• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.9 Kerangka Pemikiran

2.9.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Penyaluran Kredit Mikro Utama oleh Bank Jabar Banten yang dioperasikan di tingkat cabang dan kantor cabang pembantu diharapkan mampu membantu pelaku UMKM yang membutuhkan bantuan modal baik dalam menjalankan usahanya maupun untuk memenuhi kebutuhannya. Pemberian Kredit Mikro Utama yang tepat sasaran bagi sektor UMKM akan menjadi pendorong berkembangnya skala usaha pada sektor ini dan meningkatkan produktivitas usahanya yang diharapkan dapat menambah pendapatan yang diterima dan menyerap tenaga kerja yang lebih banyak lagi. Hal ini merupakan salah satu tolak ukur penyaluran Kredit Mikro Utama oleh Bank Jabar Banten.

Namun permasalahan yang kadang muncul ialah adanya keterlambatan pengembalian/pelunasan kredit yang dipengaruh oleh faktor-faktor dari sisi nasabah. Hal ini tentu saja merugikan bagi pihak bank karena modal bank menjadi beku dan menurunnya pendapatan yang semestinya diperoleh dari hasi pemberian

kredit. Hal inilah yang mendorong perlunya dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit.

Pengembalian Kredit Mikro Utama digolongkan lancar apabila pembayaran angsuran dan bunga dilakukan tepat waktu berdasarkan perjanjian.

Sedangkan kredit digolongkan tidak lancar (menunggak) dalam pengembailannya jika pembayaran angsuran dan bunga mengalami penundaan dari waktu yang diperjanjikan. Pengembalian kredit yang tidak lancar digolongkan dalam empat tingkatan/status oleh Bank Jabar Banten yaitu (1) DPK (dalam perhatian khusus), status ini diberikan kepada debitur yang menunda pembayaran angsuran Kredit Mikro Utama selama satu sampai tiga bulan dari tanggal yang ditentukan. (2) Kurang lancar, status ini diberikan kepada debitur yang menunggak angsuran Kredit Mikro Utama selama empat sampai lima bulan dari tanggal yang ditentukan. (3) Meragukan, status ini diberikan kepada debitur yang menunggak pembayaran angsuran Kredit Mikro Utama selama enam bulan. (4) Macet, status ini diberikan kepada debitur yang menunggak pembayaran angsuran Kredit Mikro Utama di atas tujuh bulan.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat kelancaran pengembalian Kredit Mikro Utama dan membedakan kelompok debitur yang tergolong lancar dan menunggak dalam pengembalian kredit tersebut diduga terdiri dari faktor jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status nasabah, dan jumlah tanggungan dalam keluarga yang merupakan karakteristik personal.

Sedangkan karakteristik usaha yang diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian Kredit Mikro Utama meliputi pengalaman usaha, aset usaha, omzet usaha, dan total pendapatan usaha bersih. Selain itu, karakteristik kredit yang

diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian Kredit Mikro Utama meliputi plafond pinjaman, jangka waktu pelunasan, pengalaman kredit, jaminan kredit, dan tingkat suku bunga. Pemilihan semua faktor atau variabel yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit tersebut berdasarkan hasil diskusi terhadap pihak analis kredit Bank Jabar Banten KCP Dramaga serta didukung oleh referensi dari penelitian sebelumnnya.

Pengaruh yang diduga berasal dari ketiga karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Karakteristik Personal

Jenis kelamin wanita diduga memiliki loyalitas yang lebih besar dan lebih mampu menjaga kepercayaan yang diberikan bank dalam memenuhi kewajiban angsuran kredit (KMU Bank Jabar Banten KCP Dramaga) dibandingkan pria sehingga wanita diduga memiliki peluang pengembalian kredit dengan lancar lebih besar daripada pria. Usia diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena usia yang lebih muda menunjukkan produktifitas yang lebih tinggi dibanding dengan usia yang lebih tinggi.

Tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah menunjukkan kemampuan manajerial yang semakin baik dalam pengelolaan usaha. Status nasabah lama diduga memilki peluang pengembalian kredit dengan lancar lebih besar daripada nasabah yang bersatatus masih baru karena nasabah yang berstatus lama memiliki rekam jejak pengembalian kredit dengan lancar di peminjaman sebelumnya. Jumlah tanggungan dalam keluarga diduga berpengaruh negatif dalam kelancaran pengembalian kredit karena semakin banyak tanggungan

dalam keluaraga maka semakin besar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari hari. Hal ini mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang sedianya digunakan dalam pengembalian kedit.

