• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teoritik

1. Pembelajaran Bahasa Arab di MI a. Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab

Pembelajaran menurut Depdiknas adalah proses interaksi antara peserta didik, pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, baik lingkungan pendidikan formal maupun non formal.4

Sedangkan menurut Dedeng, pembelajaran mengacu pada upaya membelajarkan siswa.5 Jadi dapat difahami bahwa pembelajaran merupakan upaya pendidik dalam interaksi belajar agar siswa dapat mempelajari sesuatu dengan efektif dan efisien. Pengajaran bahasa ibu atau bahasa pertama lebih mudah karena terjadi secara alamiah melalui kegiatan dengan orang tua dan lingkungannya. Berbeda dengan bahasa asing. Pengajarannya cendrung lebih sulit karena bahasa tersebut jarang 4Depdiknas.2008.Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.hlm 31

5Dedeng.I.N.S.1989. Kerangka Perkuliahan dan Bahan Pengajaran. Jakarta: Proyek

digunakan atau bahkan tidak pernah sebelumnya sehingga penguasaan kosakata dan struktur kalimatnya tidak dikenal oleh masyarakat itu. Oleh karena itu pengajaran bahasa asing tersebut bisa terkondisikan dan terbiasa bagi masyarakat yang mempelajarinya, demikian juga dengan bahasa Arab.

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi pada semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang proses yang arahnya melalui berbagai pengalaman. Adapun pembelajaran bahasa Arab sendiri pada substansinya yaitu serangkaian kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara maksimal oleh guru bahasa Arab dalam menciptakan kegiatan belajar materi tertentu yang kondusif untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa Arab.6

Dari beberapa pengertian pembelajaran, maka dapat difahami bahwa pembelajaran bahasa Arab adalah suatu upaya pendidik terhadap peserta didik dalam interaksi belajar bahasa Arab agar siswa dapat mempelajari sesuatu dengan efektif adan efisien.

Ada empat aspek kemahiran berbahasa Arab yang diajarkan dalam proses pembelajaran atau indikator seseorang dikatakan memiliki kemampuan berbahasa Arab yaitu ketika seseorang tersebut memiliki empat keterampilan berbahasa, yaitu:

1. Kemampuan Membaca (Qira’ah)

Membaca merupakan salah satu keterampilan dalam berbahasa. Seseorang dikatakan belum memiliki kemampuan berbahasa Arab dengan 6Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung:Remaja Rosdakarya,2011),Hal 32

baik, jika belum mampu membaca dan memahami naskah dalam bahasa Arab terutama Al-qur’an dan Al-Hadist serta buku-buku berbahasa Arab lainnya. Dalam konteks membaca Bahasa Arab, terdapat beberapa jenis membaca. Diantaranya adalah membaca keras, membaca dalam hati,membaca cepat, membaca rekreatif dan analistis.7

Membaca keras merupakan jenis membaca yang dilakukan dengan suara jelas dan dapat dimengerti oleh orang lain. Membaca dalam hati bertujuan memperoleh pengertian baik pokok maupun rinciannya. Membaca cepat bertujuan untuk menggalakkan peserta didik agar berani membaca lebih cepat dari pada biasanya. Membaca kreatif bertujuan memberikan latihan kepada peserta didik untuk membina minat dan kecintaan membaca. Sedangkan membaca analitis bertujuan untuk melatih peserta didik agar memiliki kemampuan mencari informasi dari bahan atau literatur yang tertulis (berbentuk tulisan).

2. Kemampuan Menulis (Kitabah)

Kemampuan menulis peserta didik dalam bahasa Arab dapat dilihat dalam beberapa hal. diantaranya adalah:1) dapat menulis kata, frasa dan kalimat dengan huruf ejaan, serta tanda baca yang tepat. 2) Mampu mengungkapkan informasi secara tertulis dalam kalimat sederhana sesuai konteks yang mencerminkan kecakapan menggunakan kata, frasa, dengan huruf, tanda baca, dan struktur yang tepat. 3) Mampu mengungkapkan 7A.Fuad Efendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab,(Malang:Misykat,2004),hlm 126.

pendapat dan perasaan secara tertulis yang mencerminkan kecakapan menulis denga tepat.

3. Kemampuan mendengarkan (Istima’)

Kemampuan mendengarkan bahasa Arab dapat dilihat dalam beberapa aspek. Diantarnya adalah: 1) mengidentifikasi bunyi huruf hijaiyah dan ujaran (kata,frasa, atau kalimat) dalam suatu konteks dengan mencocokan dan membedakan secara tepat memperoleh informasi umum atau rinci dari berbagai bentuk wacana lisan sederhana secara tepat.

