ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN KERANGKA REGULASI
3.5. Kerangka Regulasi
Secara umum regulasi yang mengatur BPS dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu regulasi yang mengatur tentang penyelenggaraan statistik dan regulasi mengenai struktur organisasi BPS. Regulasi yang mengatur tentang penyelenggaraan statistik dan menjadi payung hukum bagi BPS dalam melaksanakan kegiatan statistik adalah UU No 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik. Adapun regulasi mengenai struktur organisasi BPS utamanya adalah untuk mendukung penyelenggaraan statistik sebagai amanat UU.
BPS memiliki peran sentral untuk menghasilkan data statistik berkualitas yang digunakan sebagai acuan untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan nasional. Penyajian data statistik yang dapat dipercaya sangat bergantung pada kualitas data hasil survei maupun sensus. Pada proses penyelenggaraan statistik seringkali ditemui sejumlah kendala dalam upaya pengumpulan data karena regulasi yang kurang kuat.
Sebagai suatu Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), BPS harus mematuhi sejumlah regulasi yang berlaku. Regulasi yang mengatur BPS dapat dibagi ke dalam dua kelompok:
(1) Regulasi mengenai struktur organisasi BPS
a. Keputusan Presiden No. 103 tahun 2001 (yang diamandemen dengan Peraturan Presiden No. 64 tahun 2005) tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Sebagai suatu LPNK, maka BPS dipimpin oleh seorang Kepala yang dibantu oleh Sekretaris Utama, para Deputi dan Inspektorat Utama.
Perubahan Rencana Strategis Badan Pusat Statistik Kota Gorontalo
Tahun 2015-2019 38
b. Peraturan Presiden No. 86 tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik
c. Peraturan Kepala BPS No. 7 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPS
d. Peraturan Kepala BPS No. 121 tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BPS di Daerah
e. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik No. 3 tahun 2002 tentang Uraian
Tugas Bagian, Bidang, Subbagian, dan Seksi Perwakilan BPSdi Daerah
f. Peraturan Kepala BPS No. 101 tahun 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
g. Peraturan Kepala BPS No. 2 tahun 2002 tentang Tata Kerja Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
h. Surat Keputusan Menteri PAN dan RB No. B/417/M.Pan/02/2008 tentang Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja BPS
i. Surat Keputusan Menteri PAN dan RB No. B/174.1/M.Pan/07/2001 tentang Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Regional BPS
j. Peraturan Kepala BPS No.116 tahun 2014 perubahan atas Perka BPS No.7 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Laksana k. Surat Menteri PAN dan RB No. B/2001/M.pan/05/2014 tentang
Persetujuan Perubahan Organisasi dan Tata Laksana BPS
(2) Regulasi mengenai bagaimana BPS menyelenggarakan kegiatan statistik.
Perubahan Rencana Strategis Badan Pusat Statistik Kota Gorontalo
Tahun 2015-2019 39
Berikut adalah regulasi yang menjadi payung hukum bagi BPS dan instansi pemerintah lainnya di dalam menyelenggarakan kegiatan statistik.
