• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usaha Kecil dan Menengah

Berbicara mengenai usaha, diketahui bahwa jumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) masih menguasai di berbagai negara, terutama dibagian negara berkembang. Tambunan (2009) menjelaskan bahwa lebih dari 95% negara berkembang yang ada di dunia sangat mementingkan keberadaan UKM dalam hal perbaikan perekonomian negara. Sama Halnya di Indonesia bahwa UKM masih merupakan sumber penting dari pertumbuhan ekonomi, oleh karena itu tidak mengherankan UKM mendapat perhatian yang cukup besar di Indonesia. Di Indonesia sendiri jumlah UKM mencapai 1.361.129 unit, sedangkan usaha besar hanya 98 unit (KUMKM 2015). Cepatnya pertambahan dari jumlah UKM ini tentunya tidak lepas dari profit yang bisa dijanjikan terutama bagi pengusaha baru. Tentunya keberhasilan dari UKM ini sendiri tidak lepas dari berbagai aspek pendorong maupun penariknya. Beberapa literatur telah menyebutkan beberapa aspek yang mampu mempengaruhi keberhasilan dari sebuah UKM diantaranya karakteristik UKM, karakteristik pemilik usaha, Pelanggan dan pasar, cara

Individu Lingkungan Perilaku Kewirausahaan Kinerja Usaha

14

melakukan bisnis, sumberdaya dan keuangan, penggunaan internet, dan lingkungan lingkungan (Indarti & Langenberg 2004; Islam et al. 2010; Lawson et al. 2003; Zhou et al. 2007). Akan tetapi, UKM di Indonesia masih terbilang belum cukup sukses, hal demikian juga dijelaskan oleh Tambunan (2005) bahwa kegagalan yang sering dialami UKM dikaitkan dengan fakta bahwa faktor-faktor yang seharusnya dapat membuat sukses sebuah (management, bantuan pemerintah atau lembaga, teknologi dan lain-lain) UKM tidak ada ataupun tidak dilakukan dengan benar. Selain itu, UKM juga sering mengabaikan pentingnya pasar sehingga sering terjadi salah sasaran pasar ataupun tidak adanya pengembangan pasar.

Dari keseluruhan UKM yang ada di Indonesia diketahui bahwa 60% dimiliki oleh perempuan, oleh Karena itu peran pengusaha perempuan mejadi cukup besar dalam kemajuan ekonomi negara. (Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dalam Hani et al. 2012). Adanya fenomena yang menarik tersebut dimana perempuan yang masih dikenal sebagai hal yang tidak biasa dalam memimpin usaha bahkan mampu menguasai keberadaan UKM di Indonesia. Hal demikianlah yang menyebabkan mempelajari pengusaha perempuan itu menjadi menarik dan akan penuh tantangan. Beberapa penelitian terhadap pengusaha perempuan seperti yang telah dilakukan oleh Fagenson (1993); Sexton dan Nancy (1990); Elizabeth, Susan (2006) menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan yang nyata diantara perempuan dan laki-laki disaat mereka menjadi pimpinan perusahaan, karena keberhasilan sebuah perusahaan hanya ditumpu dari kemampuan manajemen pemimpin yang tidak dapat dicerminkan hanya karena gender.

