• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Menurut Limbong dan Sitorus (1987), pasar merupakan suatu tempat dimana penawaran dan permintaan membentuk suatu harga tertentu sedangkan menurut Dahl dan Hammond (1977), pasar dalam pengetian ekonomi adalah ruang atau dimensi dimana kekuatan penawaran dan permintaan bekerja untuk menentukan atau merubah harga. suatu tempat dapat diartikan sebagai ruang lingkup suatu pasar dimana :

1. Kekuatan permintaan dan penawaran dapat bekerja; 2. Menentukan atau merubah harga;

3. Pemilihan sejumlah barang dan jasa yang dapat dialihkan; 4. Ditandai oleh tataniaga, kelembagaan dan fisik tertentu.

Kotler (2002) mengatakan bahwa pasar merupakan himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan, keinginan yang mungkin ingin dan mampu terlibat dalam pertukaran untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan.

3.1.2 Harga dan Mekanisme Harga

Harga dan mekanisme harga sangat penting pada ekonomi modern dalam hal mengarahkan pengambilan keputusan dalam alokasi dan distribusi sumber daya yang langka untuk kegiatan produksi, pemasaran dan konsumsi. Harga memainkan peran yang sangat penting dalam sistem ekonomi modern. Menurut Asmarantaka (2009) fungsi utama dari harga meliputi:

Fungsi distributif: untuk siapa diproduksi dan dimana dihasilkan. Barang dan sumber daya terbatas, tetapi kebutuhan dan keinginan tidak terbatas, sehingga harga akan menentukan kemampuan keterbatasan bagi mereka yang memiliki daya beli; Fungsi alokatif: apa, kapan, untuk siapa

16

diproduksi; Fungsi penanda (Signalling): Harga menandakan situasi permintaan dan penawaran. Kelangkaan tercermin dalam harga tinggi, dan surplus tercermin dalam harga yang lebih rendah; Fungsi penyeimbang (equalibriating) harga memfasilitasi sesuai permintaan dan supply sehingga pasar terdeterminasi; Fungsi rationing: masalah sumber daya yang terbatas versus keinginan yang tidak terbatas; Fungsi Transmisi: Harga mengirimkan informasi ke berbagai aktor di pasar sehingga memungkinkan mereka untuk membuat keputusan tentang apa dan kapan harus membeli dan menjual; Penyediaan insentif: harga bertindak sebagai insentif/disinsentif untuk konsumen dan produsen.

Tomek dan Robinson (1990) dan Dahl and Hammond (1977) memberikan contoh dalam penentuan harga dan penyesuaiannya dalam pasar bersaing (price determination and adjustment in a competitive market). Pada prinsipnya ada dua kelompok struktur pasar yaitu pasar persaingan sempurna (perfecly competitive market) dan monopoli (absolute monopoly); sedangkan kelompok lainnya merupakan kelompok kelompok diantara kedua kelompok yang ekstrim tersebut.

3.1.3 Keterpaduan Pasar Vertikal

Menurut Asmarantaka (2009), keterpaduan pasar atau integrasi pasar merupakan indikator dari efisiensi pemasaran, khususnya efisiensi harga yaitu suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh perubahan harga yang terjadi pada pasar acuan (pasar di dingkat yang lebih tinggi, misalnya pengecer) akan menyebabkan terjadi perubahan pada pasar pengikutnya (misalnya di tingkat petani). Keterpaduan pasar dapat terjadi jika terdapat informasi pasar yang memadai dan informasi ini disalurkan dengan cepat dari satu pasar ke pasar lainnya misalnya perubahan harga dari salah satu pasar disalurkan atau ditransfer secara cepat ke pasar lain, dengan demikian fluktuasi perubahan harga terjadi pada suatu pasar dapat segera tertangkap oleh pasar lain dengan ukuran perubahan yang sama. Hal tersebut merupakan faktor yang dapat digunakan sebagai sinyal dalam pengambilan keputusan bagi produsen.

17 Goletti dan Christina-Tsigas (1996) dalam Sianturi (2005) mendefinisikan integrasi pasar sebagai kondisi yang dihasilkan akibat tindakan pelaku pemasaran serta lingkungan pemasaran yang mendukung terjadinya perdagangan, yang meliputi infrasruktur pemasaran dan kebijakan pemerintah, yang menyebabkan harga di suatu pasar ditransformasikan ke pasar lainnya. Suryana (1998) mengartikan integrasi pasar sebagai hubungan yang erat antara kekuatan supply dan demand pada suatu pasar terhadap kekuatan supply dan demand pada pasar lainnya.

Simatupang dan Situmorang (1988) mengatakan bahwa dua pasar terpadu apabila perubahan harga di salah satu pasar dirambatkan ke pasar lain, semakin cepat perambatan maka semakin terpadu pasarnya.

Berdasarkan hubungan pasar yang dianalisis, Keterpaduan pasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a) Keterpaduan pasar Horisontal , merupakan tingkat keterkaitan hubungan antara pasar regional dan pasar regional lainnya, dan b) Keterpaduan pasar vertikal, merupakan tingkat keterkaitan hubungan suatu lembaga pemasaran dengan lembaga pemasaran lainnya dalam suatu rantai pemasaran.