a. UU No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik Intisari dari regulasi:
• Berisikan klasifikasi jenis statistik berdasarkan tujuan pemanfaatannya, yakni statistik dasar, statistik sektoral dan statistik khusus,
• Mengatur entitas yang dapat melakukan penyelenggaraan statistik dasar, sektoral dan khusus. b. PP No. 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik
Intisari dari regulasi:
• Berisikan penjelasan teknis tentang penyelenggaraan stastistik dasar, sektoral, dan khusus,
• Mengatur bentuk koordinasi dan kerjasama penyelenggaraan s tatistik antara BPS, instansi pemerintah, dan masyarakat,
• Peran BPS di dalam melakukan pembinaan statistik, • Sumber pembiayaan penyelenggaraan statistik dasar. c. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 9 Tahun
2009 tentang Penyelenggaraan Statistik Sektoral oleh Pemerintah Daerah
Intisari dari regulasi:
• Mengatur tentang teknis penyelenggaraan statistik sektoral yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
• Peran BPS dan Pemerintah Daerah di dalam penyelenggaraan statistik sektoral
Perubahan Rencana Strategis Badan Pusat Statistik Kota Gorontalo
Tahun 2015-2019 40
Terkait dengan UU No. 16 tahun 1997, terdapat muatan dari undang-undang ini yang perlu mendapatkan perhatian untuk perbaikan. Urgensi dari perlunya dilakukan perbaikan itu adalah sebagai berikut:
1. Pasal 30 UU No. 16 tahun 1997
Pasal ini menyatakan bahwa seluruh aktivitas survei statistik sektoral di Indonesia perlu mendapatkan persetujuan dan dikoordinasikan oleh BPS. Pengkoordinasian ini dimaksudkan untuk mencegah duplikasi kegiatan survei yang sama, yang berujung kepada pemborosan penggunaan anggaran serta sumber daya. Pasal 30 UU No. 16 tahun 1997 telah mengatur mengenai masalah koordinasi ini. Namun demikian, belum ada ketentuan yang secara eksplisit mengatur tindakan yang dapat dilakukan oleh BPS sekiranya ada kegiatan statistik sektoral yang dilakukan oleh instansi pemerintah tidak mengikuti kaidah yang telah digariskan oleh BPS.
2. Pasal 27 UU No. 16 Tahun 1997
Partisipasi responden yang relatif masih rendah dalam aktivitas sensus dan survei, mengakibatkan penyelesaian kegiatan tersebut tertunda,yang pada gilirannya mengakibatkan rendahnya tingkat akurasi dari statistik yang dihasilkan.
Pasal 27 UU No. 16 tahun 1997 sesungguhnya telah mengatur tentang kewajiban responden untuk memberikan keterangan yang diperlukan dalam penyelenggaraan statistik dasar oleh BPS. Selanjutnya pasal 38 mengatur denda bagi responden yang tidak mematuhi ketentuan pada pasal 27. Namun dalam pelaksanaan di lapangan, ketentuan dari pasal ini tidak sepenuhnya dapat diterapkan. Kurangnya sosialisasi undang-undang ini merupakan salah satu penyebab pemahaman responden yang rendah
Perubahan Rencana Strategis Badan Pusat Statistik Kota Gorontalo
Tahun 2015-2019 41
tentang aspek hukum dari kegiatan sensus. Di sisi lain, belum ada ketentuan yang secara eksplisit menjabarkan apa tindakan hukum yang dapat dilakukan BPS saat berhadapan dengan keengganan responden. Dengan demikian, diperlukan petunjuk teknis untuk menjabarkan penerapan pasal tersebut.
Di samping itu, terdapat sejumlah tantangan yang harus disikapi dengan tepat terkait dengan hubungan kelembagaan dengan instansi lain, yakni: Dampak Otonomi Daerah dan Desentralisasi; Keppres No. 86 tahun 2007 menjelaskan tentang peran BPS, namun peran dari stakeholder lainnya, seperti kementerian dan pemerintah daerah, belum tertuang secara eksplisit.
Dari uraian di atas, penyempurnaan atas regulasi yang menjadi landasan dasar BPS untuk melaksanakan kegiatan statistik harus tertuang dalam Renstra 2015-2019. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh BPS dalam amandemen UU statistik adalah sebagai berikut:
1. Membentuk tim penataan peraturan perundang-undangan,
2. Menyusun rencana kerja dan anggaran terkait penataan peraturan perundang- undangan,
3. Menyusun naskah akademis amandemen UU Statistik 4. Melakukan uji publik terhadap naskah akademis 5. Penyempurnaan terhadap naskah akademis
6. Perumusan rancangan undang-undang statistik yang baru 7. Melakukan uji publik terhadap RUU Statistik
8. Penyempurnaan terhadap RUU Statistik
Perubahan Rencana Strategis Badan Pusat Statistik Kota Gorontalo
Tahun 2015-2019 42