• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam konteks sosial masyarakat Jawa, wanita itu dikenal sebagai konco wingking berarti peran wanita dalam sosial masyarakat terutama dalam budaya memiliki peran kedua setelah laki-laki. Contohnya pandangan yang selama ini diawetkan bahwa setinggi-tingginya perempuan sekolah, akhirnya

akan ke dapur juga seperti memasak, mengasuh anak, dan mengatur rumah tangga serta melayani suami di kasur.14

Sex adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, jenis lelaki adalah manusia yang memiliki penis, memiliki jekala (kalamenjing), memproduksi sperma dan sebagainnya. Sedangkan perempuan adalah manusia yang memiliki alat reproduksi telur, vagina, alat menyusui dan sebagainnya. Alat-alat tersebut secara biologis melekat baik pada perempuan maupun laki-laki. Fungsinya tidak bisa dipertukarkan dan secara permanen tidak berubah serta merupakan ketentuan biologis atau ketentuan Tuhan (kodrat).15

Secara umum konsep gender prinsipnya mengacu pada peran dan tanggung jawab sebagai perempuan dan sebagai laki-laki yang diciptakan dan terinternalisasi dalam kebiasaan dan kehidupan keluarga, dalam budaya-masyarakat dimana kita hidup; termasuk harapan-harapan yang diinginkan bagaimana harusnya menjadi perempuan dan bagaimana menjadi seorang laki-laki, baik harapan atas sifat-sifatnya, sikap maupun perilakunya.16

Pengaruh Fungsionalisme dalam Feminisme dapat kita temui dalam pemikiran Feminisme Liberal. Aliran ini muncul sebagai kritik terhadap teori politik liberal yang pada umumnya menjunjung tinggi nilai otonomi,

14

Faisal Ananda Arfa, Wanita dalam Konsep Islam Modernis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004), hlm.11.

15

Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996 ), hlm. 7-8.

16

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Parameter

Kesetaraan Gender Dalam Pembentukan Peraturan Perundang Undangan, (Jakarta : Cetakan

persamaan dan nilai moral serta kebebasan individu, namun pada saat yang sama dianggap mendiskriminasi kaum perempuan. Mereka, dalam mndefinisikan masalah kaum perempuan, tidak melihat struktur dan sistem sebagai pokok persoalan. Asumsi dasar feminisme liberal berakar pada pandangan bahwa kebebasan (freedom) dan kesamaan (equality) berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Kerangka kerja feminis liberal dalam memperjuangkan persoalan masyarakat tertuju pada „kesempatan yang sama dan hak yang sama‟ bagi setiap individu, termasuk di dalamnya kesempatan dan hak kaum perempuan. Kesempatan dan hak yang sama antara laki laki dan perempuan ini penting bagi mereka dan karenanya tidak perlu pembedaan kesempatan antara laki laki dan perempuan. Asumsi-nya karena perempuan adalah makhluk rasional juga.oleh karena itu ketika menyoal mengapa kaum perempuan dalam keadaan terbelakang atau tertinggal, feminisme liberal beranggapan bahwa hal itu disebabkan oleh kesalahan “mereka sendiri”. Dengan kata lain, jika sistem sudah memberikan kesempatan yang sama kepada laki laki dan perempuan maka, jika kaum perempuan tidak mampu bersaing dan kalah, yang perlu disalahkan adalah kaum perempuan sendiri.17

Menurut Ensiklopedia Indonesia Persepsi adalah “proses mental yang menghasilkan bayangan pada diri individu sehingga dapat mengenal sesuatu

17

Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996 ), hlm. 81-82.

objek 18dengan jalan asosiasi pada sesuatu ingatan tertentu, baik secara indra pengelihatan, indra perabaan, dan sebagainya sehingga bayangan itu dapat disadari.” Sedangkan M Husain dan M Noor berpendapat bahwa “Persepsi adalah obyek-obyek yang ada di sekitar, yang kita tangkap melalui alat indra dan diproyeksikan kepada bagian tertentu dalam otak sehingga kita dapat mengamati objek tersebut.”19

.

Dalam buku Psikologi Komunikasi Jalaludin Rahmat menyatakan bahwa “Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.”20

Sedangkan Toha Nursalam berpendapat “Persepsi adalah proses kognitif yang dialami setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat pengelihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman”.21

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah pandangan atau penilaian kepada sesuatu melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, perasa kemudian diekspresikan melalui ucapan maupun tingkah laku.

18

“Persepsi” dalam Hasan Sadili, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1984), hlm. 2684.

19

“Persepsi” dalam dalam Himpunan Istilah Psikologi, (Jakarta: Mutiara 1981) hlm. 16.

