• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Indeks Gizi Seimbang didasarkan pada metode yang dilakukan oleh Hardinsyah (1996). Tahap pertama adalah formulasi konsep dan tujuan penilaian kualitas diet dengan Indeks Gizi Seimbang pada wanita dewasa. Konsep gizi seimbang yang dijabarkan di dalam pedoman gizi seimbang (PGS) Indonesia diperoleh melalui studi literatur. PUGS memuat 13 pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan masyarakat sebagai pedoman untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal. Studi literatur juga dilakukan terhadap pengukuran gizi seimbang yang sudah ada, yaitu mutu gizi pangan (MGP), indeks keragaman makanan, dan pola pangan harapan (PPH) di Indonesia, serta healthy eating index (HEI) di Amerika, Australia, dan Thailand. Tahap selanjutnya adalah identifikasi kriteria, kelompok pangan, dan sistem skoring yang tepat. Setelah kelompok pangan sebagai komponen Indeks Gizi Seimbang berhasil dirumuskan, dilakukan formulasi sistem skoring dan pengujian validitas kriteria yang didasarkan pada MGP (Gambar 3).

Karakteristik individu yang meliputi usia, status kehamilan, pendidikan, dan pekerjaan menentukan konsumsi pangan subjek (jenis dan jumlah pangan). Konsumsi pangan ini memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan gizi makro dan mikro. Penyesuaian konsumsi pangan dan asupan zat gizi terhadap pedoman gizi seimbang dapat menjadi ukuran penentuan kualitas diet. Salah satu cara mengukur kualitas diet yang disesuaikan dengan gizi seimbang adalah Indeks Gizi Seimbang. Nilai Indeks Gizi Seimbang dapat menentukan status gizi (yang dapat diukur melalui antropometri atau komposisi tubuh), yang dihubungkan dengan kejadian penyakit degeneratif (Gambar 4).

Gambar 3 Kerangka pemikiran pengembangan Indeks Gizi Seimbang pada wanita dewasa Indonesia (modifikasi Hardinsyah 1996)

Formulasi konsep dan tujuan penilaian kualitas diet dengan Indeks Gizi Seimbang pada wanita

dewasa

Studi literatur pengukuran gizi seimbang yang sudah ada di Indonesia

A. Identifikasi kriteria yang tepat B. Identifikasi kelompok pangan C. Identifikasi konsep sistem skoring

Formulasi kelompok pangan

Formulasi sistem skoring

Pengujian validitas kriteria

Perumusan Indeks Gizi Seimbang yang tepat pada wanita dewasa Indonesia

Gambar 4 Kerangka pemikiran faktor-faktor determinan Indeks Gizi Seimbang wanita dewasa Indonesia

Keterangan :

: variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti

Karakteristik individu

Konsumsi Pangan

Asupan gizi makro dan mikro Kebutuhan gizi

Kualitas diet

Indeks Gizi Seimbang

Antropometri Komposisi tubuh

Penyakit degeneratif Pedoman gizi seimbang Konsumsi makanan beragam sesuai kebutuhan  Kebersihan  Aktivitas fisik  BB ideal

METODE

Desain, Waktu, dan Tempat

Desain penelitian ini mengacu kepada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, yaitu cross sectional. Penentuan validasi dilakukan dengan menggunakan data konsumsi pangan hasil Riskesdas 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Balitbangkes Kemenkes RI) (Lampiran 1). Pengumpulan data di beberapa daerah oleh tim pengumpul data Riskesdas dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2010. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November 2013 di Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat.

Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

Jumlah dan cara pengambilan subjek penelitian mengikuti jumlah dan cara pengambilan subjek Riskesdas 2010. Subjek Riskesdas 2010 di tingkat kabupaten/kota berasal dari 441 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi. Jumlah tersebut telah mengalami pengurangan dari jumlah keseluruhan kabupaten/kota di Indonesia (497 kabupaten/kota). Alasan pengurangan tersebut adalah terdapat kabupaten/kota yang tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan dan terdapat 1 kabupaten di Provinsi Papua (Kabupaten Nduga) yang tidak dapat dikunjungi dalam periode waktu pengumpulan data Riskesdas.