2. Karakteristik Usaha

Pengalaman usaha debitur diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin lama keberadaan usaha debitur maka dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam mengelola usaha sehingga mendukung usaha yang digeluti dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan serta memberikan peluang kemampuan pengembalian kredit secara lancar. Aset usaha diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena tingginya aset usaha yang dimiliki menunjukkan kemampuan membayar dan penalangan yang lebih besar dibandingkan dengan debitur yang aset usahanya lebih kecil.

Omzet penjualan diduga berpengaruh positif dalam kelancaran pengembalian kredit karena semakin tinggi omzet penjualan maka akan berpeluang lebih tinggi untuk mengembalikan kredit sesuai jadwal yang ditetapkan bank. Total pendapatan usaha bersih diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin besar pendapatan bersih usaha maka kemampuan membayar angsuran dan beban bunga akan semakin besar sehingga peluang pengembalian kredit dengan lancar juga semakin besar.

3. Karakteristik Kredit

Plafond pinjaman diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin besar nilai plafond yang diterima maka akan memperbesar beban angsuran dan bunga yang harus dibayar sehingga

menurunkan peluang pengembalian kredit secara lancar. Jangka waktu pelunasan diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit, dengan asumsi semakin lama jangka waktu pelunasan kredit maka tanggungan angsuran akan semakin kecil sehingga beban debitur dalam pelunasan kredit menjadi lebih ringan dibandingkan dengan jangka waktu pelunasan yang lebih cepat dengan besar pinjaman yang sama.

Pengalaman menerima kredit diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin sering debitur memperoleh pinjaman kredit menunjukkan bahwa kredibilitas debitur tersebut tidak diragukan lagi dalam memenuhi angsuran kredit. Jaminan kredit diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin besar nilai jaminan yang diberikan debitur pada saat penerimaan kredit maka keseriusannya dalam mengembalikan kredit akan semakin tinggi juga agar jaminnya kembali. Tingkat suku bunga diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin tinggi tingkat suku bunga kredit maka beban angsuran bunga akan semakin tinggi juga yang mengakibatkan peluang nasabah dalam pengembalian kredit akan semakin kecil.

Faktor-faktor di atas akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif, untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit.

Besarnya pengaruh masing-masing faktor akan dapat terlihat dengan melakukan analisis regresi logistik biner. Hasil analisis akan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang akan ditempuh guna mengatasi permasalahan kredit di Bank Jabar Banten KCP Dramaga. Kerangka pemikiran operasional yang telah diuraikan di atas dapat dirangkum dalam Gambar 2.1

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Operasional

Bank Jabar Banten Cabang Cibinong Bank Jabar Banten KCP Dramaga

Kredit Mikro Utama

Bahan evaluasi dan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan Kredit Mikro Utama Bank Jabar Banten

KCP Dramaga pada masa yang akan datang Output:

1. Karakteristik debitur yang lancar dan menunggak dalam pengembalian kredit (Deskriptif)

2. Faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi dan memiliki keterkaitan terhadap tingkat pengembalian kredit (Regresi Logistik dan Korelasi)

Analisis Kualitatif (Deskriptif)

Analisis Kuantitatif (Regresi Logistik) dan Korelasi

Tidak Lancar

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Jabar Banten KCP Dramaga dan juga cabang Cibinong. Pelaksanaan penelitian berlangsung bulan Juli 2009 sedangkan upaya persiapan/prapenelitian dan penjajakan mulai dilakukan sejak bulan Mei 2009.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari arsip data debitur KMU, data Laporan Bulanan Bank Jabar Banten KCP Dramaga menyangkut KMU, data dari Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, dan Laporan Keuangan Bank Jabar Banten.

3.3 Populasi

Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah para nasabah Kredit Mikro Utama Bank Jabar Banten KCP Dramaga yang masih aktif hingga bulan Juli 2009 dan telah memperoleh pinjaman Kredit Mikro Utama sekurang-kurangnya enam bulan berjalan. Jumlah anggota populasi dalam penelitian ini berjumlah 117 debitur yang terbagi dalam subpopulasi yaitu debitur dengan pengembalian lancar sebanyak 88 debitur dan debitur dengan pengembalian tidak lancar sebanyak 29 debitur.