4. Kemampuan berbicara (Kalam)

Kemampuan berbicara menggunakan bahasa Arab dapat dilihat dalam beberapa bentuk.Diantaranya adalah: 1) mampu menyampaikan informasi secara lisan dengan lafal yang tepat dalam kalimat sederhana. 2) melakukan dialog sederhana dengan lancar dan benar.

b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab

Mata pelajaran bahasa Arab merupakan suatu mata pelajaran yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab baik Reseptif maupun Produktif. Kemampuan Resertif yaitu kemampuan untuk memahami pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Kemampuan Produktif yaitu kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun tulis. Kemampuan berbahasa

Arab serta sikap positif terhadap bahasa Arab tersebut sangat penting dalam membantu memahami sumber ajaran islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits, serta kitab-kitab bahasa Arab yang berkenaan dengan islam bagi peserta didik. Untuk itu bahasa Arab di Madrasah dipersiapkan untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup empat keterampilan berbahasa yang diajarkan secara integral, yaitu menyimak, berbicra, membaca dan menulis. Meskipun begitu, pada tingkat pendidikan dasar (Elementary) dititik beratkan pada kecakapan menyimak dan berbicara sebagai landasan berbahasa. Pada tingkat pendidikan menengah (Intermediate), keempat kecakapan berbahsa diajarkan secara seimbang. Adapun pada tingkat pendidikan lanjut (Advanced) dikonsentrasikan pada kecakapan membaca dan menulis, sehingga peserta didik diharapkan mampu mengakses berbagai referensi bahasa Arab. Mata pelajaran bahasa Arab memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tulis, yang mencakup empat kecakapan berbahasa, yakni menyimak (Istima’), berbicara (Qira’ah), dan menulis (Kitabah). 2) Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai salah

satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran islam.

3) Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.8

c. Ruang Lingkup Bahasa Arab

Ruang lingkup pelajaran bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah meliputi tema-tema tentang perkenalan, peralatan madrasah, pekerjaan, alamat, keluarga, anggota badan, dirumah, dikebun, di madrasah, di laboratorium, di perpustakaan, di kantin, jam, kegiatan sehari-hari, pekerjaan, rumah, dan rekreasi. Tercapainya suatu keberhasilan dalam ketrampilan berbahasa Arab ditandai beberapa kemahiran diantaranya yaitu:9

1) Kemahiran menyimak (istima’) 2) Kemahiran berbicara (kalam) 3) Kemahiran membaca (Qira’ah) 4) Kemahiran menulis (Kitabah)

d. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Arab

Perencanaan pembelajaran bahasa Arab tidak menutupi kemungkinan melibatkan peserta didiknya yang menjadi objek sasaran pembelajaran sehingga mereka tumbuh senang dengan sendirinya dalam belajar bahasa Arab. Dalam perencanaan bahasa Arab secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Tujuan umum pembelajaran bidang studi 2. Tujuan khusus pembelajaran bidang studi

3. Alokasi waktu yang ditetapkan dalam kurikulum 4. Materi pelajaran

9 Tarigan, Henry Guntur 1994, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Penerbit Angkasa).hal 10

5. Pelakasanaan pembelajaran

6. Media yang digunakan dalam pembelajaran. 7. Metode yang digunakan dalam pembelajaran 8. penilaian

e. Implimentasi Pembelajaran Bahasa Arab

Pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar sebagai unsur inti dari aktivitas pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan rambu-rambu yang telah di susun dalam perencanaan sebelumnya. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab diterapkan kedalam tiga langkah pembelajaran yaitu:

1. Pendahuluan

Menumbuhkan motivasi belajar siswa, menarik perhatiaanya dan memberikan rambu-rambu pembelajaran yang akan dilakukan.10 2. Kegiatan Inti

Melakukan pembahasan tema dan subtema melalui berbagai macam kegiatan belajar dengan menggunakan bermacam-macam metode dan media pembelajaran, sehingga siswa mendapatkan pembelajaran yang bermakna. Dalam kegiatan inti ini merupakan kegiatamn pokok dalam proses pembelajaran. Pada waktu pembahasan tema guru berperan sebagai fasilitator.

