedatangan pembeli ke pasar jasa seks ini umumnya biasanya karena kebutuhan seks yang harus dipenuhi atau hanya sedekar untuk hiburan saja. Namun penduduk setempat juga turut menggunakan jasa seks komersial, karena pengaruh budaya setempat atau karena terpengaruh lingkungan.

Dengan mengetahui karakteristik daerah asal PSK, karakteristik PSK, daya dorong daerah asal serta indikator dari daya dorong maka dapat diketahui daerah yang mempunyai daya dorong kuat serta cara menghambat daya dorong. Diasumsikan bahwa daya dorong dipengaruhi tingkat kesejahteraan daerah asal pekerja seks. Akan tetapi daya dorong bisa juga dipengaruhi oleh lingkungan atau budaya yang sudah melekat di daerah tersebut, misalnya di suatu wilayah terdapat keluarga pekerja seks yang lebih sejahtera dibandingkan keluarga biasa, maka menjadi pekerja seks merupakan suatu hal yang biasa. Informasi ini diperoleh dari studi literatur atau hasil studi lain.

Selanjutnya dengan mengetahui karakteristik daerah kerja, karakteristik pelanggan, daya tarik daerah kerja serta indikator dari daya tarik maka dapat diketahui daerah yang daya tariknya kuat serta cara menghambat daya tarik. Dalam hal ini daerah kerja merupakan daerah Survei Surveilens Perilaku (SSP) yang merupakan daerah yang telah terdeteksi adanya penderita HIV/AIDS yang jumlahnya semakin meningkat. Dengan mengasumsikan daya tarik berkaitan dengan tingkat perkembangan daerah, maka daerah kerja pekerja seks yang merupakan daerah survei SSP mempunyai daya tarik bagi pekerja seks atau bisnis seks.

Dengan demikian maka dapat diketahui bagaimana cara menghambat perkembangan pasar jasa seks komersial. Hal ini merupakan salah satu cara untuk menghambat perkembangan HIV/AIDS, sehingga kualitas mutu manusia Indonesia terjaga dengan baik. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas ini maka pembangunan lebih mudah dilaksanakan baik di daerah perkotaan maupun perdesaan atau di daerah terpencil maupun di daerah yang mudah dijangkau. Kalau hal ini berjalan dengan lancar maka Indonesia dapat mewujudkan kesehateraan bagi seluruh rakyatnya. Kerangka pikir ini secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 1.

Daerah dengan tingkat perkembangan tinggi Daerah dengan tingkat

perkembangan rendah

Supply PSK Kemiskinan: tingkat pengangguran tinggi (mutu modal manusia rendah)

Pasar Jasa Seks Komersial Demand PSK . Karakteristik PSK . Karakteristik wilayah . Daya dorong . Indikator daya dorong . Karakteristik pelanggan . Karakteristik wilayah . Daya tarik . Indikator daya tarik

. Menghambat perkembangan pasar jasa seks komersial

. Menghambat perkembangan HIV/AIDS

Mutu modal manusia tetap terjaga Sumber daya

manusia berkualitas

. Daerah yang daya tariknya kuat . Cara menghambat daya tarik

. Daerah yang daya dorongnya kuat . Cara menghambat daya dorong

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran

Dokumen terkait