3.4 Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelititan ini dilakukan dengan penarikan sampel tanpa peluang (nonprobability sampling) yang tidak memungkinkan kita menghitung peluang terpilihnya anggota tertentu populasi ke dalam contoh.

Jumlah sampel yang diambil sebanyak 70 orang yang berdasarkan pada metode Slovin yang menggunakan rumus:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

E = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditoleransi yaitu 10 persen

bahwa jumlah sampel yang dinilai cukup mewakili keseluruhan populasi yang berjumlah 117 orang yaitu minimal 53 orang. Sedangkan jumlah sampel untuk masing-masing subpopulasi yaitu 49 orang mewakili subpopulasi nasabah yang lancar dalam pengembalian kredit dan 21 orang mewakili subpopulasi yang tidak lancar dalam pengembalian kredit.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dalam penelititan ini menggunakan perangkat digital komputer dengan aplikasi program SPSS 13 dan Microsoft Excell 2007. Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

3.5.1 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan melalui analisis deskripktif dengan menjabarkan satu persatu karakteristik KMU dalam bentuk tabulasi yang ditujukan untuk menunjang analisis kuantitatif.

3.5.2 Analisis Kuantitatif

Analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh pada kelancaran pengembalian Kredit Mikro Utama menggunakan model analisis Regresi Logistik (Logit Biner) sehingga dapat diketahui variabel-variabel prediktor (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status nasabah, tanggungan dalam keluarga, pengalaman usaha, aset usaha, omzet usaha, total pendapatan, plafond pinjaman, jangka waktu pelunasan, pengalaman kredit, jaminan kredit, dan tingkat suku bunga) yang secara nyata berpengaruh atau tidak terhadap tingkat kelancaran pengembalian Kredit Mikro Utama sebagai variabel respon.

3.5.2.1 Analisis Regresi Logistik 1) Penentuan Variabel

a) Variabel respon

Y = 1 : Jika pengembalian kredit lancar Y = 0 : Jika pengembalian kredit menunggak b) Variabel Prediktor

1. Karakteristik personal

X1 = Jenis Kelamin, sebagai variabel dummy (1 = wanita dan 0 = pria) X2 = Usia (tahun)

X3 = Tingkat pendidikan (tahun)

X4 = Status nasabah, sebagai variabel dummy (1 = nasabah lama ; 0 = nasabah baru)

X5 = Jumlah tanggungan dalam keluarga (orang) 2. Karakteristik usaha

X6 = Pengalaman usaha, dengan kategori (0 = 1-8 tahun ; 1 = 8-16 tahun ; 2 = > 16 tahun)

X7 = Aset usaha (rupiah)

X8 = Omzet usaha, dengan kategori (0 = < 8,5 juta rupiah ; 1 = 8,5 – 85 juta rupiah; 2 = . 85 juta rupiah)

X9 = Total pendapatan, dengan kategori (0 = < 1 juta rupiah ; 1 = 1- 2,5 juta rupiah ; 2 = > 2,5 juta rupiah)

3. Karakteristik kredit

X10 = Plafond pinjaman, dengan kategori (0 = > 50 juta rupiah ; 1 = 25 - 50 juta rupiah ; 2 = 10 - 25 juta ; 3 = < 10 juta rupiah) X11 = Jangka waktu pelunasan (bulan)

X12 = Pengalaman kredit (kali) X13 = Jaminan kredit (rupiah)

X14 = Tingkat suku bunga, dengan kategori (0 = 16,5 % ; 1 = 16%)

2) Estimasi Fungsi Regresi Logistik

Regresi logistik merupakan suatu model analisis untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel prediktor yang berskala metrik (kontinyu) atau kategorik (nominal) terhadap variabel respon yang berskala kategorik. Estimasi model tersebut yaitu:

Lỉ = ln



 = β0 + β1X1 + β2X2 + ... + βkXk

Keterangan:

L

= Variabel respon, dalam hal ini tingkat kelancaran pengembalian kredit (1 = lancar, 0 = tidak lancar)