Pemilihan variabel-variabel atau atribut-atribut dalam analisis Partial Least Square (PLS) pada penelitian ini tentunya berangkat dari pemahaman teori-teori yang telah ada sebelumnya. Pada sub bab kali ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian yang meliputi faktor individu dan lingkungan, perilaku kewirausahaan, kinerja usaha serta hubungan diantaranya. Variabel faktor individu dan lingkungan yang digunakan mengaplikasikan penelitian yang telah dilakukan oleh Wahyuningsih (2015) yakni diantaranya untuk faktor individu berupa pendidikan formal, pengalaman, motivasi, modal, kepemilikan sarana dan prasarana, dan persepsi pada usaha ; faktor lingkungan yakni ketersediaan input, dukungan penyuluhan dan pelatihan, dukungan pemerintah dalam bantuan modal dan sarana produksi, dukungan promosi dan pemasaran, dukungan regulasi usaha dan akses informasi pasar, dan kekompakkan antar pelaku usaha. Sedangkan variabel perilaku kewirausahaan yakni manajerial dan marketing (kognitif), komitmen, disiplin, kejujuran, semangat dan kesadaran mengutamakan kualitas (afektif) dan kemampuan teknis, kreatif, inovatif, efisien, berani ambil resiko (motoric), serta variabel kinerja terdiri dari pendapatan, volume penjualan dan wilayah pemasaran. Berikut akan dijelaskan secara rinci berdasarkan teori-teori yang diaplikasikan dalam penelitian ini.

15 Faktor Individu dan Faktor Lingkungan

1. Faktor Individu a. Pendidikan

Pendidikan formal yakni berupa rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku misalnya Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi yang memiliki peran dan fungsi yang berdasarkan tanggung jawab yang berbeda-beda menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional. Soemanto (2006) menjelaskan bahwa pendidikan formal bukanlah menjadi patokan utama dalam membentuk seorang wiraswasta, akan tetapi pendidikan formal mampu menjadi titik awal dalam menumbuhkan atau membentuk seorang wiraswasta. Hal ini disebabkan oleh pendidikan formal yang telah membiasakan peserta didik untuk berpikir lebih dalam menyelesaikan berbagai masalah melalui berbagai program pembelajaran yang diterapkan oleh dinas pendidikan.

b. Pengalaman Usaha

Pengalaman usaha yakni lamanya seseorang menjalankan usahanya dengan berperan sebagai pemilik, diukur dari jumlah waktu (angka) usia dari usaha itu sendiri. Masa henti usaha atau usaha sempat berhenti ditengah jalan dan kembali dijalankan, tidak dihitung kedalam pengalaman usaha. Selain itu, pengalaman dapat diartikan sebagai proses dan hasil belajar. Pengalaman sebagai hasil belajar meliputi tiga aspek diantaranya pengalaman berupa pengetahuan, pengalaman berupa keterampilan, dan pengalaman berupa sikap atau nilai (Soemanto 2006).

c. Motivasi

Motivasi merupakan awal mula dari munculnya perilaku manusia, terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam mengenalkan maksud dari motivasi yakni motivasi atau motif, kebutuhan, desakan, keinginan, dan dorongan (Pangewa 2004). Widodo (2005) menjelaskan motivasi yakni kondisi abstrak yang membuat seseorang tergerak melaksanakan suatu aktivitas untuk mewujudkan suatu dambaan yang biasanya berkonotasi positif. Berkaitan dengan wirausaha, maka motivasi merupakan faktor penentu lahirnya visi, selanjutnya visi akan merumuskan wujud yang berupa keinginan-keinginan yang akan dicapai (misi).

d. Kepemilikan Sarana dan Prasarana

Status kepemilikan sarana dan prasarana oleh wirausaha tentunya mampu mencerminkan gambaran usahanya. Dimana semakin banyak sarana dan prasana yang dimiliki sendiri (bukan sewa), maka mencerminkan wirausaha tersebut telah mampu mengembangkan usaha bahkan sudah bisa menjamin keberlangsungan usaha.

e. Persepsi pada Usaha

Seperti apa pandangan pelaku usaha terhadap usaha yang sedang dijalankanya dapat memicu munculnya kepercayaan diri dalam menjalankan usaha. Semakin baik pandangan tersebut maka dapat memicu kepercayaan diri yang semakin baik. Sebagaimana yang telah dijelaskan Alma (2009) bahwa percaya diri merupakan salah satu sikap yang wajib dimiliki oleh weorang wirausaha. Rasa percaya diri ini tentunya dapat

16

berpengaruh dalam mengambil keputusan-keputusan selama menjalankan usaha.

