I. PENDAHULUAN
1.3. Kerangka Pemikiran
Permasalahan lingkungan sangat kompleks akhir-akhir ini yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan secara hebat. Seperti lemahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, pengelolaan SDA yang tidak bijak, penggunaan barang yang tidak ramah lingkungan, pola produksi dan konsimtif yang berlebihan,serta lemahnya hukum dan kebijakkan mengenai lingkungan merupakan beberapa permasalah lingkungan. Hal ini menyebabkan beberapa kerusakan lingkungan seperti kenaikan tingkat polusi, limbah industri maupun domestik, menurunnya sanitasi dan kualitas lingkungan, serta menurunnya tingkat ketersediaan ruang terbuka hijau. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu cara yang dapat memperbaiki kerusakan lingkungan tersebut dengan mengelola lingkungan dengan arif dan bijaksana. Salah satu cara adalah menggunakan konsep kehidupan ramah lingkungan yang dapat menjadikan lingkungan lebih baik seperti terciptanya rumah yang sehat, lingkungan nyaman, meningkatkan kesejahteraan, mengurangi polusi, meningkatkan kesehatan, meningkatnya kualitas lingkungan, kualitas SDA.
Oleh sebab itu diperlukan suatu pengolahan limbah yang dapat mengurangi permasalahan pencemaran tersebut. Pengolahan limbah dapat dilakukan secara recyle, reuse, reduce atau yang sering dikenal dengan konsep 3R yang mempunyai tujuan untuk mencapai kestabilan dalam pola konsumsi dan produksi dengan aspek pendukung seperti akses informasi, pasar dan jaringan, kebijakkan dan strategi dalam pembangunan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 (EPA USA, 2001). Apabila ini dilaksanakan oleh masyarakat maka akan membentuk suatu pemukiman atau lingkungan menjadi lebih baik seperti terciptanya rumah yang sehat, lingkungan nyaman, meningkatkan kesejahteraan, mengurangi polusi, meningkatkan kesehatan, meningkatnya kualitas lingkungan, kualitas SDA. Konsep ini juga harus diikuti dengan pengadaan barang/produk, penggunaan, disain produk yang semuanya bersifat ramah lingkungan sesuai dengan ISO 14001.
3R
Keberlanjutan Keberlanjutan
dalam berproduksi dalam
berkonsumsi
Akses Pengembangan dalam Informasi kebijakkan dan strategi
Kerjasama regional Komitmen dalam
pembangunan
Jaringan Penerapan
dan kreasi pasar Implementasi
Gambar 1 Konsep 3R
Pengolahan limbah atau sampah sangat berhubungan dengan gaya hidup yang konsumtif ini dikarenakan konsumen yang menggunakan produk yang dihasilkan dari suatu industri akan menyebabkan beragamnya hasil limbah. Dalam pengelolaannya diperlukan pengetahuan yang cukup agar limbah atau sampah tersebut dapat diolah dengan baik, dapat bernilai ekonomi yang kembali ke masyarakat atau ke alam, sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam. Untuk mencapai hal tersebut maka pengolahan limbah dapat dilakukan pemilahan sampah, dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal agar limbah tersebut tidak tercampur.
Apabila limbah tercampur maka sampah yang masih dapat digunakan akan rusak, bahan-bahan organik dapat mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa didaur-ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya. Peningkatan alur limbah (material balance) yang berasal dari produk sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang akan menyulitkan proses pengolahan limbah tersebut. Selain pengolahan limbah tersebut juga perlu didukung oleh kemampuan pemerintah dalam menentukkan kebijakkan pengelolaan sampah.
Dalam hal ini terdapat lima aspek yang dapat ditinjau yaitu menyangkut perangkat undang-undang, kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek teknologi, dan aspek peranserta masyarakat baik dari sisi ekonomi, sosial, dan ekologi. Apabila konsep 3R dan penerapan kelima aspek tersebut dilaksanakan maka diharapkan dapat tercipta kehidupan yang ramah lingkungan secara berkelanjutan
Pencemaran terjadi dimana-mana baik skala industri maupun rumah tangga. Pemikiran tentang kehidupan yang lebih baik, sehat jasmani dan rohani, dan terciptanya lingkungan yang baik merupakan suatu fenomena yang sangat kompleks karena konsep ini sangatlah tidak mudah.