β

0 = Konstanta

β

1 = Koefisien variabel prediktor ke-1

β

k = Koefisien variabel prediktor ke-k

X

1 = Variabel prediktor ke-1

X

k = Variabel prediktor ke-k

3) Uji Kelayakan Model

Pengujian terhadap kelayakan model menggunakan statistik G yang merupakan nisbah kemungkinan maksimum untuk mengetahui peran variabel-veriabel prediktor dalam model secara simultan/bersama-sama. Rumus uji G yaitu:

G = -2 ln





Keterangan:

l0 = Likelihood tanpa variabel prediktor l1 = Likelihood dengan variabel prediktor

Hipotesis: H0 = β1 = β2 = ... = βk = 0

H1 = Minimal ada satu nilai β ≠ 0

Jika nilai G > 2 p(α) atau p-value dari statistik G lebih kecil dari taraf nyata (α = 0,1) maka keputusannya adalah menolak H0, artinya setidak-tidaknya ada satu variabel prediktor yang berpengaruh nyata terhadapa variabel respon.

4) Uji Kebaiksuain Model

Uji kebaiksuaian model (goodness of fit) model dilakukan dengan memperhatikan nilai sebaran chi-square dari Hosmer dan Lameshow.

Hipotesis:

H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai prediksi oleh model

H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai prediksi oleh model

Jika p-value dari ketiga statistik tersebut lebih besar dari taraf nyata (α = 0,1) maka keputusannya adalah menerima H0 yang artinya model tersebut cukup layak untuk digunakan dalam prediksi.

5) Uji Signifikansi Variabel Prediktor Secara Individu

Pengujian terhadap signifikansi masing-masing variabel prediktor secara individu dilakukan dengan uji Wald (Wj), dengan rumus:







  

Keterangan:

 = Penduga β

!" = Penduga standard error dari β βk = Koefisien variabel prediktor ke-k

Hipotesis: H0 = βk = 0

H1 = βk ≠ 0, k=1,2,...,k

Statistik Wj mengikuti sebaran normal (Z), jika nilai Wj > Zα/2 two-tailed p-value dari statistik Wj lebih kecil dari taraf nyata (α = 0,1) maka keputusannya adalah menolak H0 artinya variabel prediktor ke-k tersebut berpengaruh secara nyata/signifikan terhadap variabel respon.

3.6 Definisi Operasional

1. Kredit lancar yaitu kredit yang tidak mengalami penundaan/penunggakan dalam pembayaran pokok pinjaman dan/atau bunga dari waktu yang ditetapkan.

2. Kredit tidak lancar (menunggak) yaitu kredit yang pembayaran pokok pinjaman dan/atau bunga telah mengalami penundaan satu bulan atau lebih.

3. Jenis kelamin yaitu jenis kelamin dari debitur penerima kredit sekaligus pelaku UMKM (1 = wanita, 0 = pria).

4. Usia yaitu umur debitur sejak lahir hingga proses pengambilan data dilakukan (tahun).

5. Tingkat pendidikan yaitu tingkat pendidikan formal yang dijalani oleh debitur dihitung dalam satuan tahun (lulus SD = 6, lulus SMP = 9, lulus SMA = 12, lulus D3 = 15, lulus S1 = 16).

6. Status nasabah yaitu pembedaan nasabah atas nasabah baru atau yang sudah menjadi nasabah sebelumnya.

7. Jumlah tanggungan keluarga adalah anak dari debitur yang belum menikah dan/atau dalam usia sekolah dan/atau anggota keluarga yang belun

berpenghasilan atau jumlah anggota keluarga yang masih bergantung pada debitur dalam hal keuangan dihitung dalam satuan orang.

8. Pengalaman usaha yaitu lama usaha yang digeluti debitur, dihitung dalam satuan tahun.

9. Aset usaha yaitu kekayaan usaha baik dalam bentuk fisik yang memiliki nilai bagi suatu entitas usaha.

10. Omzet usaha yaitu keseluruhan jumlah penjualan usaha dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh.

11. Total pendapatan usaha yaitu jumlah penerimaan bersih rata-rata per bulan dari hasil usaha debitur.

12. Plafond pinjaman yaitu nilai nominal pinjaman kredit yang diterima debitur.

13. Jangka waktu pelunasan yaitu lama pengembalian kredit yang telah disepakati dalam perjanjian.

14. Pengalaman kredit yaitu berapa kali debitur telah memperoleh pinjaman kredit.

15. Jaminan kredit yaitu aset pihak debitur yang dijanjikan kepada kreditur jika debitur tidak dapat mengembalikan pinjaman tersebut.