2. Faktor Lingkungan a. Ketersediaan Input

Terhambatnya ketersediaan input dalam proses menjalankan usaha tentunya menjadi kendala besar dalam sebuah usaha, bahkan hal demikian dapat menyebabkan perusahaan dapat mengalami kerugian. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Kasmir (2007) bahwa pengusaha baru atau pengusaha kecil terkadang menghadapi masalah dengan ketidaktahuan akan arti risiko atau sebagian memandang enteng terhadap risiko yang akan dihadapi dalam menjalankan usaha. Informasi mengenai ketersediaan input setidaknya mampu mengurangi bahkan meniadakan risiko kerugian yang ditimbulkan oleh keterhambatan pemenuhan input. Persediaan atau inventory juga dapat digunakan sebagai salah satu pengurang risiko, dimana perusahaan memiliki pasokan barang yang digunakan untuk proses produksi (Kismono 2001).

b. Dukungan Pemerintah

Kreatifitas merupakan modal penting dalam melangsungkan kegiatan usaha, kreatifitas ini dapat dipelajari melalui pendidikan informal seperti pelatihan-pelatihan, seminar kewirausahaan, membaca informasi kewirausahaan dan lainnya. Oleh karena itu, penyuluhan dan pelatihan menjadi informasi penting untuk diketahui dalam penelitian ini guna melihat perkembangan kreatifitas yang dimiliki pelaku usaha seperti apa. Kepastian terhadap ketersediaan modal dan sarana produksi tentunya sangat mendukung berlangsungnya kegiatan usaha (Kasmir 2007). Permasalahan utama untuk usaha kecil dan menengah tentunya dalam pemenuhannya, oleh karena itu sangat dibutuhkan bantuan dari pemerintah dalam pengadaan modal serta sarana produksi. Selain itu, dukungan dalam hal promosi, pemasaran, regulasi usaha serta akses informasi pasar tentunya sangat dibutuhkan oleh pelaku usaha kecil dan menengah.

Perilaku Kewirausahaan

Pola-pola perilaku terus berkembang menjadi sebuah kebiasaaan (habits), kebiasaan demikianlah yang dapat diubah dengan mudah dibandingkan dengan sifat-sifat pribadi yang sudah melekat pada individu. Perilaku usaha adalah aktivitas wirausaha yang mencermati peluang, mempertimbangkan dorongan nilai-nilai dalam lingkungan usahanya, siap menerima risiko dan kreatif (Bird 1996). Selain itu Perry (1995) juga menjelaskan perilaku kewirausahaan yaitu aktivitas wirausaha dalam mengelola usahanya dengan inovasi radikal, strategi proaktif dan pengambilan risiko yang dimanifestasikan dalam dukungan proyek dan dengan hasil yang tidak pasti. Selain itu, Dirlanudin (2010) juga menjelaskan dalam penelitiannya bahwa perilaku kewirausahaan adalah sikap mental, gaya hidup dan pola tindak yang didasarkan atas pengetahuan, keahlian, pengalaman dan kebutuhannya dalam upaya mengkaji peluang dan pertumbuhan bisnis serta tindakannya berusaha mencari kreatifitas, menunjukkan keuletan, bersikap mandiri dan berani mengambil risiko dengan perhitungan yang matang. Berikut yang dapat membedakan antara sifat dan perilaku (Winardi 2003) :