Menurut Conforti, (2004) Keterpaduan harga yang simetris terjadi pada pasar yang menganut prinsip law of one price, artinya jika harga pada suatu pasar mengalami peningkatan maka pasar yang menjual produk yang sama akan merespon perubahan harga tersebut mengikuti harga yang terjadi di pasar. Hal ini menandakan bahwa pasar sudah terintegrasi dengan baik dan sudah efisien karena persebaran informasinya merata yang dapat dilihat melalui respon yang ditimbulkan terhadap perubahan harga tersebut, sehingga tidak menimbulkan adanya kemungkinan timbulnya abnormality return. Law of One Price diharapkan dapat mengukur hubungan harga spasial, yang mana harga pada setiap rantai produksi akan berbeda, bergantung pada biaya produksi. Ada enam faktor yang mempengaruhi transmisi harga;

1. Biaya Transportasi dan Transaksi

Hal ini dapat diklasifikasi kembali menjadi tiga grup yang terdiri atas biaya informasi, biaya negosiasi dan biaya monitoring serta biaya

18

penegakan pelaksanaan. Hal ini dapat membuat harga antar pasar menjadi berbeda, yang dapat diatasi dengan menetapkan harga yang berbeda di dua tempat yang berbeda agar terjadi keadilan dan integrasi di antara dua buah tempat tersebut.

2. Kekuatan Pasar

Pada sebuah rantai produksi yang panjang, beberapa agen akan berlaku sebagai price maker (pembuat harga), bergantung pada sisi mana industri tersebut terkonsentrasi.

3. Increasing returns to scale pada produksi

Hal ini terjadi biasanya pada permulaan pasar. Increasing returns to scale dapat mempengaruhi transmisi harga secara vertikal.

4. Produk yang homogen dan differensiasi

Tingkat substitusi pada konsumsi barang serupa yang diproduksi pada dua buah negara berbeda akan mempengaruhi integrasi pasar dan transmisi harga.

5. Nilai Tukar

Pengaruh perubahan nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang lain akan memiliki pengaruh pada kemampuan sebuah perusahaan untuk membedakan harga yang bergantung pada tujuan (price-to-market behaviour), struktur pasar, produk non-homogen, dan biaya pada perusahaan.

6. Kebijakan dalam negeri suatu negara

Hal ini secara langsung mempengaruhi transmisi harga spasial, antara lain kebijakan perdagangan, sedangkan kebijakan domestik yang berkenaan dengan harga akan mempengaruhi transmisi harga secara vertikal dan spasial.

Melemahnya keterpaduan pasar akan mengindikasikan proses pemasaran suatu komoditas tidak efisien, karena harga tidak ditransformasikan secara tepat kepasar lainnya baik secara vertikal dan horisontal. Disamping itu, keterpaduan pasar harus ditunjang dengan adanya alur informasi yang lancar, sarana dan prasarana transportasi yang memadai, komponen ini juga akhirnya dapat menentukan struktur dan prilaku pasar.

19 Harga komoditas pangan di pasar umumnya, didominasi penentuan harganya oleh harga di tingkat produsen, tetapi tidak semua perubahan harga di tingkat konsumen ditransmisi ke pasar produsen, sehingga melemahnya keterpaduan pasar secara vertikal di sisi lain melemah nya keterpaduan horisontal sebagai akibat lokasi yang berjauhan dan merupakan pembatas lancarnya komunikasi antara dua level pasar yang berjauhan. Keterpaduan pasar vertikal digunakan untuk melihat tingkat keeratan hubungan antar pasar produsen dan ritel (pedagang). Pasar produsen adalah pasar yang di dalamnya bekerja kekuatan permintaan dari pedagang dan kekuatan penawaran dari produsen, sedangkan pasar ritel adalah pasar yang di dalamnya bekerja kekuatan permintaan dari konsumen akhir dan penawaran dari pedagang. Suatu pasar dikatakan terintegrasi vertikal dengan baik apabila harga pada suatu lembaga pemasaran ditransformasikan kepada lembaga pemasaran lainnya dalamsatu rantai pemasaran.

Tingkat keterpaduan pasar yang tinggi menunjukkan telah lancarnya arus informasi diantara lembaga pemasaran sehingga harga yang terjadi pada pasar yang dihadapi oleh lembaga pemasaran yang lebih rendah dipengaruhi oleh lembaga pemasaran yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan apabila arus informasi berjalan dengan lancar dan seimbang, tingkat lembaga pemasaran yang lebih rendah mengetahui informasi yang dihadapi oleh lembaga pemasaran di atasnya, sehingga dapat menentukan posisi tawarnya dalam pembentukan harga (Sianturi , 2005).

3.1.4 Keterpaduan Pasar Horisontal

Menurut Tomek dan Robinson (1990), Ketepaduan pasar horisontal digambarkan sebagai hubungan harga dari pasar yang terpisah secara geografis. Keterpaduan pasar horisontal merupakan tingkat keterkaitan hubungan antara pasar regional dan pasar regional lainnya. Keterpaduan pasar horisontal menunjukkan pergerakan harga, dan secara umum merupakan signal dari transmisi harga dan informasi diantara pasar yang terpisah secara spasial.

20

Keterpaduan pasar dapat menunjukkan pergerakan harga dan secara umum merupakan signal dari transmisi harga dan informasi diantara pasar yang terpisah secara horisontal. Menurut Ratnasari (2010) pasar yang tidak terintegrasi bisa membawa informasi harga yang tidak akurat yang dapat mendistorsi keputusan pasar produsen dan kontribusi pergerakan produk menjadi tidak efisien.

Menurut Nugroho (2011) Transmisi harga yang tidak berjalan dengan baik merupakan akibat dari kebijakan stabilisisasi yang dijalankan pemerintah, melalui berbagai instrumen kebijakan perdagangan, pasar yang tidak terintegrasi secara sempurna, atau tingginya biaya transaksi yang membuat pasar menjadi tersegmen.

Dokumen terkait