BAB I PENDAHULUAN
E. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini diperlukan adanya kumpulan teori-teori yang akan menjadi pedoman dalam melaksanakan penelitian. Setelah masalah penelitian dirumuskan maka langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Sugiyono, 2005 : 55)
1. Peran Kantor Administrator Bandar Udara 1.1 Defenisi Peran
Peran merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya maka ia telah menjalankan peranannya. Peranan adalah tingkah laku yang diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan atau status. Antara kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peranan tanpa kedudukan dan sebaliknya kedudukan tidak berfungsi tanpa peran. (Soekanto, 2001: 212)
Peranan merupakan sebuah landasan persepsi yang digunakan setiap orang yang berinteraksi dalam suatu kelompok/organisasi untuk melakukan suatu kegiatan mengenai tugas dan kewajibannya. Dalam kenyataannya, mungkin jelas
dan mungkin juga tidak begitu jelas. Tingkat kejelasan ini akan menentukan pula tingkat kejelasan peranan seseorang. (Sedarmayanti, 2004:3)
1.2 Defenisi Kantor Administrator Bandar Udara
Departemen Perhubungan (dephub) merupakan Kementrian Perhubungan, yakni kementrian dalam pemerintahan Indonesia yang membidangi urusan transportasi. Dephub dipimpim oleh seorang menteri perhubungan (Menhub). Departemen perhubungan terdiri dari 4 direktorat jendral:
1. direktorat jendral perhubungan darat 2. direktorat jendral perhubungan laut 3. direktorat jendral perhubungan udara 4. direktorat jendral perkeretaapian
Dalam rangka menigkatkan daya guna dan hasi guna fungsi pemerintahan serta pelayanan kepada masyarakat pada beberapa bandar udara yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Kebandarudaraan, maka dibentuklah Kantor Administrator Bandar Udara. Menurut Keputusan Menteri Perhubungan no 79 tahun 2004 pasal 1 ayat 1, Kantor Administrator Bandar Udara adalah unit pelaksana teknis dilingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan yang berada dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara. Kantor Administrator Bandar Udara dipimpin oleh seorang Kepala (pasal 1 ayat 2). Kantor Administrator Bandar Udara diklasifikasikan dalam 2 (dua) kelas, terdiri dari:
(id.wikipedia.org)
a. Kantor Administrator Bandar Udara Kelas Utama, sebanyak 1 lokasi yaitu Kantor Administrator Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta (Jakarta) dan
b. Kantor Administrator Bandar Udara Kelas 1, sebanyak 4 lokasi yaitu Kantor Administrator Bandar Udara Polonia (Medan), Kantor Administrator Bandar Udara Juanda (Surabaya), Kantor Administrator Bandar Udara Ngurah Rai (Denpasar), dan Kantor Administrator Bandar Udara Hasanuddin (Makassar).
1.3 Tugas, Fungsi dan Wewenang
Dalam pasal 2 Keputusan Menteri Perhubungan No KM.79 tahun 2004, Kantor Administrator Bandar Udara Mempunyai tugas penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian di bidang keamanan, keselamatan dan kelancaran penerbangan (K3P) serta keamanan dan ketertiban di bandar udara (K2B) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, Kantor Administrator Bandar Udara menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana strategis dan rencana kerja tahunan Kantor Administrator Bandar Udara.
b. Penyusunan rencana dan program kerja pengawasan dan pengendalian keamanan dan keselamatan serta kelancaran penerbangan.
c. Penyusunan rencana dan program kerja pengawasan dan pengendalian keamanan dan ketertiban di bandar udara.
d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian keamanan dan keselamatan serta kelancaran penerbangan
e. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian keamanan dan ketertiban di bandar udara.
f. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi kegiatan fungsi pemerintahan dan pelayanan jasa bandar udara dan jasa penerbangan untuk kelancaran operasional di bandar udara.
g. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan termasuk laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Kantor Administrator Bandar Udara.
h. Pelaksanaan administrasi dan kerumahtanggaan, serta pelayanan informasi kepada masyarakat.