17

Tabel 4. Ciri-ciri para Entrepreneur Berhasil

Sifat Pribadi Perilaku

Kebutuhan berprestasi Kompeten secara teknikal

Keinginan akan independensi Menguasai seluk beluk pembiayaan bisnis

Tidak termotivasi untuk bekerja pada organisasi-organisasi besar

Kesediaan untuk mendelegasi

Ambisi Bekerja keras, berorientasi pada tugas

Keyakinan diri Pemimpin yang efektif

Berorientasi pada masa depan Orang yang dapat menggerakkan diri

Ekspektasi mendapat imbalan tinggi Desisif secara metodologikal

Toleransi terhadap ambiguitas Dapat diandalkan

Sumber : Winardi (2013) Tekun Berusaha

Bekerja keras atau tekun berusaha merupakan landasan awal dalam pengembangan dalam kegiatan berwirausaha (Alma 2009). Selanjutnya diikuti oleh mencapai tujuan dengan menggunakan orang lain, penampilan yang baik, keyakinan diri, membuat keputusan, pendidikan, dorongan ambisi, dan pintar berkomunikasi. Bekerja keras atau tekun berusaha tentunya dilandasi dari sifat disiplin yang harus dimiliki oleh wirausaha, mampu mengatur waktu dalam seluruh kegiatan berwirausaha maupun kegiatan sehari-hari. Berbagai perilaku kewirausahaan juga telah dijelaskan oleh Alma (2009), bahwa terdapat beberapa sikap yang perlu dimiliki oleh seorang wirausaha yakni percaya diri, berorientasikan tugas dan hasil, pengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan.

Komitmen disini tentunya menjadi pengukur seorang wirausaha dalam hal bertahan menghadapi berbagai kendala yang pasti akan dilalui dalam menjalankan usahanya. Berbagai kendala seperti kurangnya modal awal, kurangnya pengetahuan tentang bisnis, non-motivasi, keterikatan pada pekerjaan, kendala-kendala karena paten-paten, tiadanya konsep bertahan, stigma sosial, kurangnya keterampilan teknikal, dan lainnya (Winardi 2010) dapat membuat wirausaha menjadi goyah dalam menjalankan usaha apabila tidak memiliki komitmen dalam menjalankan usaha. Wirausaha yang memiliki komitmen tentunya dapat menemukan solusi atau pun ide-ide baru dalam mengatasi kendala-kendala yang akan dihadapi tersebut.

Disiplin dalam menjalankan usaha tentunya dapat mengurangi risiko-risiko yang akan dihadapi. Rajin, tepat waktu dan tidak pemalas menjadi ciri disiplinnya seorang wirausaha dalam menjalankan usaha (Kasmir 2006). Selain itu, kejujuran juga menjadi modal utama dalam menjalankan bisnis. Kejujuran berkata, bersikap, maupun bertindak akan memunculkan kepercayaan pelanggan.

18

Kesadaran mengutamakan kualitas juga mampu berdampak pada kepercayaan pelanggan (Kasmir 2006). Komitmen serta disiplin disini tentunya dikategorikan kedalam wirausaha yang yang takun dalam berusaha.

Ketanggapan terhadap Peluang

Membaca peluang merupakan salah satu hal penting yang harus dilakukan oleh seorang wirausaha sebelum menetukan usaha yang akan dijalankan. Selain itu, kegiatan inovasi dalam sebuah usaha juga mengandalkan sifat ketanggapan terhadap peluang. Nitususastro (2009) menyebutkan beberapa alternative untuk menemukan peluang dengan mudah diantaranya 1) menggali ceruk pasar, 2) mengembangkan keunggulan pelayanan, 3) membangun usaha baru, 4) meneruskan usaha yang ada, 5) perusahaan keluarga, dan 6) membeli waralaba. Dalam penelitian ini dapat dikategorikan bahwa alternative menggali caruk pasar merupakan alternative yang tepat untuk diaplikasikan mengingat usaha kerajinan telah berjalan. Ceruk pasar adalah sebagian kecil segmen yang biasanya tidak terlihat dan atau tidak tergarap oleh perusahaan-perusahaan besar. Ceruk pasar bisa timbul dikarenakan faktor demografi, geografis, dan atau gaya hidup (life style). Usaha kerajinan termasuk kedalam segmen pasar yang bersifat psikografi yaitu kelompok pembeli yang membeli sesuatu produk didasarkan atas hobi atau kesenangan.