Populasi dalam Riskesdas 2010 adalah seluruh rumah tangga yang mewakili 33 provinsi di Indonesia. Sampel rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun 2010. Proses pemilihan rumah tangga dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan two stage sampling. Riskesdas memilih blok sensus yang telah dikumpulkan pada sensus penduduk 2010. Pemilihan blok sensus tersebut dilakukan sepenuhnya oleh BPS dengan memperhatikan status ekonomi dan rasio perkotaan/perdesaan. Blok sensus tersebut proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota tersebut. Blok sensus yang dipilih untuk kesehatan masyarakat adalah sebesar 2800 blok sensus dengan 70000 rumah tangga.

Riskesdas 2010 berhasil mengunjungi 2798 blok sensus dari 441 kabupaten/kota. Jumlah rumah tangga dari blok sensus tersebut sebanyak 69300 rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak 251388 orang. Dari 441 kabupaten/kota tersebut didapatkan 68486 orang wanita dewasa usia 19-55 tahun. Kriteria inklusi meliputi wanita berusia 19-55 tahun. Sementara itu, kriteria eksklusi meliputi wanita yang hamil dan memiliki kondisi konsumsi tidak biasa (hajatan, hari raya, puasa, sakit, dan diet) pada saat dilakukan survey konsumsi. Cleaning data dilakukan untuk subjek yang tidak memiliki data berat badan, tinggi badan, status kehamilan, dan konsumsi pangan; IMT < 13 dan > 40; asupan energi < 0.3 atau > 3 kali dari energi basal; serta memiliki tingkat kecukupan zat gizi > 400%.

Total subjek yang digunakan berjumlah 61759 orang (90.2%) (Gambar

5).

Gambar 5 Alur cleaning data subjek penelitian Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder (Tabel 5). Pengumpulan data telah dilakukan oleh Kementrian Kesehatan melalui Riskesdas 2010 dengan cara pengumpulan data terlampir (Lampiran 1). Data diperoleh dalam bentuk electronic file dalam bentuk entry data dan hasil pengolahan Riskesdas 2010.

68486 orang wanita dewasa (19-55 tahun) Subjek : 61759 orang wanita dewasa Cleaning data: - IMT < 13 dan > 40 : 186 orang

- Asupan energi total < 0.3 dan > 0.3 dari Energi Metabolisme Bassal : 1472 orang

- Tingkat kecukupan zat gizi > 400% :13 orang

Cleaning data:

- Tidak ada data berat badan : 127 orang

- Tidak ada data tinggi badan: 8 orang

- Tidak ada data status kehamilan : 1260 orang - Tidak ada data konsumsi

pangan : 101 orang Kriteria eksklusi: - Hamil : 2393 orang

- Kondisi konsumsi tidak biasa (hajatan, hari raya, puasa, sakit, dan diet) : 1167 orang

Jumlah anggota rumah tangga 251388 orang

Tabel 5 Jenis dan cara pengumpulan data

Peubah Keterangan Cara pengumpulan data

Karakteristik subjek 1. Daerah 2. Status kawin 3. Usia 4. Status hamil Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND) Blok I No. 5 Blok IV No 5 Blok IV No 7 Blok IV No 10 Wawancara

Karakteristik sosial ekonomi 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Status ekonomi Blok IV No 8 Blok IV No 9 Wawancara Antropometri 1. Berat badan 2. Tinggi badan Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND) Blok X No 1a,1b Blok X No 2a, 2b Pengukuran langsung - Diukur dengan

timbangan berat badan digital (kapasitas 150 kg dan ketelitian 50 g) - Diukur dengan alat ukur

tinggi badan multi fungsi (kapasitas ukur 2 m dan ketelitian 0.1 cm) Konsumsi pangan 1. Jumlah pangan 2. Jenis pangan Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND) Blok XI Blok XI

Food recall 1x24 jam

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan program komputer. Proses cleaning dilakukan untuk memastikan data yang digunakan logis dan sesuai dengan variabel yang ditentukan. Penyusunan Indeks Gizi Seimbang dilakukan melalui tahapan identifikasi konsep gizi seimbang, pengelompokan pangan dan zat gizi, identifikasi scoring system, serta pengujian validitas. Indeks Gizi Seimbang disusun dari komponen-komponen yang mencerminkan kualitas diet dan pola konsumsi pangan. Analisis faktor-faktor determinan IGS pada wanita dewasa Indonesia dilakukan dengan regresi logistik.