16. Tingkat suku bunga yaitu persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu perode tertentu.

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.9.1.3 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten

4.1.1 Sejarah Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten

Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu perusahaan milik Belanda yang berkedudukan di Bandung yang dinasionalisasi yaitu NV Denis (De Erste Nederlansche Indische Shareholding) yang sebelumnya perusahaan tersebut bergerak di bidang bank hipotek. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 1960 Pemerintah Propinsi Jawa Barat dengan Akta Notaris Noezar nomor 152 tanggal 21 Maret 1961 dan nomor 184 tanggal 13 Mei 1961 dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat nomor 7/GKDH/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, mendirikan PD Bank Karya Pembangunan dengan modal dasar untuk pertama kali berasal dari Kas Daerah sebesar Rp. 2.500.000,00. Untuk menyempurnakan kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 11/PD-DPRD/72 tanggal 27 Juni 1972 tentang kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat sebagai perusahaan daerah yang berusaha di bidang perbankan. Selanjutnya melalui Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 1/DP-040/PD/1978 tanggal 27 Juni 1978, nama PD. Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat.

Pada tahun 1992 aktivitas Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat ditingkatkan menjadi Bank Umum Devisa berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992 serta berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1995 mempunyai sebutan “ Bank Jabar “ dengan logo baru. Dalam rangka mengikuti perkembangan perekonomian dan perbankan, maka berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 1998 dan Akta Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 berikut Akta Perbaikan Nomor 8 Tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI tanggal 16 April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT). Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat tanggal 3 Juli 2007 di Bogor, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 9/63/KEP.GBI/2007 tanggal 26 November 2007 tentang Perubahan Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat menjadi Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten serta SK Direksi Nomor 1065/SK/DIR-PPN/2007 tanggal 29 November 2007 maka nama perseroan berubah menjadi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten dengan sebutan (call name) Bank Jabar Banten.

4.1.2 Produk-Produk Unggulan BPD Jawa Barat dan Banten

Pelayanan jasa perbankan yang diberikan oleh Bank Jabar Banten mencakup penghimpunan dana dalam bentuk tabungan atau deposito, penyaluran dan berupa kredit dan juga jasa lainnya. Beberapa produk-produk unggulan Bank Jabar Banten diantaranya (Bank Jabar Banten, 2008):

a. Tandamata, merupakan tabungan yang diselenggarakan oleh Bank Jabar Banten dengan bunga yang dihitung berdasarkan saldo harian dengan tingkat suku bunga yang progresif dan dapat dijadikan jaminan kredit pada Bank Jabar Banten, juga dilengkapi dengan jaringan ATM untuk proses transaksi dan program undian berhadiah.

b. Tandamata Gold, merupakan produk tabungan istimewa Bank Jabar Banten dengan tingkat bunga harian yang lebih tinggi dari tabungan lain, kemudahan bertransaksi di seluruh Kantor Cabang Bank Jabar Banten mmelalui fasilitas online tanpa dikenakan biaya, dapat dijadikan agunan kredit, dapat digunakan untuk pembayaran berbagai tagihan, dan diberikan fasilitas perlindungan asuransi gratis.

c. Simpeda, merupakan tabungan yang diselenggarakan Bank Pembangunan Dareah (BPD) seluruh Indonesia dengan bunga yang dihitung berdasarkan saldo harian dengan tingkat suku bunga progresif, dapat dijadikan jaminan kredit pada Bank Jabar Banten, dan diberikan undian berhadiah.

d. Tabah, merupakan produk tabungan untuk mewujudkan niat suci nasabah untuk melaksanakan ibadah Haji dengan keuntungan seperti kepastian berangkat bila penabung telah memenuhi persyaratan minimun, bebas dari biaya administrasi, dan perlindungan asuransi jiwa.