Terdapat tujuh sumber peluang inovasi yang empat diantaranya terjadi di dalam perusahaan/dunia usaha barang dan jasa dan tiga lainnya terjadi diluar perusahaan (Widodo 2005). Empat peluang inovasi bersumber dari dalam perusahaan yakni 1) keadaan tidak terduga, bisa berupa kesuksesan, kegagalan atau sekedar kejadian yang tak terduga, 2) ketidakselarasan antara realitas yang diasumsikan dengan yang seharusnya terjadi, 3) kebutuhan proses yang mengikuti dinamika perubahan zaman, 4) perubahan struktur industri, pasar dan perekonomian yang tidak disadari oleh banyak orang. Selanjutnya tiga peluang inovasi yang berasal dari luar perusahaan yakni 5) perubahan demografi (perubahan penduduk dan komposisinya), 6) perubahan nilai, persepsi, dan norma-norma kehidupan, 7) pengetahuan baru, baik ilmiah maupun non-ilmiah.

Kasmir (2006) menjelaskan beberapa penentu dalam membaca peluang sebelum melakukan sebuah usaha, diantaranya 1) minat atau bakat, 2) modal, 3) waktu, 4) laba, 5) pengalaman. Melakukan usaha yang didasari oleh melihat peluang terhadap minat atau bakat merupakan salah satu penentu yang baik dalam menjalankan usaha. Adanya minat atau bakat terhadap suatu bidang baik secara proses belajar maupun keturunan mampu beradaptasi dengan mudah dan cepat dalam mengembangkan usahanya. Selanjutnya, setelah ada background keahlian terhadap sesuatu bidang, maka modal dapat menjadi salah satu penentu peluang dalam usaha. Dimana pendekatan atau kerjasama dapat dilakukan oleh pemilik keahlian dan pemilik modal dalam artian disini modal diartikan uang. Peluang berdasarkan waktu yakni memanfaatkan usaha disetiap jenjang waktu (jangka pendek, menengah dan panjang) yang dihabiskan untuk melakukan kegiatan usaha. Selain itu, peluang dapat dilihat pula dari faktor laba, pertimbangan laba yang diperoleh dari sebuah usaha dapat menjadi landasan seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya dan terakhir peluang dapat dilihat dari pengalaman pribadi wirausaha sendiri ataupun pengalaman wirausaha lain yang telah berhasil dalam

19 usahanya. Pengalaman ini merupakan pedoman atau guru agar tidak melakukan kesalahan dalam menjalankan usaha.

Inovatif

Inovasi merupakan alat spesifik kewirausahaan. Secara harfiah inovasi berasal dari kata kerja to innovate, yaitu melakukan sesuatu yang baru atau mengubah sesuatu yang telah ada (Widodo 2005). Sjahrir & Kurnia (2003) menjabarkan empat syarat agar inovasi mampu menjadi kehidupan sehari-hari dalam perusahaan diantaranya menciptakan pengukuran baru, membangun kemampuan baru, menumbuhkan gagasan baru, dan keberanian perusahaan untuk mengambil tindakan yang tidak ortodoks (kebiasaan lama). Oleh karena itu inovasi yang dimaksud dalam kewirausahaan tentunya kemampuan memanipulasi sebuah objek dengan tujuan meningkatkan nilai benefitnya bagi masyarakat luas, dengan kata lain yakni melakukan inovasi terhadap sebuah objek dengan memanfaatkan kemampuan dan pengetahuan. inovasi di dunia kewirausahaan tentunya sebuah hal yang sangat penting untuk menjaga keberlangsungan usaha. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh wirausaha dalam menerapkan keterampilannya dalam usaha seperti (Alma 2009) :

1. Produk, harus diciptakan model, kualitas, desain yang berbeda dengan produk lain.

2. Pelayanan, dengan memberikan penghormatan istimewa kepada pelanggan. 3. Menciptakan kemudahan-kemudahan.

4. Harga yang sesuai dengan kelas konsumen yang dilayani. 5. Memberikan garansi yang meyakinkan konsumen.

6. Aneka ragam produk, sehingga memberikan kebebasan pilihan bagi konsumen.

7. Memberikan tingkat kepercayaan tertinggi, sehingga konsumen tidak merasa ragu berhubungan dengan produsen/penjual.

8. Membuka akses, hubungan komunikasi yang mudah dan murah bagi setiap orang yang ingin berhubungan.

9. Rasa akrab, persahabatan mamupuk customer relationship management yang lebih baik.

Kemampuan teknis merupakan salah satu modal awal dalam menjalankan usaha. pemahaman wirausaha secara teknis dalam menjalankan usaha dapat mengukur seberapa besar peluang usaha tersebut akan dapat bertahan. Kemampuan teknis yang dimaksud meliputi cara pengolahan produk, cara memasarkan produk, cara memberdayakan teknologi dan lainnya. Kreatif merupakan aktifitas otak kanan dan otak kiri oleh wirausaha dalam memunculkan ide-ide baru dalam wujud produk-produk baru, metode-metode kerja baru, servis-servis baru, daerah-daerah penjualan baru. Ada beberapa sumber yang mampu membantu wirausaha dalam memunculkan ide-ide baru yakni para konsumen, perusahaan-perusahaan yang ada, saluran-saluran distribusi, pemerintah, dan riset serta pengembangan intenal (Winardi 2003). Menurut ensiklopedia bisnis yang dimaksud dengan inovasi yakni proses penerjemahan ide ke dalam bentuk sebuah produk atau layanan yang akan dibeli orang atau sesuatu yang dihasilkan dari proses tersebut (Ancok 2012).

20

Berani Mengambil Resiko

Berani mengambil risiko merupakan perilaku yang wajib dimiliki pula oleh seorang wirausaha, dimana usaha sudah dikenal dengan sebuah pekerjaan yang memiliki ketidakpastian yang jelas yakni berupa ketidakpastian atau jaminan akan mendapatkan uang pada setiap akhir bulannya. Para wirausaha yang bersedia menerima risiko moderat, ternyata meraih penghasilan lebih besar atas aktiva mereka, dibandingkan dengan para wirausaha yang atau tidak bersedia menerima risiko atau bersedia menerima risiko secara berlebihan (Winardi 2010).

Secara umum, sikap meliputi perasaaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang biasanya bersifat permanen dalam mengenal aspek-aspek tertentu dilingkungannya. Komponen-komponen sikap berupa pengetahuan, perasaan-perasaan dan kecenderungan untuk bertindak. Sedangkan dalam kewirausahaan diketahui bahwa seseorang yang memiliki percaya diri, memiliki orientasi masa depan, berani mengambil resiko dan lainnya, dimana demikian merupakan beberapa contoh sebuah tindakan yang didasari perasaan, pikiran serta kecenderungan sehingga kewirausahaan dapat dikatakan sebagai sebuah sikap (Alma 2009).

Menurut Notoatmodjo (2003), sikap memiliki beberapa tingkatan diantaranya : 1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.

4. Bertanggung jawab (Responsile)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Mandiri

Pemilihan menjadi wirausaha tentunya sudah menjadi cerminan seseorang memiliki sifat mandiri, dimana wirausaha tidak ingin mengalami tekanan yang disebabkan bekerja kepada orang lain sehingga memilih untuk mandiri menghasilkan pendapatan sendiri tanpa mengalami tekanan dari atasan. Selain itu, resiko-resiko yang akan dihadapi dalam menjalankan usaha juga dihadapi langsung dan sendiri oleh wirausaha. Terutama bagi wirausaha yang bergerak dibidang UMKM sangat dibutuhkan sikap kemandirian dalam menjalankan usaha. Kemandirian disini diterapkan mulai dari planning, organizing, actuating hingga controlling dalam menjalankan usaha (Kasmir 2006). Masih sulitnya melakukan pinjaman modal untuk UMKM juga menyebabkan wirausaha dibidang UMKM sangat dituntut untuk mandiri dalam pemenuhan modal awal usaha. Selanjutnya, sifat mandiri juga diharapkan berdampak pada kesiapan wirausaha dalam menjalankan usahanya. Nitusasastro (2009) menjelaskan beberapa bentuk kesiapan yang harus disiapkan oleh wirausaha sebelum memutuskan untuk menjalankan sebuah usaha yaitu 1) meningkatkan rasa percaya diri, 2) berusaha selalu fokus pada sasaran, 3) sumberdaya yang dilibatkan dalam setiap usaha