3. Kegiatan Penutup

Kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran, membuat kesimpulan pembelajaran dan menghubungkannya 10 Wina sanjaya, strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan, (jakarta, kencana prenada media, 2006),41

dengan pengalaman yang sebelumnya, dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa serta guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

f. Penilaian Pembelajaran Bahasa Arab

Penilaian dalam pelajaran bahasa Arab tetap harus mengacu pada kurikulum 2013 mempunyai empat unsur yaitu11:

1. Penilaian Kognitif

Penilaian yang dilakukan dengan cara mengamati siswa dalam membaca Bahasa Arab. Penilaian dilakukan dari kelancaran membaca/penyebutan huruf, intonasi bacaan, dan pemahaman terhadap apa yang telah dibaca.

2. Pengamatan Sikap

Penilaian yang dilakukan dengan cara mengamati kemampuan yang dikembangkan siswa. Kriteria penilaiannya adalah rasa percaya diri, disiplin dan bekerjasama.

3. Penilaian diri

Penilaian yang dilakukan dengan cara mengamati perilaku siswa di sekolah maupun di dalam kelas. Kretieria penilaiannya yaitu rajin masuk sekolah, menikuti peraturan dan lain-lain.

4. Penilaian antar peserta didik

Penilaian yang dilakukan dengan cara, bagaimana cara siswa menyimak cerita yang dibacakan oleh temannya.

2. Metode TPR

a. Pengertian Metode TPR

Metode Total Physical Response (TPR) adalah sebuah metode pengajaran bahasa yang dikembangkan oleh James Asher, seorang profesor psikologi di Universitas San Jose California. Metode ini merupakan metode pengajaran bahasa yang banyak diterapkan oleh guru bahasa asing (foreign language) di dalam kelas. Metode ini adalah salah satu metode pengajaran bahasa yang sangat popular dan relevan untuk diterapkan dalam pengajaran Bahasa Arab untuk anak-anak kecil (young

learners). Metode ini tidak hanya cocok diterapkan untuk anak- anak kecil,

akan tetapi juga bisa efektif diterapkan pada pengajaran bahasa untuk remaja (adolescent) dan dewasa (adult) dengan tingkatan dan level yang berbeda.

Metode Total Physical Response (TPR) adalah salah satu metode pengajaran bahasa yang dibangun berdasarkan koordinasi ujaran dan tindakan.12 Dalam metode TPR guru memberikan perintah kepada siswa dan kemudian siswa merespon perintah guru dengan tindakan tubuh (whole-body actions). Selain itu, Richard dan Rodgers juga mendefinisikan TPR sebagai metode pengajaran bahasa yang dibangun antara koordinas ucapan (speech) dan tindakan (actions); sebuah metode pengajaran bahasa melalui aktivitas fisik (motorik).13

Metode TPR juga disebut dengan pendekatan pemahaman (comprehension approach) yang menekankan pada pentingnya

pemahaman mendengarkan (listening comprehension) dalam pembelajaran bahasa (language learning). Dalam implementasi metode TPR, siswa mendengarkan dan merespon perintah dari seorang guru. Jika kemudian peserta didik mampu merespon instruksi tersebut dengan tindakan itu berarti bahwa peserta didik tersebut mengetahui arti dari kata-kata perintah yang diucapkan oleh gurunya. Menurut Asher dalam Cook mendengarkan pada perintah (commands) dalam metode TPR dan meresponnya dalam bentuk tindakan adalah cara yang efektif dalam pengajaran bahasa. Dia juga mengatakan bahwa metode TPR adalah metode yang sangat cocok untuk diimplementasikan dalam pengajaran bahasa untuk anak-anak kecil.14

Metode TPR ini dikembangkan oleh James Asher berdasarkan hasil dari pengalamannya dalam mengamati anak-anak kecil dalam mempelajari bahasa pertama mereka (first language). Dia menyimpulkan bahwa interaksi antara orang tua dan anak-anak sering berbentuk ujaran (speech) dan direspon dengan aktifitas fisik (physical

actions) oleh anak-anak.

Berdasarkan pengamatannya ini, Asher merumuskan tiga hipotesis: pertama, bahasa dipelajari melalui pendengaran (listening); kedua, pembelajaran dan pemerolehan bahasa melibatkan belahan otak kanan; dan ketiga, pembelajaran bahasa tidak boleh dalam keadaan stres.

