• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian tersebut, teori yang menjadi landasan pemikiran mengenai

pembahasan ini ialah Pancasila sebagai dasar negara harus menjadi inspirasi dalam

mendidik dan membangun karakter bangsa, khususnya pada falsafah Pancasila yang

mengedepankan nilai-nilai yang terkandung didalamnya dapat di implementasikan

dalam kehidupan sehari-hari. Bersamaan dengan pembangunan dibidang agama masih

menyisakan sejumlah masalah dan tantangan yang harus menjadi fokus perhatian

kedepan. Peningkatan semangat keagamaan masyarakat belum sepenuhnya tercermin

dalam sikap dan prilaku sosial. Agama sebagai sistem moral dan etika idealnya dapat

menuntun masyarakat kepada kehidupan yang bermoral dan berbudi luhur . agama

belum difungsikan untuk membangun kesadaran menggugah nurani dan spiritual

sikap individu dalam prilaku keseharian .

29

Epistemologinya ialah pendidikan

karakter ini mampu mengubah sikap dan tatalakunya sampai menjadi pribadi yang

dewasa. Pribadi dewasa berarti matang usia, pikiran, sikap dan tindakan.

Pribadi dewasa mencapai kesempurnaan bila adanya keseimbangan yang

proporsional maka antara kematangan hidup; umur/usia, pikiran/pandangan,

sikap/prilaku tindakan /perbuatan selaras dengan dunia sekitarnya.

30

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan pada umumnya berarti daya

29 Jerry Rudolf S, dkk, Munas III BMPS 2010 Sulut, BMPS P, Jakarta, 2010. h. 157 30Ibid, hal. 82

upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter)

pikiran (intellect) dan tubuh anak . ketiga bagian itu tidak bisa dipisah-pisahkan agar

peserta didik mencapai kesempurnaan hidup, yaitu keselaransan kehidupan dan

penghidupan anak dengan dunianya.

31

Karakter atau character (latin) adalah tanda

pengenal, cap, meterai, rajah, cacah kulit. Meterai adalah cap berupa gambar yang

tercantum pada kertas atau terukir (terpatri dsb) pada kayu, besi dsb. Raja adalah

coreng-moreng (cacahan) pada tubuh yang dibuat dengan barang tajam, atau tato.

32

Dengan perspektif filsafat Pancasila ini, diharapkan nilai-nilai yang terkandung

dalam falsafah Pancasila sebagai perisai dalam menghadapi Dekadensi karakter, “

manfaat sains dan teknologi tidak dapat disangkali, tetapi tanpa kawalan filsafat

sebagai sumber etika, perkembangan sains dan teknologi dapat menjadi tak terkendali

dan mengancam kehidupan.

33

Kehadiran Filsafat Pancasila ini selain sebagai ideologi, pandangan hidup,

kepribadian, dan kebudayaan negara-bangsa adalah kristalisasi nilai, standar etik,

serta manifestasi norma, dalam aspek moralitas pikiran-tindakan-ucapan.

34

Filsafat

Pancasila yang merupakan kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki dan diyakini

kebenarannya oleh bangsa Indonesia dan yang menumbuhkan sikap, pendirian dan

tekad pada bangsa Imdonesia untuk mewujudkan kehidupan yang dianggap baik dan

bermakna baginya adalah pandangan hidup dan pandangan dunia bangsa Indonesia.

Dalam Pancasila ini terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan

bangsa Indonesia, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan-gagasan

bangsa Indonesia mengenai hidup yang dianggap baik

35

. Kembali lagi

31 Jerry Rudolf Sirait dkk, Ibid , h.82 32 Ibid,.h, 82

33 Siti Syamsiyatun/Nihayatul Wafiroh, Filsafat, Etika, dan Kearifan Lokal untuk Konstruksi Moral Kebangsaan, Globethics.net, Yahya Wijaya, 2013. hal.11

34.Ibid . hal. 21

Pancasila sebagai dasar negara dan dasar filsafat negara diungkap Apakah Pancasila

masih relevan dengan kehidupan di Indonesia? Pada sidang MPR 1982, Pancasila

sebenarnya telah ditetapkan sebagai satu-satunya ideologi negara, bangsa, rakyat dan

organisasi kemasyarakatan baik dipusat maupun di daerah serta organisasi politik dan

lembaga yang lain. Pada beberapa kali seminar seperti seminar”Revitalisasi Pancasila

Dasar Filsafat Negara” yang berlangsung di Solo, tahun 1998, seminar Budaya Politik

2000, seminar Pancasila di Semarang, Kudus, dan terakhir di Tegal 2005 oleh Forum

FKDP Jawa Tengah, Pancasila disegarkan kembali. Dalam perjalanan sejarah

kehidupan sosial budaya dan politik sejak 1998 hingga 2005 lalu ditafsirkan kembali

untuk memperoleh implementasinya dalam kenyataan hidup di masyarakat Indonesia.