Dalam melaksanakan Fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, Kantor Administrator Bandar Udara mempunyai kewenangan:
a. Menentukan penutupan atau perpanjangan jam operasi bandar udara dan penggunaan atau penutupan sebagian fasilitas pokok sisi udara untuk dioperasikan dalam keadaan tertentu.
b. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap setiap personil (bersertifikat), meliputi:
1. Petugas pemandu lalu lintas udara 2. Petugas bantu operasi penerbangan
3. Petugas penerangan/informasi aeronautika 4. Petugas teknisi fasilitas elektronika dan listrik
5. Petugas pengatur pergerakan pesawat udara di apron (apron movement control/ AMC)
6. Petugas pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran (PKP-PK)
8. Petugas pengamanan bandar udara
9. Petugas pengamanan operator penerbangan 10.Petugas pasasi
c. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap fasilitas dan peralatan bandar udara.
d. Mengawasi pergerakan orang dan kendaraan di daerah terbatas (non public area/NPA dan restricted public area/RPA) di bandar udara, yang meliputi: 5. Pemberian izin masuk kepada orang atau kendaraan (PAS) yang
akan melakukan kegiatan di daerah terbatas NPA dan RPA di bandar udara.
6. Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas keamanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara bandar udara dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap penumpang, bagasi dan jinjingan, pos, kargo, personil, petugas, pegawai yang akan melakukan aktivitas di daerah terbatas NPA dan RPA dan tempat-tempat khusus di bandar udara.
7. Pemberian tanda izin mengemudi kendaraan yang beropersi di sisi udara
8. Pengawasan terhadap petugas yang mengoperasikan kendaraan yang beroperasi di sisi udara.
9. Pengawasan terhadap kendaraan yang beroperasi di sisi udara.
10.Pemberian izin khusus (dalam keadaan tertentu) terhadap kendaraan yang bukan kendaraan khusus sisi udara ke sisi udara.
11.Pengawasan terhadap kendaraan yang diberi izin khusus akan ke dan dari sisi udara.
e. Sebagai penanggung jawab terhadap pengamanan pesawat udara yang mengalami kecelakaan (accident) dan kejadian (incident) untuk diambil tindakan lebih lanjut sesuai ketentuan yang berlaku meliputi:
1. Melaporkan kecelakaan (accident) dan (incident) kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara, untuk ditindaklanjuti.
2. Mencegah terjadinya tindakan yang dapat mengubah letak pesawat udara, merusak dan/atau mengambil barang-barang dari pesawat udara yang mengalami kecelakaan (accident).
3. Mengambil tindakan awal terhadap kecelakaan (accident) dan kejadian (incident) pesawat udara.
f. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan sistem pengamanan dan pelayanan bandar udara yang meliputi pengamanan personil, pengamanan fisik materil, pengamanan informasi dan pengamanan kegiatan, serta melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan unsur-unsur pengamanan yang bertugas di bandar udara dalam kondisi normal (situasi hijau).
g. Sebagai koordinator, pemegang komando dan pengendali keamanan dan ketertiban dalam menghadapi ancaman (situasi kuning), dan meningkatkan pelaksanaan sistem pengamanan bandar udara, serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan, dan segera memberitahukan kepada aparat POLRI setempat.
h. Pengawasan pelaksanaan keamanan dan ketertiban di daerah lingkungan kerja bandar udara dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
i. Mengkoordinasikan penyusunan dan melaksanakan program pengamanan bandar udara bersama-sama dengan pelaksanaan kegiatan di bandar udara. j. Sebagai penanggung jawab atas terlaksananya program pengamanan
bandar udara.
k. Mengamankan sementara terhadap pelaku tindak pidana di daerah lingkungan kerja bandar udara, guna proses lebih lanjut oleh instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang keamanan dan ketertiban masyarakat.
l. Mengawasi pelaksanaan ketentuan Rencana Induk Bandar Udara di wilayah kewenangannya.
m. Mengawasi pelaksanaan ketentuan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di sekitar bandar udara di wilayah kewenangannya.
n. Mengawasi pelaksanaan ketentuan Kawasan Kebisingan di sekitar bandar udara di wilayah kewenangannya.
o. Mengawasi pelaksanaan ketentuan Daerah Lingkungan Kerja bandar udara di wilayah kewenangannya.
p. Mengawasi pelaksanaan ketentuan Dampak Lingkungan di wilayah kewenangannya.
q. Memberikan rekomendasi pembangunan di dalam Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan.