21 meliputi orang, peralatan fisik, dana , pola, informasi, dan waktu, 4) mempelajari cara mengenali dan mengatasi resiko, 5) melatih diri untuk bekerja keras, 6) selalu mencoba berinovasi, dan 7) memahami semua aspek guna meningkatkan rasa tanggung jawab.

Kinerja Usaha

Kinerja merupakan kombinasi daripada kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya (Sulistiyani 2003), sedangkan menurut Bernadin & Russel (dalam Sulistiyani 2003) kinerja adalah catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Sedangkan kinerja bisnis secara khususnya dapat dilihat dari peningkatan tingkat penjualan, tingkat keuntungan, pengembalian modal, pangsa pasar dan jumlah tenaga kerja (Jauch & Glueck 1988; Keeh et al. 2007). Adanya pertumbuhan kinerja usaha dapat dicerminakan dari penambahan optimal yang terjadi pada atribut- atribut kinerja usaha tersebut. Tujuan melakukan pengukuran terhadap kinerja usaha tentunya degan maksud mengetahui keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya pada periode tertentu, pengukuran kinerja ini tentunya meliputi berbagai hal diantaranya pencapaian di bidang keuangan, pencapaian terhadap kepuasan pelanggan, produktivitas serta pencapaian posisi daya saing perusahaan dan efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumberdaya yang dimiliki. Maka, untuk melihat kinerja usaha yang terjadi pada perempuan wirausaha dalam penelitian ini maka akan diperoleh informasi mengenai pendapatan, volume penjualan dan wilayah pemasaran.

Peningkatan pendapatan tentunya tidak akan lepas dari kegiatan peningktaan volume penjualan serta perluasan pasar. Meningkatnya volume penjualan ataupun perluasan pasar secara otomatis akan meningkatan pendapatan yang akan diperoleh oleh perusahaan. Volume Penjualan berkembang menjadi ciri bahwa kinerja usaha dalam sebuah perusahaan baik. Banyak hal yang harus dilakukan dalam mewujudkannya seperti komitmen terhadap kualitas, paham akan kebutuhan pasar, paham akan produk yang diproduksi dan lainnya. Peningkatan volume penjulaan tentunya tidak lepas dari pemahaman kebutuhan pembeli, sehingga perlu mengklasifikasikan kebutuhan konsumen terhadap sebuah produk yang akan dijual, berikut Nitisusatro (2009) membagi beberapa manfaat yang dibutuhkan oleh konsumen guna menunjang kegiatan penambahan volume penjualan :

1. Manfaat inti (Core benefit)

Manfaat dasar yang benar-benar dibutuhkan oleh pembeli, contoh sebuah kamar hotel dengan tempat tidur, kamar mandi dan kloset didalam ruangan. 2. Manfaat dasar (Basic products)

Selain manfaat inti tersebut, ternyata hotel juga menyediakan sabun, handuk, pasta gigi, dan shampoo. Barang-barang tersebut secara langsung telah memenuhi kebutuhan dasar penginap hotel.

3. Manfaat tambahan yang diinginkan (Expected products)

Memastikan kondisi tempat tidur, kamar mandi dan kloset dalam keadaan terawat, handuk dalam keadaan bersih, sabun dan shampoo yang harum dan sebagainya merupakan manfaat tambahan yang dapat diperoleh oleh penginap. 4. Manfaat yang diharapkan (Augmanted products)

22

Agar penginap akan datang kembali, maka pengurus hotel memberikan

Dokumen terkait