Karakteristik subjek

Data mengenai daerah, status kawin, usia, status hamil, pendidikan, pekerjaan, dan status ekonomi merupakan data sekunder yang diperoleh dari kuesioner Riskesdas 2010. Data tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa kategori berdasarkan Riskesdas 2010. Data karakteristik subjek diolah secara statistik deskriptif.

Daerah tempat tinggal subjek dikelompokkan menjadi perkotaan dan perdesaan. Status kawin dikelompokkan menjadi kawin dan tidak kawin. Usia dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: 19-29 tahun, 30-49 tahun, dan 50- 55 tahun. Status hamil dikelompokkan menjadi hamil dan tidak hamil. Pendidikan subjek dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: tidak tamat/tamat SD/MI, tamat SLTP/MTS, dan tamat SMA/MA/PT (Perguruan Tinggi). Pekerjaan subjek dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu: tidak bekerja, sekolah, TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/layanan jasa/dagang, petani/nelayan/buruh, dan lainnya. Status ekonomi dikelompokkan menurut kuintil yang didasarkan pada besar pengeluaran keluarga per kapita setiap bulannya.

Status gizi

Data status gizi merupakan hasil olahan dari data berat badan dan tinggi badan dengan menggunakan rumus

IMT =

Pengkategorian status gizi dilakukan berdasarkan WHO (2007) yang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Kategori status gizi dewasa berdasarkan IMT

Status gizi IMT (kg/m2)

Kurus (Underweight) < 18.5

Normal 18.5-24.9

Gemuk (Overweight) ≥ 25.0

Kebutuhan zat gizi

Kebutuhan energi dihitung berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan energi dari Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan dan Escoot- stump (2008) yang didasarkan pada oxford equation (Tabel 7). Perhitungan kebutuhan energi subjek disesuaikan dengan status gizi, usia, faktor aktivitas, berat badan dan tinggi badan berdasarkan Total Energy Expenditure (TEE) yang dikoreksi dengan Thermic Effect of Food (TEF). TEF adalah peningkatan pengeluaran energi yang berhubungan dengan konsumsi pangan. Besarnya nilai TEF dihitung dari total pengeluaran energi yaitu sebesar 10% dari TEE. Berat badan aktual digunakan untuk subjek yang berstatus gizi normal dan berat badan estimasi IMT = 24.9 kg/m2 untuk subjek yang berstatus gizi gemuk.

Penentuan faktor aktivitas dilakukan berdasarkan jenis pekerjaan subjek yang terdapat pada data Riskesdas 2010. Kategori aktivitas dibagi menjadi empat kategori yaitu sangat ringan, ringan, aktif dan sangat aktif. Kategori sangat ringan dikelompokkan untuk subjek yang tidak bekerja; kategori ringan dikelompokkan untuk wiraswasta/layanan jasa/dagang, PNS/pegawai dan pekerjaan lainnya; kategori aktif dikelompokkan untuk subjek yang sekolah dan TNI/polri; dan kategori sangat aktif dikelompokkan untuk petani/nelayan/buruh. Perhitungan kebutuhan energi subjek dapat dilihat pada Tabel 7

Tabel 7 Perhitungan kebutuhan energi wanita dewasa menurut status gizi

Rumus perhitungan kebutuhan energi Kebutuhan

energi (Kal) Status gizi normal

EER = TEE TEE = 354 – (6.91xU) + PA x (9.36xBB+726xTB) Keterangan: PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.12 (ringan) PA = 1.27 (aktif)

PA = 1.45 (sangat aktif) TEE + 10%

TEE Status gizi gemuk

EER = TEE TEE = 448 – (7.95xU) + PA x (11.4xBB+619xTB) Keterangan: PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.16 (ringan) PA = 1.27 (aktif) PA = 1.44 (sangat aktif)