r. Mengawasi izin terbang (flight approval) terhadap kegiatan angkutan udara.
s. Mengawasi pelaksanan rute penerbangan oleh perusahaan angkutan udara nasional.
t. Mengawasi penggunaan hak angkut (traffic rights) oleh perusahaan angkutan udara asing.
u. Mengawasi pelayanan jasa bandar udara dan jasa angkutan udara, sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
v. Melaksanakan pemeriksaan dokumen dan kelengkapan untuk pesawat udara yang beregistrasi Indonesia, meliputi:
1. Dokumen sertifikasi pendaftaran, 2. Dokumen sertifikasi kelaikan udara. 3. Dokumen izin radio (radio permit) 4. Dokumen asuransi pihak ketiga.
5. Dokumen sertifikat kecakapan pilot dan personil kabin. 6. Daftar pemerikasaan ruang kemudi (cockpit checklist)
7. Kapasitas (load sheet) termasuk daftar penumpang (manifest) 8. Catatan perawatan pesawat udara (aircraft maintenance log) 9. Buku pedoman penerbangan pesawat udara (aircraft flight manual) 10.Rencana terbang (flight plan)
Kantor Administrator Bandar Udara Kelas 1 terdiri dari: a. Bagian Tata Usaha
b. Bidang Keamanan, Keselamatan dan Kelancaran Penerbangan c. Bidang Keamanan dan Ketertiban Bandar Udara
d. Kelompok Jabatan Fungsional
2. Pengawasan Keselamatan Penerbangan 2.1 Defenisi Pengawasan
Menurut Henry Fayol dalam buku Harahap (2001:10), pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut. Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari.
Menurut M. Manulang (2002 : 173), pengawasan adalah suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.
Selanjutnya Herujito (2001 : 242), pengawasan ialah mengamati dan mengalokasikan dengan tepat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Kadarman dan Udayana (2001 : 159), pengawasan adalah suatu upaya yang sistematis untuk menetapkan kinerja standar pada rencana untuk merancang sistem umpan balik informasi untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan dan mengukur signifkasi penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumber daya yang telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan organisasi. Pengawasan sangat penting dalam suatu organisasi dan tidak dapat diabaikan, karena pengawasan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk menjamin pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana kerja yang telah ditentukan sebelumnya.
Adapun tujuan pengawasan menurut Manila (1996 : 33) adalah:
1. Menjamin kecepatan pelaksanaan agar sesuai dengan rencana, kebijaksanaan dan perintah
2. Menertibkan koordinasi kegiatan-kegiatan
3. Mencegah penyelewengan-penyelewengan dan penyalahgunaan serta pemborosan
4. Memupuk kepercayaan masyarakat Sasaran dan Sarana Pengawasan
A. Sasaran Pengawasan
Pengawasan dimaksudkan untuk mencegah ataupun untuk memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian dan penyelesaian lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan. Bedasarkan ilustrasi tersebut maka sasaran pengawasan tersebut menurut Handayadiningrat (1991 : 144) dapat dirinci sebagai berikut:
a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pimpinan yang diserahi tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaan.
b. Mendidik para pegawai agar mereka melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan
c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kalainan dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.
d. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan-hambatan dan pemborosan.
e. Melalui pengawasan tugas-tugas yang telah ditentukan sungguh-sungguh dilaksanakan sesuai pola-pola yang telah digariskan dalam rencana.
B. Sarana Pengawasan
Betapapun setiap pengawas bertekad untuk melaksanakan pengawasan secara berdayaguna, namun tanpa diperhatikan sarana pengawasan dapat menyebabkan pengawasan terkendala. Sarana merupakan pedoman yang harus diperhatikan oleh pimpinan organisasi di dalam menggerakkan aktivitas organisasi.
Dengan adanya sarana pengawasan diharapkan penyimpangan, pemborosan dan penyelewengan dalam organisasi dapat dihindarkan. Sarana pengawas telah menjadikan tugas, fungsi dan tanggung jawab personil jelas dan terarah sehingga tumpang tindih dalam pekerjaan dapat dihindarkan.
Adapun sarana pengawasan itu yakni, adanya struktur organisasi yang jelas, pelaksanaan yang bijak, perencanaan kerja yang telah tersusun, prosedur kerja, pencatatan dan hasil kerja, serta pembinaan personil. Disamping sarana pengawasan terdapat juga unsur pengawasan, yang mana unsur-unsur tersebut harus dilalui oleh setiap pengawasan didalam melakukan pengawasan.
