• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

E. Kerangka Teoritik

1. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Siswa ditinjau dari Tingkat Pendapatan Orang Tua

Prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum dalam rapor dan merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan atau prestasi siswa selama masa tertentu (Sumadi Suryabrata, 1984:324). Ada banyak faktor yang berhubungan dengan tinggi rendahnya prestasi belajar. Salah satunya adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional dalam belajar berkaitan dengan kestabilan emosi untuk bisa tekun, konsentrasi, tenang, teliti dan sabar dalam memahami materi yang dipelajari (http://www.duniaguru.com). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Muhibbin Syah (1995:141-145) bahwa prestasi belajar

yang optimal dapat diperoleh bila siswa mempunyai konsentrasi belajar yang tinggi, karena evaluasi belajar didasarkan pada materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Juga hasil penelitian Diah Wulan Arum (2005:48) dan Mudjijana (2004:10) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan emosi maka semakin tinggi pula prestasi belajarnya, begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat kecerdasan emosi maka semakin rendah pula prestasi belajarnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tadius Sudarna (2007:92), juga menunjukkan hasil yang sama bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang, maka semakin tinggi tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar.

Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar diduga berbeda pada siswa yang berasal dari orang tua dengan tingkat pendapatan yang berbeda. Dalam kaitan dengan tingkat pendapatan ada dugaan bahwa orang tua dengan pendapatan tinggi akan lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan hidup anaknya terutama dalam penyediaan fasilitas belajar seperti menyediakan tempat belajar yang sesuai, cukup penerangan, tenang dan menyenangkan. Dengan keadaan seperti ini siswa diharapkan akan mendapatkan rangsangan mental bagi perkembangan kecerdasan emosionalnya, sehingga siswa mempunyai kestabilan emosi untuk bisa tekun dan konsentrasi dalam belajar. Hal ini menyebabkan prestasi belajar siswa meningkat. Pada siswa yang berasal dari orang tua dengan tingkat pendapatan rendah diduga akan merasa sulit dalam

memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya seperti penyediaan fasilitas belajar. Hal ini menyebabkan siswa menghadapi problem-problem finansial, sehingga siswa menjadi kurang percaya diri dan kurang termotivasi untuk belajar, tentunya dengan keadaan yang seperti ini prestasi belajar siswa menjadi tidak optimal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yosef Haryadi Aribowo (2003:88), yang menyatakan bahwa anak yang mempunyai orang tua yang berpenghasilan tinggi akan mencapai prestasi belajar yang baik, sedangkan anak yang mempunyai orang tua yang berpenghasilan rendah akan mencapai prestasi belajar yang kurang baik.

2. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Siswa ditinjau dari Tingkat Pendidikan Orang Tua

Prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum dalam rapor dan merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan atau prestasi siswa selama masa tertentu (Sumadi Suryabrata, 1984:324). Ada banyak faktor yang berhubungan dengan tinggi rendahnya prestasi belajar. Salah satunya adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional dalam belajar berkaitan dengan kestabilan emosi untuk bisa tekun, konsentrasi, tenang, teliti dan sabar dalam memahami materi yang dipelajari (http://www.duniaguru.com). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Muhibbin Syah (1995:141-145) bahwa prestasi belajar yang optimal dapat diperoleh bila siswa mempunyai konsentrasi belajar

yang tinggi, karena evaluasi belajar didasarkan pada materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Juga hasil penelitian Diah Wulan Arum (2005:48) dan Mudjijana (2004:10) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan emosi maka semakin tinggi pula prestasi belajarnya, begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat kecerdasan emosi maka semakin rendah pula prestasi belajarnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tadius Sudarna (2007:92), juga menunjukkan hasil yang sama bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang, maka semakin tinggi tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar.

Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar diduga berbeda pada siswa yang bersal dari orang tua dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Dalam kaitannya dengan tingkat pendidikan ada dugaan bahwa siswa yang berasal dari orang tua yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah membantu anak-anaknya jika mengalami kesulitan dalam materi pelajaran tertentu, karena orang tua memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Hal ini menyebabkan siswa termotivasi untuk belajar, sehingga prestasi belajarnya meningkat. Pada siswa yang berasal dari orang tua yang berpendidikan rendah tentu saja kemampuannya terbatas dikarenakan pendidikan formal yang diterimanya juga rendah, sehingga orang tua akan mengalami kesulitan dalam membantu anaknya memahami materi pelajaran. Kondisi demikian menyebabkan anak kurang termotivasi untuk belajar, karena

ketidakmampuannya memahami materi pelajaran, tentu saja hal ini akan berdampak pada prestasi belajarnya yang tidak maksimal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yosef Haryadi Aribowo (2003:87), yang menyatakan bahwa anak yang mampunyai orang tua yang berpendidikan tinggi akan berprestasi dengan baik, sedangkan anak yang mempunyai orang tua yang berpendidikan rendah akan berprestasi kurang baik.

3. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Siswa ditinjau dari Jenis Pekerjaan Orang Tua

Prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum dalam rapor dan merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan atau prestasi siswa selama masa tertentu (Sumadi Suryabrata, 1984:324). Ada banyak faktor yang berhubungan dengan tinggi rendahnya prestasi belajar. Salah satunya adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional dalam belajar berkaitan dengan kestabilan emosi untuk bisa tekun, konsentrasi, tenang, teliti dan sabar dalam memahami materi yang dipelajari (http://www.duniaguru.com). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Muhibbin Syah (1995:141-145) bahwa prestasi belajar yang optimal dapat diperoleh bila siswa mempunyai konsentrasi belajar yang tinggi, karena evaluasi belajar didasarkan pada materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Juga hasil penelitian Diah Wulan Arum (2005:48) dan Mudjijana (2004:10) yang menunjukkan bahwa semakin

tinggi tingkat kecerdasan emosi maka semakin tinggi pula prestasi belajarnya, begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat kecerdasan emosi maka semakin rendah pula prestasi belajarnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tadius Sudarna (2007:92), juga menunjukkan hasil yang sama bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang, maka semakin tinggi tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar.

Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar diduga berbeda pada siswa yang berasal dari jenis pekerjaan yang berbeda. Pada siswa yang mempunyai orang tua dengan jenis pekerjaan tetap dapat membiayai keperluan anaknya dalam hal bersekolah. Keadaan ini mendukung anak untuk lebih giat belajar tanpa harus memikirkan masalah biaya untuk sekolah dan anak tidak merasa ‘minder’ apabila bergaul dengan teman-temannya sehingga diharapkan prestasi belajarnya tinggi. Sedangkan pada siswa yang mempunyai orang tua dengan jenis pekerjaan tidak tetap tentunya akan sulit untuk membiayai keperluan anaknya, hal ini membuat anak menghadapi masalah finansial. Siswa akan merasa kurang percaya diri apabila bergaul dengan teman-temannya dan dalam keadaan seperti ini prestasi belajar siswa menjadi tidak maksimal. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Neli Sri Rejeki, yang menyatakan bahwa semakin tinggi jenis pekerjaan orang tua, maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa (2004:60).

3. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Siswa ditinjau dari Status Sekolah

Prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum dalam rapor dan merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan atau prestasi siswa selama masa tertentu (Sumadi Suryabrata, 1984:324). Ada banyak faktor yang berhubungan dengan tinggi rendahnya prestasi belajar. Salah satunya adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional dalam belajar berkaitan dengan kestabilan emosi untuk bisa tekun, konsentrasi, tenang, teliti dan sabar dalam memahami materi yang dipelajari (http://www.duniaguru.com). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Muhibbin Syah (1995:141-145) bahwa prestasi belajar yang optimal dapat diperoleh bila siswa mempunyai konsentrasi belajar yang tinggi, karena evaluasi belajar didasarkan pada materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Juga hasil penelitian Diah Wulan Arum (2005:48) dan Mudjijana (2004:10) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan emosi maka semakin tinggi pula prestasi belajarnya, begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat kecerdasan emosi maka semakin rendah pula prestasi belajarnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tadius Sudarna (2007:92), juga menunjukkan hasil yang sama bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang, maka semakin tinggi tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar.

Kemudian peneliti juga menduga bahwa prestasi belajar tersebut juga dipengaruhi oleh status sekolah. Ada persepsi dalam masyarakat bahwa sekolah negeri adalah sekolah yang memiliki tingkat disiplin tinggi, guru yang profesioal, serta memiliki sarana dan prasarana yang lengkap juga didukung lingkungan yang nyaman untuk belajar. Dengan kondisi yang demikian sekolah diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas dsertai dengan prestasi belajar tinggi. Pandangan ini diberikan oleh masyarakat lebih didasarkan pada hal-hal yang teramati oleh masyarakat, tanpa memperhatikan aspek yang tidak tampak. Menurut Robert M.Gagne (http://www.duniaguru.com), keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa dan faktor dari luar diri siswa yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.

Bobbi De Porter (2001:81 dalam

http://www.bpkpenabur.or.id/jurnal/02/082-100.pdf.) berpendapat bahwa hasil belajar siswa lebih ditentukan oleh lingkungan belajar yang menyenangkan, suasana aman dan penuh kepercayaan antara siswa dengan instruktur. Semakin tinggi intensitas seseorang berinteraksi dengan lingkungan, maka semakin mahir seseorang mengatasi situasi yang menantang dan semakin mudah manusia mempelajari informasi baru. Dengan adanya lingkungan belajar yang seperti itu harapannya siswa mudah untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul di sekolah. Kondisi seperti itu akan berdampak pada kecerdasan emosional

siswa yang semakin baik. Hal ini selanjutnya juga akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Berbeda dengan menyekolahkan anaknya di sekolah swasta. Orang tua identik menganggap sekolah swasta adalah sekolah yang kurang disiplin, sarana dan prasarana kurang lengkap dan lingkungannya kurang mendukung untuk belajar. Dengan kondisi demikian menyebabkan ketidaknyamanan siswa dalam belajar, sehingga motivasi siswa dalam belajar menjadi berkurang. Padahal kecerdasan emosional berkaitan dengan kemampuan mengontrol dan menggunakan emosi, serta mengendalikan diri, semangat, motivasi sosial, kerja sama, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan (http://www.duniaguru.com). Apabila seorang siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitar siswa, maka siswa kurang mempunyai kecerdasan emosional yang baik. Hal ini menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi rendah.

Berdasarkan kerangka teoritik di atas, paradigma penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Prestasi Belajar Kecerdasan Emosional

Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Dokumen terkait