Sumber: Mahan dan Escoot-stump (2008) Keterangan:

U = usia (tahun), BB = berat badan (kg), TB = tinggi badan (m) EER = Estimated Energi Requirement (estimasi kebutuhan energi) (Kal) TEE = Total Energi Expenditure (total pengeluaran energi) (Kal)

PA = koefisien aktivitas fisik

Kebutuhan protein dihitung berdasarkan formula estimasi Angka Kecukupan Protein (AKP) dalam WNPG 2012 sesuai dengan kelompok usia. Kebutuhan protein dihitung sesuai dengan berat badan subjek dan dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein sebesar 1.3 (WNPG 2012). Berikut adalah penghitungan kebutuhan protein:

Kebutuhan protein = (AKP x BB) x faktor koreksi mutu protein Keterangan:

AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari) (0.8/kg BB) BB = Berat badan aktual (kg)

Faktor koreksi mutu protein = 1.3

Kebutuhan lemak dihitung sebesar 30% dari kebutuhan energi untuk wanita berusia 19-55 tahun. Sementara itu, proporsi lemak jenuh adalah 10% dari kebutuhan energi. Setelah diperoleh kebutuhan energi, protein, dan lemak, kebutuhan karbohidrat dihitung berdasarkan selisih antara kebutuhan energi total dengan kebutuhan energi dari protein dan lemak yang dijelaskan sebagai berikut:

Kecukupan total serat pangan dan air pada dewasa adalah 14 g/1000 Kal dan 2300 ml. Anjuran konsumsi gula tambahan kurang dari 10% kebutuhan energi mengacu pada WHO (2003). Sementara itu, AHA (2000) dan WHO (2012) merekomendasikan asupan kolesterol dan natrium pada dewasa kurang dari 300 mg/hari dan 2000 mg/hari. Kebutuhan zat gizi mikro subjek diacu berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2012 (WNPG 2012). Angka kecukupan gizi pada wanita dewasa usia 19-55 tahun disajikan pada Tabel 8. Kebutuhan gizi subjek dalam studi ini terlampir pada Lampiran 2.

Tabel 8 Angka kecukupan zat gizi wanita dewasa berdasarkan usia Kelompok usia Vit A

(mcg) Vit B1 (mg) Vit B2 (mg) Vit C (mg) Ca (mg) Fe (mg) P (mg) K (mg) Zn (mg) 19-29 tahun 500 1.1 1.4 75 1100 26 700 4700 10 30-49 tahun 500 1.1 1.3 75 1000 26 700 4700 10 50-55 tahun 500 1.0 1.1 75 1000 12 700 4700 10 Sumber : WNPG 2012

Asupan gizi dan tingkat kecukupan gizi

Kandungan zat gizi pangan yang dikonsumsi dihitung dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Singapura dan Riskesdas yang dihitung berdasarkan jenis dan jumlah bahan pangan dalam g/URT yang dikonsumsi subjek. Perhitungan kandungan zat gizi tersebut digunakan untuk menghitung tingkat kecukupan masing-masing zat gizi (Hardinsyah & Briawan 1994) sebagai berikut:

Keterangan :

KGij = Kandungan zat gizi-i dalam bahan makanan-j Bj = Berat bahan makanan-j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi-i dalam 100 g bahan makanan-j BDDj = % bahan makanan-j yang dapat dimakan

Setelah dilakukan perhitungan asupan zat gizi, selanjutnya dapat dilakukan perhitungan tingkat kecukupan zat gizi sebagai berikut:

Tingkat kecukupan zat gizi (%) = Asupan zat gizi x 100% Kebutuhan zat gizi

Mutu gizi konsumsi pangan (MGP)

Penghitungan MGP pada studi ini menggunakan 16 zat gizi, yaitu: energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, air, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, natrium, kalsium, besi, fosfor, kalium dan zink. Penilaian MGP menggunakan metode rata-rata tingkat kecukupan gizi (Hardinsyah & Atmojo 2000). MGP selanjutnya dijadikan sebagai baku (gold standard) untuk menguji validitas IGS. Secara umum rumus yang digunakan untuk penilaian MGP adalah sebagai berikut

MGP =

Keterangan :

MGP = Mutu gizi konsumsi pangan

TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi ke-i, yaitu (konsumsi zat gizi ke-i/kecukupan

zat gizi ke-i) x 100

n = Jumlah zat gizi yang dipertimbangkan dalam penilaian MGP

Dalam menghitung tingkat kecukupan gizi ke-i (TKGi), setiap nilai TKGi

bernilai maksimum 100 (truncated at 100) dengan alasan untuk meminimalkan kompensasi antara nilai TKGi yang rendah dan tinggi secara matematik, karena

secara biologis antar zat gizi yang berbeda tidak dapat saling substitusi melainkan saling berinteraksi. Setelah diperoleh nilai MGP, lebih lanjut nilai tersebut dikategorikan berdasarkan lima kategori, yaitu kategori < 40 tergolong buruk, 40- 54 tergolong kurang, 55-69 tergolong sedang, 70-84 tergolong baik/cukup, dan ≥ 85 tergolong sangat baik.

Indeks gizi seimbang (IGS) Cara pengelompokan

Studi ini mengembangkan dua kategori skor IGS, yaitu tiga tingkat (nol, lima, dan 10) dan empat tingkat (nol, empat, tujuh, dan 10). Penentuan skor dengan cara proporsional sudah diuji coba dengan nilai korelasi IGS 3-60 terhadap MGP sebesar 0.67, sehingga penentuan skor dengan cara kategori lebih baik dibandingkan secara proporsional. Masing-masing sistem skor memiliki lima pengelompokan kelompok pangan, yaitu lima (pangan karbohidrat, sayur, buah, pangan hewani (selain susu) dan pangan protein nabati, dan susu); enam (pangan karbohidrat, sayur, buah, pangan hewani (selain susu), pangan protein nabati, dan susu); enam (pangan karbohidrat, sayur, buah, pangan hewani, pangan protein nabati, dan lemak total); delapan (pangan karbohidrat, sayur, buah, pangan hewani, pangan protein nabati, lemak total, lemak jenuh, dan gula tambahan); serta 10 (pangan karbohidrat, sayur, buah, pangan hewani, pangan protein nabati, lemak total, lemak jenuh, gula tambahan, kolesterol, dan natrium) (Tabel 9).

Tabel 9 Alternatif indeks gizi seimbang (IGS) No Indeks gizi seimbang Jumlah tingkat skor Jumlah kelompok pangan/zat gizi

Jumlah zat gizi

1 IGS 3-50 3 5 - 2 IGS 3-60 3 6 - 3 IGS 3-61 3 6 1 4 IGS 3-83 3 8 3 5 IGS 3-105 3 10 5 6 IGS 4-50 4 5 - 7 IGS 4-60 4 6 - 8 IGS 4-61 4 6 1 9 IGS 4-83 4 8 3 10 IGS 4-105 4 10 5

Pertimbangan penggunaan kelompok pangan dan zat gizi tersebut adalah kaitannya dengan penyakit degeneratif. Skor dialokasikan berdasarkan jumlah pangan/zat gizi yang dikonsumsi relatif terhadap jumlah konsumsi pangan/asupan zat gizi yang dianjurkan bagi setiap kelompok pangan. Skor total untuk setiap alternatif IGS adalah 100. Alternatif IGS yang dikembangkan terdiri dari: IGS 3-

50, IGS 3-60, IGS 3-61, IGS 3-83, IGS 3-105, IGS 4-50, IGS 4-60, IGS 4-61, IGS 4-83, IGS 4-105. Angka pertama (tiga dan empat) menunjukkan jumlah tingkat skor; angka kedua menunjukkan jumlah kelompok pangan dan zat gizi; dan angka ketiga menunjukkan jumlah zat gizi. Misal IGS 3-50 adalah IGS berdasarkan tiga tingkat skor, lima kelompok pangan, dan tidak terdapat zat gizi. IGS 4-105 adalah IGS berdasarkan empat tingkat skor, 10 kelompok pangan dan zat gizi, dan terdapat lima komponen zat gizi (Tabel 10 dan 11).