e. Produk dan Layanan Syariah, merupakan produk dan layanan perbankan yang berdasarkan prinsip syariah diantaranya Giro Syariah (Prinsip Wadiah), Tabungan Tandamata Syariah (Prinsip Wadiah), Tabungan Simpeda Syariah (Prinsip Mudharabah), Deposito Syariah (Prinsip Mudharabah).

f. Kredit Guna Bhakti, merupakan kredit yang diberikan pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemda, PNS Non Pemda, Calon Pegawai Negeri Negeri Sipil (CPNS) Pemda, CPNS Non Pemda, dan anggota DPRD.

g. KPR Multi Griya Bank Jabar Banten, merupakan kredit pemilikan rumah yang diberikan kepada perorangan (Pegawai Aktif, Anggota TNI Polri, Profesional, Wiraswasta, dan Pensiunan) untuk keperluan pembelian rumah, pembangunan rumah, dan renovasi.

h. Kredit Mikro Utama, merupakan kredit yang diberikan oleh Bank Jabar Banten kepada pelaku usaha UMKM.

2.9.1.4 Bank Jabar Banten Kantor Cabang Pembantu Dramaga 4.2.1 Sejarah dan Letak Bank Jabar Banten KCP Dramaga

Bank Jabar Banten KCP Dramga mulai berdiri pada bulan Februari tahun 2003 yang merupakan salah satu dari empat kantor cabang pembantu cabang Cibinong yang beroperasi untuk melayani masyarakat.

Bank Jabar Banten KCP Dramaga terletak di Komplek Pertokoan Grawida Kampus IPB Dramaga, Bogor. Lokasi kantor yang sangat berdekatan dengan pusat kegiatan usaha masyarakat di wilayah Dramaga sangat mendukung salah satu produk Bank Jabar Banten KCP Dramaga yaitu penyaluran kredit bagi usaha kecil untuk membantu kelancaran dan kemajuan usahanya.

4.2.2 Struktur Organisasi Bank Jabar Banten KCP Dramaga

Organisasi Bank Jabar Banten KCP Dramaga dipimpim oleh seorang Pimpinan Kantor Cabang Pembantu yang bertanggungjawab atas keseluruhan kinerja dari Bank Jabar Banten KCP Dramaga. Di bawah pimpinan KCP ada seorang analis kredit yang bertanggung jawab atas kelancaran penyaluran dan

pengembalian kredit termasuk di dalamnya melakukan pemantauan dan pembinaan kepada nasabah penerima kredit. Selain itu ada dua orang teller yang bertugas menangani pelayanan tabungan, transfer/pemindahbukuan, penarikan tabungan, dan jasa lainnya, serta seorang petugas pembayaran Pajak Bumi Bangunan (PBB) yang bertugas melayani pembayaran PBB masyarakat. Selain karyawan inti tersebut, Bank Jabar Banten KCP Dramaga juga memiliki seorang staf keamanan, seorang supir, dan seorang staf cleaning service. Struktur inti organisasi Bank Jabar Banten KCP Dramaga tersebut dapat digambarkan dalam Gambar 4.1 berikut ini:

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bank Jabar Banten KCP Dramaga

2.9.1.5 Kredit Mikro Utama (KMU)

Kredit Mikro Utama merupakan salah satu produk Bank Jabar Banten dalam penyaluran kredit kepada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang ditangani oleh tingkat cabang dan cabang pembantu untuk membantu permodalan usaha dan peningkatan kesejahteraan golongan ekonomi lemah.

Pimpinan KCP

Petugas PBB Teller 1 Teller 2

Analis Kredit

4.3.1 Tujuan Kredit Mikro Utama

Adapun tujuan pemberian Kredit Mikro Utama yaitu:

1. Membantu pengusaha mikro agar mampu meningkatkan usahanya sehingga diperoleh penghasilan yang memadai dan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

2. Memberikan kesempatan berusaha yang lebih baik bagi pengusaha UMKM.

3. Mengembangkan usaha berskala mikro, kecil, dan menengah baik secara individual maupun secara kelompok.

4. Membantu pelaku usaha UMKM agar dapat memiliki akses dengan Bank Jabar Banten, sehingga diharapkan tercipta kemitraan antara Bank Jabar

4. Membantu pelaku usaha UMKM agar dapat memiliki akses dengan Bank Jabar Banten, sehingga diharapkan tercipta kemitraan antara Bank Jabar

Dokumen terkait