Masalah pencemaran yang ada merupakan suatu faktor yang akan terus ada apabila tidak terjadi perubahan pola pikir dan kehidupan menuju ke yang lebih baik dan ramah lingkungan. Kegiatan rumah tangga atau pemukiman merupakan salah satu awal pengendalian lingkungan dan merupakan faktor penentu baik atau tidaknya lingkungan. Penerapan pemukiman yang ramah lingkungan dapat dilihat dari konsep masyarakat dalam menciptakan suatu ruang kehidupan yang sehat, nyaman, dan ramah lingkungan atau dapat disebut sebagai disain pemukiman yang berwawasan lingkungan (Soemarwoto, 2004).
Dalam suatu disain pemukiman yang berwawasan lingkungan diperlukan sumber daya manusia yang menggerakkan dan memanfaatkannya secara optimal. Karakter (perilaku, sikap dan tindakan) setiap orang untuk menciptakan kehidupan ramah lingkungan (ecoliving) sangatlah berbeda dan tergantung pada kondisi sosial dan budaya yang ada.
Tanpa disadari penggunaan barang-barang yang dikonsumsi dan diproduksi akan menguras sumber daya alam yang ada dan merusak lingkungan. Konsep kehidupan yang ramah lingkungan (ecoliving) ini dapat diterapkan sehari-hari baik dalam penggunaan bahan/material ramah lingkungan, penggunaan kembali barang-barang yang masih dapat reuse, reduce, dan recycle. (Seo, 2001). Untuk mengetahui pengolahan limbah dalam penerapan konsep ramah lingkungan (ecoliving) di masyarakat maka digunakan pendekatan komunitas (community based management) dengan melihat kebutuhan dan keinginan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun pendekatan ini bersifat subyektif, artinya keputusan subjektif dari individu
atau kelompok, tetapi hal ini cukup berarti sebagai evaluasi terhadap kemampuan masyarakat untuk berkembang dan secara aktif diharapkan dapat merencanakan dan meneruskan keberlanjutan untuk mencapai hasil yang optimal (Gambar 2).
Gambar 2 Kerangka Pemikiran 1.4. Perumusan Masalah
Kerusakan lingkungan seperti kenaikan tingkat polusi, limbah industri maupun domestik, menurunnya sanitasi dan kualitas lingkungan, serta menurunnya tingkat ketersediaan ruang terbuka hijau yang terjadi dapat diatasi dengan
Sanitasi Kualitas RTH KERUSAKAN LINGKUNGAN 1.Lemahnya kesadaran lingkungan
2.Pengelolaan SDA yang tidak bijak
3.Penggunaan barang tidak ramah lingkungan 4.Pola produksi dan
konsumsi yang eksesif 5.Hukum yang kurang kuat Persoalan yang dihadapi
Pencemaran Lingkungan
Polusi
Penilaian
1. Mengevaluasi partisipasi masyarakat dalam hal pengelolaan lingkungan. 2. Menganalisis sistem pengolahan sampah dengan penerapan 3R (Reuse,
Recycle, Reduce) di masyarakat.
3. Menganalisis ketersediaan Ruang Terbuka Hijau pada skala rumah dan komunitas.
4. Mengetahui tingkat kehidupan ramah lingkungan (ecoliving) dengan melihat keterkaitan ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), pengelolaan sampah dengan konsep 3R, dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pemukiman berkelanjutan.
Pengelolaan Lingkungan berbasis Ecoliving
Limbah Domestik
pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pengelolaan ini lebih memperhatikan generasi masa depan tanpa merusak dan mengeksploitasi sumber daya alam yang tersedia serta tanpa menggunakan bahan-bahan yang tidak membahayakan bagi kehidupan. Penelitian ini akan membahas salah satu dari konsep ramah lingkungan yaitu dengan menganalisis ketersediaan ruang terbuka hijau di sekitar perumahan, menganalisis sistem pengolahan sampah dengan penerapan 3R (reuse, recycle, reduce) di masyarakat, mengevaluasi partisipasi masyarakat dalam hal pengelolaan lingkungan, mengetahui keterkaitan antara ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), pengelolaan sampah dengagn konsep 3R, partisipasi masyarakat.