Tabel 10 Penilaian indeks gizi seimbang berdasarkan tiga tingkat skor (IGS 3)

No Komponen Ukuran

satu porsi

Skor 0 Skor 5 Skor 10

1 Pangan karbohidrat 100 g ≤ 2 porsi 2-4 porsi ≥ 4 porsi

2 Sayur 100 g ≤ 1 porsi 1-3 porsi ≥ 3 porsi

3 Buah 100 g ≤ 0.5 porsi 0.5-2 porsi ≥ 2 porsi

4 Pangan hewani

 Selain susu 50 g ≤ 1 porsi 1-3 porsi ≥ 3 porsi

 Susu 30 g ≤ ¼ porsi ¼-1 porsi ≥ 1 porsi

5 Pangan protein nabati 50 g ≤ 1 porsi 1-3 porsi ≥ 3 porsi

6 Lemak total 30%-e > 30%-e

atau < 10%-e

20-30%-e 10-20%-e

7 Lemak jenuh 10%-e > 10%-e

atau < 2%-e

6-10%-e 2-6%-e

8 Gula tambahan 10%-e > 20%-e 5-20%-e ≤ 5%-e

9 Kolesterol 300 mg > 300 mg atau < 100 mg 200-300 mg 100-200 mg 10 Natrium 2000 mg > 2000 mg atau < 500 mg 1500-2000 mg 500-1500 mg Keterangan: %-e = persentase kebutuhan energi

Tabel 11 Penilaian indeks gizi seimbang berdasarkan empat tingkat skor (IGS 4)

No Komponen Ukuran

satu porsi

Skor 0 Skor 4 Skor 7 Skor 10

1 Pangan KH 100 g < 0.5 porsi 0.5-2 porsi 2-4 porsi ≥ 4 porsi 2 Sayur 100 g < 0.5 porsi 0.5-1.5 porsi 1.5-3 porsi ≥ 3 porsi 3 Buah 100 g < 0.5 porsi 0.5-1 porsi 1-2 porsi ≥ 2 porsi 4 Pangan hewani

 Selain susu 50 g < 0.5 porsi 0.5-1.5 porsi 1.5-3 porsi ≥ 3 porsi  Susu 30 g < 0.25 porsi 0.25-0.5 porsi 0.5-1 porsi ≥ 1 porsi 5 Pangan protein

nabati

50 g < 0.5 porsi 0.5-1.5 porsi 1.5-3 porsi ≥ 3 porsi 6 Lemak total 30%-e > 50%-e

atau < 5%-e

30-50%-e atau 5-10%-e

20-30%-e 10-20%-e 7 Lemak jenuh 10%-e > 15%-e

atau < 2%-e

10-15%-e 6-10%-e 2-6%-e 8 Gula tambahan 10%-e > 25%-e 15-25%-e 5-15%-e ≤ 5%-e 9 Kolesterol 300 mg > 400 mg 300-400 mg atau < 100 mg 200-300 mg 100-200 mg 10 Natrium 2000 mg > 2500 mg atau < 500 mg 2000-2500 mg 1500-2000 mg 500-1500 mg Keterangan: %-e = persentase kebutuhan energi

Kuantitas

Anjuran jumlah porsi kelompok pangan karbohidrat, pangan hewani, dan pangan protein nabati mengacu pada panduan PUGS yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI (2002), dengan jumlah anjuran masing-masing yaitu: empat porsi, empat porsi, dan tiga porsi. Anjuran jumlah porsi konsumsi sayur dan buah mengacu pada hasil studi Nurhayati (2013), yaitu masing-masing berjumlah tiga porsi dan dua porsi. Anjuran proporsi energi dari lemak sebesar 30% mengacu pada Hardinsyah et al. (2013). Anjuran asupan lemak jenuh dan gula tambahan kurang dari 10% kebutuhan energi mengacu pada WHO (2003). Sementara itu, AHA (2000) dan WHO (2012) merekomendasikan asupan kolesterol dan natrium pada dewasa kurang dari 300 mg/hari dan 2000 mg/hari.

