Variabel bebas (independen) pada penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperatif, yaitu model kooperatif tipe talking chips dan tipemake a match.
Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar IPS
Terpadu siswa. Variabel moderator pada penelitian ini adalah minat belajar
1. Perbedaan Aktivitas Belajar IPS Terpadu Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips dan Tipe Make A Match
Saat berlangsunya pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keter-
libatan siswa dalam pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif
atau pasif. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama
mengikuti pembelajaran. Aktifnya siswa dalam kegiatan pembelajaran
diharapkan hasil pembelajaran dan retensi siswa dapat meningkat dan
kegiatan pembelajaran lebih bermakna.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar
pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan
saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Model
pembelajaran kooperatif mempunyai tipe, diantaranya adalah tipetalking
chips dan tipe make a match. Kedua model pembelajaran ini memiliki
aturan-aturan dan langkah-langkah yang berbeda namun tetap masih
dalam prinsip dasar pembelajaran kooperatif yang sama yaitu
membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya.
Model make a match, siswa harus dapat mengetahui pasangan atau
jawaban/ pertanyaan yang memang pasangan kartu yang mereka pegang,
sehingga siswa dituntut untuk berfikir cepat dan mengetaui apa yang
memang menjadi jawaban/ pertanyaan dari kartu yang ia pegang, namun
kartu yang mereka pegang siswa kurang dapat mengemukakan pendapat
atau ide yang mereka miliki dalam materi pelajaran tersebut.
Model talking chips, jenis model struktural yang mengembangkan
hubungan timbal balik antar anggota kelompok dengan didasari adanya
kepentingan yang sama. Setiap anggota mendapatkanchipsyang berbeda
yang harus digunakan setiap kali mereka ingin berbicara mengenai:
menyatakan keraguan, menjawab pertanyaan, bertanya, mengungkapkan
ide, mengklarifikasi pertanyaan, mengklarifikasi ide, merangkum,
mendorong partisipasi anggota lainnya, memberikan penghargaan untuk
ide yang dikemukakan anggota lainnya dengan mengatakan hal yang
positif. Model pembelajaran tipe talking chips mendorong siswa yang
pasif untuk menjadi aktif, sedangkan bagi siswa yang memang aktif
dapat memberi kesempatan kepada siswa lain yang tergolong masih
kurang percaya diri untuk mengeluarkan pendapat dan masih takut untuk
berbicara di depan guru dalam mengatakan hal yang positif, karena
dalam model ini setiap siswa hanya memiliki beberapa kali kesempatan
untuk mengeluarkan pendapat atau berbicara sesuai dengan chips yang
mereka miliki, tujuannya adalah agar aktivitas di dalam kelas tidak hanya
didominasi oleh siswa yang sudah memiliki keberanian dalam berbicara
dan percaya diri sejak awal. Perbedaan tersebut dapat diduga akan
berakibat adanya perbedaan aktivitas belajar IPS Terpadu siswa antara
siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipetalking
2. Nilai Rata-Rata Aktivitas Belajar IPS Terpadu Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips Lebih Tinggi Dibandingkan TipeMake a MatchPada Siswa dengan Minat Belajar Tinggi
Pembelajaran kooperatif tipe talking chips memungkinkan siswa
berlomba-lomba untuk mempersiapkan diri secara maksimal, karena saat
pembelajaran berlangsung siswa harus menggunakanchipyang berfungsi
sebagai tiket yang memberikan izin pemegangnya untuk berbagi
informasi atau berkontribusi pada diskusi. Para siswa diberi waktu untuk
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sebelumnya, lalu siswa
harus menerangkan hasil diskusi mereka, namun kesempatan mereka
berbicara dibatasi dengan jumlah chips yang mereka miliki, tujuannya
agar adanya keseimbangan antara siswa yang aktif dan siswa yang pasif
yang sama-sama ikut berpartisipasi saat pembelajaran berlangsung.
Setiap siswa bisa saling memberi kesempatan kepada siswa lain untuk
ikut berpartisipasi dan mengeluarkan pendapat mereka, sehingga adanya
hubungan timbal balik antar anggota kelompok dengan didasari adanya
kepentingan yang sama. Pembelajaran di dalam kelas yang awalnya
hanya didominasi oleh siswa yang aktif berubah menjadi kelas yang
memiliki pemerataan kesempatan berbicara yang masing-masing anggota
kelompok berkesempatan memberikan kontribusi mereka dan
mendengarkan pandangan anggota yang lain. Menurut Huda (2011: 142),
model pembelajaran kooperatif tipe talking chips adalah salah satu tipe
model pembelajaran kooperatif yang masing-masing anggota
kontribusi mereka. Hal ini mendukung proses pembelajaran yang aktif,
sehingga siswa mampu memahami materi pembelajaran melalui interaksi
mereka dan siswa belajar bertanggung jawab baik untuk dirinya sendiri
maupun untuk kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif tipe make a match, siswa dimulai dari teknik
yaitu siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/
soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya
diberi poin. Model pembelajaran ini membantu siswa memahami materi
melalui permainan mencari kartu jawaban dan pertanyaan, sehingga
dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan. Namun
kemandirian yang timbul pada siswa rendah karena pada proses
pembelajaran siswa yang memiliki minat belajar rendah akan
mengandalkan teman satu kelompoknya untuk mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru bidang studi.