Produksi limbah padat naik secara signifikan selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2000, Surabaya saja menghasilkan 8.700m3 atau 2.435 ton sampah per hari, yang diperkirakan akan berlipat ganda hingga tahun 2010. Hanya sekitar 50 persen dari limbah padat yang dikumpulkan untuk dibuang ke tempat pembuangan. Daerah-daerah miskin di perkotaan secara umum dilayani secara setengah-setengah atau justru tidak dilayani sama sekali. Di Indonesia, sekitar 15-20 persen dari limbah dibuang secara baik dan tepat; sisanya dibuang di sungai dan kali, menciptakan masalah banjir. Diperkirakan 85 persen dari kota-kota kecil dan lebih dari 50 persen kota berukuran menengah secara resmi membuang limbah mereka di tempat-tempat terbuka. Sekitar 75 persen dari limbah perkotaan dapat terurai dan dapat digunakan sebagai kompos atau biogas. Namun, kurangnya pengetahuan dan pelatihan menghambat pengembangan lebih jauh dari pengelolaan limbah yang produktif semacam itu. Walaupun adanya pasar yang relatif besar untuk produk-produk daur ulang, hanya sebagian kecil dari limbah tersebut yang didaur ulang.
Pemikiran tentang kehidupan yang lebih baik, sehat jasmani dan rohani, dan terciptanya lingkungan yang baik merupakan suatu fenomena yang sangat kompleks karena konsep ini sangatlah tidak mudah. Kurangnya pendidikan tentang lingkungan, pemukiman tidak terencana sehingga menjadi pemukiman yang kumuh dan berdesakan, fasilitas umum untuk lingkungan tidak tersedia menjadikan diperlukannya suatu konsep yang menuju kehidupan yang ramah lingkungan
(ecoliving) dengan memperhatikan aspek lingkungan secara holistik dalam kehidupan sehari-hari.
Penerapan konsep ini masih menjadi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari karena masyarakat Desa Jambangan mempunyai beberapa tingkat kehidupan, masih rendahnya informasi mengenai kehidupan ramah lingkungan, dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam menerapkan kehidupan ramah lingkungan. Penggunaan barang-barang yang rusak dianggap rongsokan (junk). Tanpa disadari penggunaan barang-barang tersebut akan menguras sumber daya alam yang ada dan lingkungan akan rusak. Kehidupan yang ramah lingkungan (ecoliving) ini dapat digunakan sehari-hari baik dalam penggunaan bahan/material ramah lingkungan, penggunaan kembali barang-barang yang masih dapat dipakai (reuse), barang daur ulang (recycle) yang masih baik digunakan, pengurangan (reduce) pemakaian yang konsumtif, dan penggunaan taman sebagai ruang terbuka hijau (RTH) atau tanaman obat keluarga (TOGA).
Sebagian besar masyarakat Desa Jambangan telah melakukan konsep ramah lingkungan (ecoliving) dengan baik hanya saja masih terdapat kekurangan terutama dukungan pemerintah hal sarana dan prasarana seperti 1) tempat sampah yang mampu menampung limbah rumah tangga ke dalam empat kategori (organik, plastik, kertas, anorganik), 2) alat pengangkut sampah dari rumah-rumah ke penampungan, 3) alat pengolah sampah sederhana, 4) operator yang memadai.
Untuk mengetahui penerapan konsep ramah lingkungan (ecoliving) yang ada di masyarakat maka digunakan pendekatan komunitas (community based management) dengan melihat kebutuhan dan keinginan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini merupakan suatu alat yang bersifat subyektif, artinya bahwa dalam menjawab pertanyaan yang ada baik individu atau kelompok memberikan keputusan terbaik, tetapi pada beberapa materi hanya berupa perkiraan, seperti tentang apa yang benar untuk masyarakat mereka. Namun demikian hal ini cukup berarti sebagai evaluasi terhadap kemampuan masyarakat untuk berkembang dan diharapkan masyarakat tersebut secara aktif merencanakan dan meneruskan keberlanjutan untuk mencapai hasil yang optimal.
Penelitian ini juga merupakan metode pembangunan yang bertumpu pada komunitas yang digunakan untuk menentukan pembangunan yang seperti apa yang dapat diterima dan diterapkan untuk menggunakan konsep ramah lingkungan (ecoliving) itu dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dalam hal ini komunitas akan terlibat dalam proses pengelolaan perkembangan, operasi dan perawatan pemukimannya.