13 Jack C. Richards & Theodore S, Rodgers. Approach and Methods in Language Teaching. (New York: Cambridge University Press,1986) Hal. 87

14 Vivian Cook. Second Language Learning and Language Teaching (fourth edition). (London: Hodder Education, An Hachette UK Company) Hal. 131-148

Asher dalam Larsen dan Freeman mencatat bahwa anak‐anak kecil banyak mendengar (listening) sebelum mereka berbicara (speaking). Kegiatan mendengarkan tersebut biasanya disertai dengan respon fisik seperti menggapai, merebut, berpindah, melihat, dan lain semacamnya. Metode TPR ini sangat mudah dan ringan dalam segi penggunaan bahasa dan juga mengandung unsur gerakan permainan sehingga kemudian dapat menghilangkan stres pada peserta didik.15

b. Tujuan Metode TPR

Richard dan Rodgers mengatakan bahwa tujuan umum dari metode Total Physical Response adalah untuk mengajar kemahiran lisan pada tingkat awal. Pemahaman adalah alat untuk mencapai tujuan, dan tujuan utamanya adalah untuk mengajarkan keterampilan dasar dalam berbahasa.16 Berdasarkan pernyataan Richard dan Rodger di atas, tujuan umum dari keseluruhan respon fisik memiliki tiga jenis sebagai berikut: a. Mengajar kemahiran lisan pada tingkat awal

b. Menggunakan pemahaman sebagai sarana untuk berbicara. c. Menggunakan latihan berbasis tindakan dalam bentuk imperatif.

Teori pembelajaran bahasa yang digunakan oleh Asher ini mengingatkan pada beberapa pandangan para psikolog, misalnya Arthur Jensen dan John De Cecco. Model ini sangat mirip dengan pandangan Asher tentang penguasaan bahasa anak. Asher memanfaatkan tiga hipotesis pembelajaran yang berpengaruh yaitu:17

15 Diane Larsen & Freeman,. Techniques and Principles in Language Teaching. (New York: Oxford University Press, 2000). Hal. 19

16 Jack C. Richards & Theodore S, Rodgers. Approach and Methods in Language Teaching. (NewYork: Cambridge University Press,1986) hal. 87

1. Terdapat bio-program bawaan sejak lahir yang spesifik untuk pembelajaran bahasa, yang membatasi jalur bagi perkembangan bahasa pertama (B1) dan kedua (B2).

2. Saraf otak lateralisasi membatasi berbagai fungsi dalam belahan otak kiri dan kanan.

3. Pengaruh atau campur tangan ketegangan (saringan afektif) terhadap tindakan pembelajaran dan apa yang dipelajari; semakin rendah ketegangan, semakin besar upaya pembelajaran.

Dari berbagai ragam teori, definisi, latar belakang dan tujuan metode Total Physical Response (TPR) yang sudah dipaparkan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa TPR lebih menekankan pada hubungan antara ujaran dan tindakan. Kegiatan utama dalam metode TPR adalah memberikan perintah kepada peserta didik untuk dipatuhi dan direspond dalam bentuk tindakan oleh siswa. Dengan demikian akan lebih mudah bagi para siswa untuk mengingat kata-kata yang telah mereka pelajari jika mereka menggunakan tubuh mereka dalam belajar kosakata. Metode TPR sangat bagus dalam pembelajaran Bahasa Arab dalam memperkenalkan kosa-kata (vocabulary) Bahasa Arab pada anak kecil. Sehingga peserta didik dapat mengenal kosa-kata dan grammar Bahasa Arab dengan mudah.

c. Ruang Lingkup TPR

Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan TPR ini banyak sekali aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa antara lain:

1. Latihan dengan menggunakan perintah (Imperative Drill), merupakan aktivitas utama yang dilakukan guru di dalam kelas dari metode TPR. Latihan berguna untuk memperoleh gerakan fisik dan aktivitas dari siswa.

2. Dialog atau Percakapan (Conversational Dialogue)

3. Bermain Peran (Role Play), dapat dipusatkan pada aktivitas sehari- hari, seperti di sekolah, dirumah, tempat bermain dan pasar.

4. Presentasi dan OHP atau LCD.

5. Aktivitas membaca (Reading) da Menulis (Writing) untuk, pada susunan kalimat berdasarkan tensis dan sebagainya.

d. Kelebihan Metode TPR

1. It is a lot of fun (sangat menyenangkan). siswa akan merasa senang , dan metode ini bisa menjadi penggerak yang nyata di dalam kelas. TPR akan menjadi daya angkat langkah dan suasana hati. 2. It is very memorable (sangat mengesankan). karena TPR

membantu siswa untuk mengenal ungkapan-unkapan dan kata-kata. 3. It is good for kinaesthic learners who are require to be active in

the class( baik untuk kinestik siswa yang diperlukan untuk

menjadi aktif di dalam kelas.

4. It can be used both in large or small classes (dapat digunakan bai dalam kelas yang besar maupun kelas yang kecil), dalam hal ini tidak menjadi masalah seberapa banyak siswa yang kita miliki

sepanjang kita mempersiapkan untuk menjadi pemimpin, siswa pasti akan mengikuti.