Jika dilihat dari aktivitas belajarnya, siswa yang menggunakan model
pembelajaran talking chips tanggung jawabnya lebih tinggi, siswa
dituntut harus mampu dan berani berbicara depan teman-temannya. Saat
mereka dituntut harus dapat berbicara dan menjelaskan materi yang
sedang berlangsung di depan banyak orang, tentu bukanlah hal yang
mudah, sehingga bagi siswa yang memiliki minat belajar tinggi di dalam
kondisi yang menuntut mereka untuk aktif, baik itu berbicara maupun
berinteraksi lebih siap mengikuti pembelajaran dan bisa lebih cepat
Siswa yang memiliki minat belajar tinggi pada model pembelajaran
talking chips akan lebih aktif dalam diskusi, semakin memahami materi
dan semakin baik pengetahuannya karena ia memiliki ketertarikan yang
tinggi terhadap materi diskusi yang diberikan oleh guru dan akan lebih
siap saat berlangsungnya pembelajaran. Dugaan awal berdasarkan uraian
di atas bahwa pembelajaran yang menggunakan model talking chips
aktivitasnya lebih tinggi dibandingkan siswa yang menggunakan model
pembelajaran make a match pada siswa yang memiliki minat belajar
tinggi.
3. Nilai Rata-Rata Aktivitas Belajar IPS Terpadu Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Lebih Tinggi Dibandingkan TipeTalking Chipspada Siswa dengan Minat Belajar Rendah
Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan merupakan
salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa yang memiliki
minat belajar rendah. Langkah-langkah model pembelajaran make a
match pada penelitian ini disesuaikan dengan keadaan kelas agar lebih
kooperatif dan efektif. Guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar
yang beranggotakan 4-5 siswa. Setiap siswa mendapatakan sepasang
kartu yang terdiri dari jawaban dan soal. Satu kelompok bekerjasama
mencari jawaban atau pertanyaan yang ada di kartunya. Model
pembelajaran make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam
menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di
tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian
siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-
masing dan saat mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka, siswa
akan saling membantu agar dalam kelompok belajar tersebut dapat saling
melengkapi dan saling membantu.
Siswa yang memiliki minat belajar rendah pada model pembelajaran
talking chips terlihat kurang antusias dan kurang interaktif, karena bagi
mereka hal ini cukup menyulitkankan, tidak setiap siswa mampu
mengikuti proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran ini,
karena dalam model pembelajaran talking chips siswa dituntut untuk
mampu dan berani menjelaskan hasil diskusi kelompoknya. Selain itu,
penjelasan yang dikemukakan oleh setiap siswa harus dapat
dipertanggung jawabkan karena itu dapat mempengaruhi penilaian
individu dan penilaian kelompok. Seperti yang dikatan oleh Slameto
(2013: 180) “Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”. Hal ini dapat
menjelaskan bahwan seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap
suatu pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada
siswa lainnya dan begitu juga sebaliknya jika mereka tidak berminat
tentu akan sulit bagi mereka menerima dan memahami materi yang
mereka terima.
Jadi, model pembelajaranmake a matchbagi siswa yang memiliki minat
belajar rendah merupakan hal yang menyenangkan namun tetap
memahami materi yang mereka terima. Siswa dapat belajar dengan aktif
dalam kondisi yang menyenangkan. Kondisi yang menyenangkan
biasanya dapat meningkatkan antusiasme siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran. Dugaan awal berdasarkan penjelasan tersebut, siswa yang
memiliki minat belajar rendah akan lebih efektif, mudah memahami
materi dan lebih terpacu untuk lebih baik dan aktif pada model
pembelajaranmake a match.
4. Terdapat Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu
Jika pada model pembelajaran kooperatif tipe talking chips, siswa yang
memiliki minat belajar rendah terhadap mata pelajaran IPS Terpadu lebih
interaktif daripada siswa yang memiliki minat belajar tinggi terhadap
pelajaran IPS Terpadu dan jika pada model pembelajaran kooperatif tipe
make a match, siswa yang memiliki minat belajar tinggi terhadap mata
pelajaran IPS Terpadu lebih interaktif dari pada siswa yang memiliki
minat belajar rendah terhadap pelajaran IPS Terpadu, maka terjadi
interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar
siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
Keterkaitan antara interaksi pada model pembelajaran dengan minat
belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu dapat dirumuskan dalam
Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian