• Tidak ada hasil yang ditemukan

TELAAH PUSTAKA

2.2 Kerangka Pemikiran

auditor temuan pengendalian internal.

Jeffrey Doyle, Weili Ge, dan Sarah McVay (2007) Determinants of Weaknesses in Internal Control over Financial Reporting Kelemahan material, umur perusahaan, ukuran perusahaan, kesehatan keuangan, kompleksitas, tingkat pertumbuhan, restrukturisasi, kebijakan publik

Kelemahan material dalam pengendalian internal cenderung lebih banyak untuk perusahaan yang lebih kecil, lebih menguntungkan, lebih kompleks, lebih cepat tumbuh, atau sedang menjalani restrukturisasi. Determinan kelemahan pengendalian internal bervariasi tergantung tipe kelemahan material yang diungkapkan.

2.2 Kerangka Pemikiran

Salah satu kewajiban auditor BPK adalah memberikan opini atas tingkat kewajaran laporan keuangan pemerintah daerah. Dalam mengambil keputusan mengenai penetapan opini, tim auditor menggunakan berbagai pertimbangan baik yang berasal dari laporan keuangan, termasuk pendapat terhadap efektivitas pengendalian internalnya, kesesuaian dengan standar akuntansi, kepatuhan terhadap peraturan perundangan, maupun kecukupan pengungkapan di dalamnya. Faktor lainnya terkait dengan realisasi anggaran yang secara tidak langsung berkaitan dengan level pengendalian internal, serta adanya asumsi bahwa opini audit yang dikeluarkan cenderung memiliki level yang sama dengan opini audit tahun sebelumnya. Hal tersebut kemudian membentuk sebuah kerangka pemikiran dalam penelitian ini yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.

30

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.3 Hipotesis

Di dalam melaksanakan pemeriksaan atas laporan keuangan, BPK wajib menguji dan menilai SPI pemerintah daerah. Seperti yang diamanatkan dalam UU Nomor 15 Tahun 2004 pasal 12, bahwa dalam rangka pemeriksaan keuangan dan/atau kinerja, pemeriksa melakukan pengujian dan penilaian atas pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah.

Evaluasi atas efektivitas SPI adalah salah satu kriteria pemberian opini SPI. SPI dinyatakan memadai apabila unsur-unsur dalam SPI menyajikan suatu pengendalian yang saling terkait dan dapat meyakinkan pengguna bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Opini yang diberikan oleh BPK terhadap Variabel independen

Kelemahan SPI (SPI) Jumlah temuan SPI

Temuan kepatuhan (KPT) Jumlah temuan kepatuhan

Variabel kontrol

Realisasi anggaran (RANG2)

Opini tahun sebelumnya (OTS) Variabel dummy Variabel dependen Opini WTP (OPINI) Variabel dummy - - - +

31

laporan keuangan pemerintah daerah yang bersangkutan akan dipengaruhi oleh SPI di lingkungan entitas. SPI ini didesain untuk dapat mengenali apakah SPI telah memadai dan mampu mendeteksi adanya kelemahan. Kelemahan tersebut berakibat pada permasalahan dalam aktivitas pengendalian yang menimbulkan kasus-kasus kelemahan SPI yang dikelompokkan menjadi tiga, antara lain:

1. Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, yaitu kelemahan sistem pengendalian yang terkait kegiatan pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan.

2. Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, yaitu kelemahan pengendalian yang terkait dengan pemungutan dan penyetoran penerimaan negara/daerah serta pelaksanaan program/kegiatan pada entitas yang diperiksa.

3. Kelemahan struktur pengendalian intern, yaitu kelemahan yang terkait dengan ada/tidak adanya struktur pengendalian intern atau efektivitas struktur pengendalian intern yang ada dalam entitas yang diperiksa.

Kawedar (2010) serta Sipahutar dan Khairani (2013) dalam penelitiannya menghubungkan tingkat kelemahan SPI dengan perubahan opini audit melalui metode kualitatif. Dalam hasil penelitiannya, kedua penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan sejenis yang menyatakan bahwa perubahan opini audit yang semakin menurun dipengaruhi oleh semakin lemahnya pengendalian internal entitas. Atas dasar uraian tersebut, maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

32

Auditor mengeluarkan opini audit dengan mempertimbangkan empat kriteria yang salah satunya adalah temuan kepatuhan entitas terhadap peraturan perundang-undangan. Sipahutar dan Khairani (2013) dalam kesimpulan penelitiannya juga mengungkapkan adanya pelanggaran yang material atas peraturan perundang-undangan serta ketidaksesuaian penyajian laporan keuangan sesuai peraturan yang berlaku. Peningkatan tingkat materialitas atas pelanggaran tersebut semakin melemahkan tingkatan opini audit dari WDP menjadi TW.

Dilihat dari keterkaitan kedua variabel tersebut, dapat dirumuskan hipotesis selanjutnya terkait dengan level kepatuhan peraturan perundang-undangan akan berpengaruh negatif terhadap opini audit WTP. Namun sesuai dengan pengelompokan jenis temuan kepatuhan oleh BPK, ketidakpatuhan entitas tersebut dianggap memiliki dampak yang menyebabkan 7 jenis akibat, diantaranya:

1. Kerugian daerah adalah berkurangnya kekayaan daerah berupa uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum, baik sengaja maupun lalai.

2. Potensi kerugian daerah adalah suatu perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya kerugian di masa yang akan datang berupa berkurangnya uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya.

3. Kekurangan penerimaan adalah adanya penerimaan yang sudah menjadi hak daerah tetapi tidak atau belum masuk ke kas daerah karena adanya unsur ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan.

33

4. Temuan administrasi mengungkap adanya penyimpangan terhadap ketentuan yang berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran atau pengelolaan aset maupun operasional, tetapi penyimpangan tersebut tidak mengakibatkan kerugian atau potensi kerugian daerah/ tidak mengurangi hak daerah/kekurangan penerimaan, tidak menghambat program entitas, dan tidak mengandung unsur indikasi tindak pidana.

5. Temuan mengenai ketidakhematan mengungkap adanya penggunaan input dengan harga atau kuantitas/kualitas yang lebih tinggi dari standar kuantitas/ kualitas yang melebihi kebutuhan, dan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan pengadaan serupa pada waktu yang sama.

6. Temuan mengenai ketidakefisienan mengungkap permasalahan rasio penggunaan kuantitas/kualitas input untuk satu satuan output yang lebih besar dari seharusnya.

7. Temuan mengenai ketidakefektifan berorientasi pada pencapaian hasil (outcome) yaitu temuan yang mengungkapkan adanya kegiatan yang tidak memberikan manfaat atau hasil yang direncanakan serta fungsi instansi yang tidak optimal sehingga tujuan organisasi tidak tercapai.

Atas dasar uraian tersebut, selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Temuan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan berpengaruh negatif terhadap opini audit.

34

BAB III

Dokumen terkait