Menurut kesepakatan bersama seluruh lembaga negara, pemimpin bangsa dan

masyarakat, Pancasila adalah kaidah negara yang fundamentil, ideologi negara dan

bangsa, sebagai sistem filsafat. Pada ultah UGM thn 1974 Presiden Soeharto

menyatakan dlm sambutannya bahwa: Pancasila harus diimplementasikan dalam

kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Dua tahun berikutnya

Depdagri dan UGM melakukan penelitian, hasilnya; telah diamalkan dgn versinya

masing-masing.

36

Melalui Pendidikan pancasila, warga negara Republik Indonesia diharapkan

mampu: “Memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi

oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita

dan tujuan nasional, seperti digariskan dalam Pembukaan UUD 1945.

Pada saatnya dapat menghayati Filsafat dan Ideologi Pancasila , sehingga

menjiwai tingkah lakunya selaku warga negara Republik Indonesia dalam

melaksanakan profesinya. “

Diharapkan melalui Pendidikan Pancasila peserta didik akan menjadi manusia

Indonesia terlebih dahulu, sebelum menguasai, memiliki iptek, dan seni yang

dipelajarinya. Didambakan bahwa warga negara Indonesia unggul dalam penguasaan

iptek dan seni, namun tidak kehilangan jati dirinya dan apalagi tercabut dari akar

budaya bangsa dan keimanannya

47.

Perlu dicatat bahwa Pancasila unsur-unsurnya telah ada dan dilaksanakan

dalam kehidupan sehari-hari sejak bangsa Indonesia itu ada, meskipun waktu itu

keberadaan Pancasila masih belum terumuskan secara sistematis seperti yang

sekarang dapat dijumpai. Pancasila di dalamnya mengandung nilai-nilai luhur yang

dianut bangsa Indonesia yang telah direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

38

Selanjutnya nilai-nilai Pancasila yang sudah diakui kebenarannya, agar tidak sekedar

sebagai suatu cita-cita yang sangat luhur, perlu diimplementasikan dalam kehidupan

nyata . Saat ini nilai-nilai Pancasila perlu direvitalisasi, perlu dihidupkan, dilahirkan

kembali dalam jiwa seluruh komponen bangsa. Akibat praktek penyelenggaraan

negara yang salah tetapi berkedok Pancasila (tetapi sebenarnya jauh dari nilai-nilai

Pancasila) telah menyebabkan banyak masyarakat Indonesia meragukan peran

Pancasila itu sendiri.

39

Jika dilihat secara politik, Pancasila sudah tidak disarankan tetapi diharuskan

diaktualisasikan dalam kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan,

karena Pancasila sebagai ideologi nasional yang membina persatuan bangsa dan

nilai-nilainya digali oleh orang Indonesia dari sejarah kebangsaan Indonesia masa lampau

namun masih relevan sampai sekarang. Pancasila perlu diterapkan sebagai nilai-nilai,

prinsip-prinsip, dan etika untuk melandasi dan mengawal perubahan politik dan

37. Sunarso dkk, Pancasila, PPKP Press, Yogyakarta, 2002, hal. 3 38 Ibid , h. 5

pemerintahan yang sedang terjadi dari model sentralistik menuju model desentralistik

50.

Siapapun yang mengaku Pancasilais sebagai “anutan,” falsafah hidup,

pandangan dunia, maka ia akan ditemukan oleh nilai-nilai luhur dari setiap silanya

untuk menjadi pribadi, warga, negarawan, atau apapun entitas kebangsaan yang luhur

budi dan santun. Inilah seni Padi yang menemukan kesamaan filosofi dalam

pribahasa”Padi, makin berisi makin merunduk.” Sejauh ini siapapun yang

mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila akan menemukan altruisme dalam setiap lorong

pemaknaan dan pemahamannya.

41

Tantangan kedepan sungguh berat. Karakter amoral yang melekat pada

bangsa ini yakni ketidakjujuran harus dikikis habis. Karakter buruk lain yang harus

kita singkirkan ialah manipulatif, arogan, defensif, dan agresif. Dengan lebih

memahami ragam karakter umat manusia, pendidikan harus bisa menghasilkan

lulusan dengan identitas diri yang jelas dan berkarakter positif untuk membuat bangsa

ini semakin maju.