20

Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990) hlm. 51

21

Menurut Toha Nursalam persepsi dibedakan menjadi dua yaitu persepsi mengenai benda dan persepsi sosial.22 Dalam persepsi benda, objek stimulusnya merupakan suatu hal atau benda yang nyata dapat kita raba, dirasakan dan dapat diindra secara langsung. Sedangkan persepsi sosial terjadi karena kontak secara tidak langsung, seperti melalui cerita atau apa yang kita dengar dari orang lain, dari surat kabar radio dan lain-lain. Pada persepsi sosial stimulusnya mungkin tidak bisa kita raba, rasakan dan hanya dapat ditangkap melalui penginderaan terhadap sejumlah petunjuk, misalnya emosi, motif sikap dan lainnya. Lain halnya pada benda yang mempunyai dimensi lebih jelas seperti bentuk, warna dan ukuran semuanya lebih mudah dikenali.

Macam-macam persepsi sosial dimaksudkan untuk mepertajam pemahaman tentang persepsi sosial, dengan menunjukkan pada beberapa objek sosial khusus, seperti :23

a. Persepsi orang, persepsi kita mengenai orang-orang yang ada di sekitar kita dapat membawa pengaruh tertentu terhadap sikap dan perilaku kita dalam berhubungan dengan mereka.

b. Persepsi emosi, yaitu untuk mengenal stimulus apa saja yang dapat menimbulkan persepsi bahwa seseorang sedang mengalami suatu emosi tertentu.

c. Persepsi sifat dan ciri kepribadian, persepsi untuk mengetahui mengenai sifat atau ciri pribadi seseorang.

22

Ibid., hlm. 49.

23

d. Persepsi motif, yaitu untuk menjelaskan sebab-sebab atau landasan dari perilaku tertentu pada diri seseorang, atau menerangkan apa yang menjadi motif dari timbulnya sesuatu tingkah laku tertentu.

e. Persepsi kausalitas, ada dua kategori dalam menentukan persepsi kausalitas, yaitu kausa disposisional (bersumber pada diri perilaku yang terlibat dalam peristiwa tersebut) dan kausal situasional, yaitu bersumber pada keadaan sesaat atau keadaan yang melingkupi terjadinya peristiwa tersebut.

f. Persepsi diri, yaitu persepsi yang menunjukkan pada persepsi pribadi seseorang mengenai ciri-ciri dan kualitas diri sendiri.

Persepsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi adalah :24

a. Setereotip, yaitu pandangan kita tentang ciri-ciri tingkah laku dari sekelompok masyarakat tertentu. Misal kelompok suku, kelompok agama, kelas ekonomi.

b. Persepsi diri, yaitu pandangan kita terhadap diri kita ternyata juga sangat mempengaruhi pembentukan kesan pertama kita. Berbagai penelitian menunjukkan adanya kecenderungan untuk melihat kesamaan yang ada pada diri pribadi dengan orang yang baru kita kenal.

c. Situasi dan kondisi kita bertemu dengan orang di lorong yang gelap penilaian kita terhadap orang tersebut cenderung negatif, apalagi kalau

24

kita sedang ketakutan. Hal ini menunjukkan bahwa kesan pertama sangat ditentukan oleh “setting” kejadiannya.

d. Ciri-ciri yang ada dalam orang itu, misalnya daya tarik fisik orang sangat mempengaruhi kesan pertama. Di samping itu juga ciri-ciri perilaku yang sesuai dengan suatu norma yang dihargai oleh masyarakat umum, misalnya sopan santun, lemah lembut dan lain-lain. Kategorisasi adalah suatu proses kognitif untuk mengklasifikasikan objek-objek dan peristiwa ke dalam kategori-kategori tertentu yang bermakna. Kategorisasi adalah proses pengelompokan entitas-ntitas karena memiliki kesamaan dalam hal-hal tertentu.

Kategorisasi merupakan tahap yang penting, karena dapat diketahui tingkat ketercukupan data untuk masing-masing kelompok. Pada penelitian kuantitatif, ketercukupan data diukur dalam bentuk prosentase sampel terhadap populasi. Pada penelitian kualitatif, ketercukupan diukur dengan ketuntasan dan kedalaman kajian. Apabila data yang tersedia tidak memadai, maka pembahasan saat rekonstruksi akan terjebak pada uraian common sense (akal sehat) yang menjadikan otentisitasnya diragukan. Selain untuk mengetahui ketercukupan data, kategorisasi juga dapat menghindarkan peneliti dari pengulangan pembahasan saat melakukan rekonstruksi. Melalui kategorisasi, peneliti dapat mengetahui materi apa saja yang dibahas untuk

menjawab setiap permasalahan dan sekaligus mengetahui batas-batas pembahasan.25

Kategorisasi persepsi Mahasiswa tentang partisipasi perempuan dalam olahraga di ruang publik dibagi menjadi tiga kategori, yaitu peningkatan partisipasi perempuan dalam olahraga, prestasi yang di capai oleh atlet perempuan, dan diskriminasi terhadap perempuan melalui daya tarik seksualnya dalam olahraga dan segala bentuk aktivitas yang berhubungan dengan olahraga.

Dokumen terkait