2.2 Defenisi Keselamatan Penerbangan
Dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.1 Tahun 2009, penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.
Penerbangan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang mempunyai karakteristik mampu bergerak dalam waktu cepat, menggunakan teknologi tinggi, padat modal, manajemen yang andal, serta memerlukan jaminan keselamatan dan keamanan yang optimal, perlu dikembangkan potensi dan peranannya yang efektif dan efisien, serta membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis.
Keselamatan penerbangan adalah, hal-hal yang berhubungan dengan keamanan dan keselamatan penerbangan, investigasi, kecelakaan penerbangan, dan pencegahan terjadinya kecelakaan penerbagan melalui pembuatan peraturan pendidikan dan pelatihan. Pada penerbangan baik militer maupun sipil, keselamatan penebagan dilakukan oleh pemerintah.
Dalam Pasal 1 ayat 48 Undang-Undang Penerbangan No.1 tahun 2009, keselamatan penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara,
id.wikipedia.org
Pada pasal 1 ayat 3 Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 2001, keselamatan penerbangan adalah keadaan yang terwujud dari penyelenggaraan penerbangan yang lancar sesuai dengan prosedur operasi dan persyaratan kelaikan teknis terhadap sarana dan prasarana penerbangan beserta penunjangnya.
angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.
2.3 Pengawasan Keselamatan Penerbangan
Pada ayat 2 Pasal 312 UU No.1 Tahun 2009, pengawasan keselamatan penerbangan merupakan kegiatan pengawasan berkelanjutan untuk melihat pemenuhan peraturan keselamatan penerbangan yang dilaksanakan oleh penyedia jasa penerbangan dan pemangku kepentingan lainnya yang meliputi, audit, inspeksi, pengamatan (surveillance) dan pemantauan (monitoring).
1. Audit, adalah pemeriksaan yang terjadwal, sistematis, dan mendalam, terhadap prosedur, fasilitas, personil, dan dokumentasi organisasi penyedia jasa penerbangan untuk melihat tingkat kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melaksanakan audit yang mengkombinasikan pendekatan produk dan sistem yang terdiri dari:
a. Audit terjadwal, yaitu audit berdasarkan siklus kalender.
b. Audit tidak terjadwal, yaitu audit berdasarkan kejadian, dilaksanakan pada saat inspektur berada di lokasi atau program audit yang harus dijalankan.
c. Audit berbasis resiko, yaitu audit berdasarkan profil risiko penyedia jasa penerbangan yang mengindikasikan penyedia jasa penerbangan mengelola resikonya dengan baik. Pemerintah dapat melakukan audit berbasis resiko sewaktu-waktu atau tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu. Audit berbasis resiko dapat menjadi audit lanjutan dari audit terjadwal apabila pada penyedia jasa penerbangan ditemukan adanya kelemahan pada aspek keselamatan penerbangan.
Ketiga audit di atas dilakukan secara terbuka atau rahasia dan dilaporkan kepada Direktur Jenderal.
2. Inspeksi, adalah pemeriksaan sederhana terhadap pemenuhan standar suatu produk akhir objek tertentu petunjuk pelaksanaan inspeksi diatur lebih lanjut oleh keputusan Direktur Jenderal.
3. Pengamatan (surveillance), adalah kegiatan penelusuran yang mendalam atas bagian tertentu dari prosedur, fasilitas, personel dan dokumentasi organisasi penyedia jasa penerbangan untuk melihat tingkat kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Aktivitas utama untuk memastikan keselamatan penerbangan nasional yang berkesinambungan pada penyedia jasa penerbangan, berupa:
a. Produk (pegecekkan pekerjaan perorangan, aktivitas, atau proses), atau
b. Sistem (pengecekkan proses menyeluruh pada perusahan dan sistem)
4. Pemantauan (monitoring), adalah kegiatan evaluasi terhadap data, laporan, dan informasi untuk mengetahui kecenderungan kinerja keselamatan penerbangan. Petunjuk pelaksanaan pemantauan diatur lebih lanjut oleh keputusan Direktur Jenderal. (Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.8 Tahun 2010)