42

Maka, akhirnya pemikiran-pemikiran yang dapat disusun di sini dengan skema

sederhana mengenai penelitian Pendidikan karakter terhadap anak didik dalam

perspektif filsafat Pancasila, khususnya , ditengah tantangan masyarakat global,

falsafah Pancasila tetap kukuh dan eksis sebagai landasan, pandangan hidup dan

inspirasi dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara pada zaman yang

selalu dinamis ini. Meskipun terbatas yang nantinya akan diteruskan dalam penelitian

di sini yang berupaya menemukan aspek-aspek filosofisnya; ontologis, epistemologis

dan aksiologis, bahwa:

40 Siti Syamsiyatun/Nihayatul Wafiroh, Op. Cit , h. 35

41.Dody Susanto, Indonesia Bumi pancasila Untuk Semua, RMBooks, Jakarta,2007, h. 76 42 Ali Khomsan, Pendidikan Krakter Bangsa, Dan Kesejahteraan, Lampung Post, PT Masa Kini mandiri, Bandar Lampung, 2016, h. 12

1. Kehadiran Filsafat Pancasila bersumber dari keberkahan nilai jati diri bangsa

Indonesia sebagai lokus wahyu dari Sumber Azali yakni Sang Tuhan-Maha

Hikmah;

2. Implementasi Pendidikan Karakter di masyarakat di sisi lain merupakan sumber

tradisi yang hadir pula melalui jiwa filsafat Pancasila sehingga titik temu

keduanya bermuara pada lokus semesta sebagai cermin Ilahi Sang Pencipta.

Secara ontologis, wujud falsafah Pancasila mengharuskan dipahami dan

diejawantahkan oleh setiap warga sehingga menjelma pada wujud jati diri bangsa

sebagai karakter yang Pancasilais : 1. Keberadaan falsafah merupakan cerminan dari

hikmah-falsafah yang terkandung dari jiwa Pancasila, kemudian membentuk insan

berkepribadian bangsa yang berlangsung terus dengan gerak eksistensinya; 2.

Keberadaan Pendidikan yang berkarakter berikutnya meneguhkan cerminan falsafah

tersebut, kepada muaranya yang bersifat spiritualitas –ruhani-.

Dengan demikian, Pendidikan Karakter sebagai manifestasi unsur-unsur dari

keberadaan flsafat Pancasila yang mulia tersebut termanifestasikan hubungannya pada

nilai-nilai luhur Pancasila, di manifestasikan dalam bentuk pendidikan karakter yang

terus berkelanjutan dan tak pernah berakhir (never ending process). Apa indikasi

kemajuan pendidikan, apa urgensinya sebuah kebijakan pendidikan, apa yang

seharusnya dilakukan oleh pendidikan, dan sebagainya. Seorang filosuf mampu

merumuskan langkah-langkah pendidikan secara tepat. Tujuannya agar pendidikan

mampu diraih secara maksimal.

Pembudayaan Nilai-Nilai Pancasila untuk membentuk Pribadi Berkarakter,

yang diperlukan untuk membuat bangsa Indonesia sungguh-sungguh kuat secara

mental dalam menghadapi tantangan kehidupan dunia dan umat manusia dewasa ini

dan masa depan. Jalinan ini dapat dideskripsikan dalam skema demikian, antara lain

sebagai berikut:

Tradisi Jati diri Bangsa Indonesia

Filsafat

Pancasila

a. Filsafat Religius

b.

Adaptif Filsafat Barat:  Humanisme  Rasionalisme  Universalisme  Sosiolisme Jerman  Demokrasi Parlementer  Nasionalisme

Nilai-nilai

Pancasila

Pendidikan Karakter thdap pelajar, mahasiswa, & masyarakat Krisis Mode rnitas  Patologi sosial  Egoisme  Korupsi  Perselingkuhan  Pembunuhan  Bunuh diri  Stress  Berijwa feodal Tantan gan Globali sasi  Penyalahangu naan Teknologi infomsi  Pembunuhan Karakter  Radikalisme  Terorisme  Manipulatif  Suka jalan pintas

18 Nilai pddikan Karakter

Membentuk Pribadi

yg Berkarakter

ALLAH

SWT

Sebagai

Pembudayaan

Nilai-Nilai Pancasila untuk

membentuk Pribadi

Berkarakter

Dari uraian sederhana dan terbatas pada skema sebelumnya itu adalah wujud

dari kerangka pemikiran yang menunjukkan bahwa Pendidikan Karakter terhadap

masyarakat Indonesia sebagai sebuah hasil Pendidikan Karakter bangsa yang

terbangun dari nilai-nilai luhur dari Falsafat Pancasila yang tertransmisikan oleh para

Pendidik bangsa sehingga tercipta kepribadian bangsa yang berkarakter. Falsafat

Pancasila Spiritualitas Agama dapat berfungsi bagi segenap jiwa insane bangsa

Indonesia. Selanjutnya, Falsafat dan Agama yang inheren dalam ajaran adalah sebuah

“perspektif” tradisional dan rasional yang menjadi sumber dengan kandungan

doktrin-teori dan metode-aplikasinya yang memanifestasikan karakter, moral, etika

serta akhlak secara universal. Di sisi lain dalam realitasnya akan kondisi modernitas

dan tantangan globalisasi, sebagai ujian dan tantangan zaman tentu harus dijawab

dengan tradisi pendidikan yang berkarakter nilai-nilai luhur dari Pancasila.

Dokumen terkait