Skoring

Pemberian skor dilakukan terhadap kelompok pangan dan zat gizi yang menjadi komponen IGS. Konsumsi pangan dari lima kelompok pangan yang tinggi menghasilkan skor yang tinggi pula, sedangkan tingginya asupan zat gizi yang dibatasi menghasilkan skor yang rendah. Skor masing-masing komponen dirumuskan sama satu dengan yang lain (0-10) karena pertimbangan masing- masing komponen memiliki kontribusi yang sama terhadap kualitas diet dan kesehatan. Nilai indeks gizi seimbang yang dikembangkan berkisar antara 0-100. Semakin tinggi nilai indeksnya, menunjukkan semakin tinggi kualitas diet.

Validasi

Penetapan komponen Indeks Gizi Seimbang (Healthy Eating Index) dilakukan secara teoritis kemudian dilakukan analisis korelasi skor IGS dengan mutu gizi konsumsi pangan (MGP) menggunakan korelasi pearson. IGS yang valid dipilih jika memiliki nilai koefisien korelasi tertinggi dibandingkan alternatif IGS yang lainnya.

Definisi Operasional

Asupan zat gizi adalah jumlah zat gizi yang masuk ke dalam tubuh subjek yang berasal dari makanan dan minuman. Asupan zat gizi diperoleh melalui recall 1x24 jam dan diolah menggunakan DKBM.

Faktor determinan IGS adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas diet (diukur mengunakan IGS)

Gizi seimbang adalah gizi sesuai kebutuhan gizi subjek untuk mencegah risiko gizi lebih dan gizi kurang. Pedoman gizi seimbang dalam penelitian ini mengikuti PUGS Indonesia.

Healthy eating index adalah instrumen yang digunakan untuk menilai kualitas diet secara menyeluruh dan memonitor pola konsumsi pangan, serta mengukur kesesuaian konsumsi pangan dengan pedoman gizi seimbang. Indeks keragaman makanan adalah alat ukur untuk menentukan keragaman

Indeks massa tubuh adalah nilai yang diperoleh dari perhitungan berat badan dan tinggi badan, serta mencerminkan status gizi.

Karakteristik individu adalah karakteristik subjek yang meliputi usia, status kehamilan, status kawin, daerah, pendidikan, pekerjaan, dan status ekonomi.

Kebutuhan gizi adalah sejumlah zat gizi yang dibutuhkan per hari oleh subjek untuk hidup sehat dan telah dikoreksi dengan usia, berat badan, dan keadaan fisiologis.

Komponen IGS adalah komponen yang mencerminkan kualitas diet dan pola konsumsi pangan, serta menentukan skor IGS.

Masalah gizi ganda adalah masalah gizi kurang dan gizi lebih, serta penyakit degeneratif yang diakibatkan.

Mutu gizi pangan adalah nilai yang mencerminkan pemenuhan kebutuhan gizi secara keseluruhan (energi, karbohidrat, protein, lemak, serat, air, natrium, kalsium, fosfor, besi, kalium, seng, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C) dari asupan zat gizi makanan yang dikonsumsi.

Pangan adalah makanan atau minuman yang dikonsumsi subjek, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang memberikan kontribusi zat gizi bagi tubuh subjek. Penilaian konsumsi pangan dalam penelitian ini dilakukan melalui recall 1x24 jam.

Pola pangan harapan adalah susunan kelompok pangan yang dapat digunakan untuk menilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor pangannya.

Porsi adalah informasi jumlah pangan untuk setiap satu kali konsumsi yang dinyatakan dalam satuan g/ml.

Subjek adalah seluruh penduduk Indonesia yang berusia 19-55 tahun (dewasa) dan berjenis kelamin wanita yang menjadi sampel Riskesdas 2010 serta telah melalui proses cleaning data.

Tingkat kecukupan gizi adalah nilai yang mencerminkan pemenuhan kebutuhan gizi dari konsumsi pangan subjek, yang dihitung sebagai persentase asupan gizi terhadap kebutuhan gizi.

Dokumen terkait