5. It work well with mixed-ability clasess,(TPR bekerja dengan baik dengan kelas kemampuan campuran) denga aktivitas fisik akan mendapatkan makna yang menyeluruh secara efektif sehingga semua siswa mampu memahami dan menerapkan target bahasa tersebut.

6. It is not need to have a lot of preparation or materials using

the TPR (tidak membutuhkan banyak persiapan atau material

dalam menggunakan TPR). dalam hal ini sepanjang kita mampu menguasai apa yang akan diperaktekan.

7. It is very efective with teenagers and Young leaner (sangat efektif bagi remaja dan anak-anak).

8. It involves both left and righ brained learning(melibatkan pembelajaran otak kanan dan kiri.

e. Kekurangan Metode TPR

1. Siswa yang tidak terbiasa,melakukan tindakan tertentu akan merasa malu melakonkannya.

2. TPR memang benar-benar cocok untuk tingkat pemula, hal ini jauh lebih bermanfaat di tingkat bawah karena bahasa target cocok untuk kegiatan , meskipun dapat pula berhasil di tingkat menengah dan lanjutan, yang penting adalah adaptasi bahasa yang sesuai.

3. TPR tidak fleksibel untuk mengajarkan segala sesuatu dan jika banyak digunakan itu akan menjadi berulang ulang.

4. Metode TPR sulit digunakan untuk mengajarkan tentang kosakata, abstrak dan ekspresi, tidak efektif untuk digunakan dalam jangka panjang tanpa beralih ke metode yang lain.

3. Keterampialan Bahasa a. Keterampilan Berbicara

Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara.18 Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan,serta perasaan.19 Dapat difahami bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.

Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis,semantik, dan linguistik.Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara diartikan sebagai suatu alat untuk mengkombinasikan

gagasan-18Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (Yogyakarta:BPFE, 1995),276.

gagasan yang disusun serta mengembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraan maupun para penyimaknya, apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkombinasikan gagasan-gagasannya apakah dia waspada serta antusias ataukah tidak.

b. Keterampilan Mendengar

Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Mendengar merupakan proses menerima informasi dari sumber lisan (hasil kegiatan berbicara). Keterampilan mendengarkan juga merupakan faktor penting bagi keberhasilan seseorang dalam belajar. Kegiatan mendengarkan terdapat unsur kesengajaan yang dilakukan penuh perhatian dan konsentrasi untuk memperoleh pemahaman yang memadai. Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus:

1. Menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek.

2. Berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa target.

3. Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intonasi, menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata.

4. Membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar 5. Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus.

6. Mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan.

7. Menebak makna dari konteks. 8. Mengenal kelas-kelas kata 9. Menyadari bentuk dasar sintaksi 10. Mengenal perangkat-perangkat kohesif

11. Mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek,predikat,objek, preposisi dan unsur-unsur lainnya.

c. Keterampilan Membaca

Keterampilan membaca tergolong keterampilan bersifat aktif reseptif. Aktifitas membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan dan berbicara. Namun pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan mendengarkan dan berbicara.

Keterampilan membaca terbagi ke dalam dua klasifikasi, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjutan . Kemampuan membaca permulaan ditandai oleh kemampuan mengenali lambang-lambang tulis dan dapat membunyikannya dengan benar. Pada fase ini, pemahaman isi bacaan

belum begitu tampak karena orientasi pembaca lebih ke pengenalan lambang bunyi bahasa. Sementara pada membaca lanjut, kemampuan membaca ditandai oleh kemampuan memahami isi bacaan yang dibacanya.Penekanan membaca lanjut terletak pada pemahaman isi bacaan, bahkan pada tingkat tinggi harus disertai dengan kecepatan membaca yang memadai.

d. Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang bersifat aktif produktif. Keterampilan ini dipandang menduduki herarki yang paling rumit dan kompleks di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Aktivitas menulis bukanlah bukanlah sekedar hanya menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, meainkan menuangkan dan mengembangkan pikiran-pikiran , gagasan-gagasan, ide dalam suatu struktur tulisan yang teratur, logis, sistematis, sehingga mudah difahami oleh pembacanya. Menulis dapat diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu menulis permulaan dan menulis lanjutan. Menulis permulaan sesungguhnya identik dengan melukis gambar, pada fase ini penulis tidak menuangkan ide gagasan melainkan hanya sekedar melukis atau menyalin lambang bunyi bahasa kedalam wujud lambang-lambang tertulis.

Dokumen terkait