• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Kerangka Teoritis

Kerangka Teoritis adalah suatu konsep yang merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi sosial yang dianggap relevan. 10

Selanjutnya teori yang dipakai dalam menganalisa permasalahan dalam skripsi ini, berkaitan dengan penerapan hukum, ada dua teori yang dapat dijadikan

10

16

kerangka analisis yaitu:

a. Teori Penanggulangan Kejahatan

b. Teori faktor-faktor yang mengpengaruhi penegakan Hukum

a. Teori Penanggulangan Kejahatan

Dalam usaha untuk menanggulangi kejahatan mempunyai tiga cara yaitu tindakan Pre-emtif (Upaya-upaya awal untuk mencegah kejahatan), preventif (mencegah sebelum terjadinya kejahatan) dan tindakan represif (usaha sesudah terjadinya kejahatan). Berikut ini diuraikan pula masing-masing usaha tersebut :

1. Tindakan Pre-emtif

Upaya Preemtif adalah Upaya-upaya awal yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha-usaha yang dilakukan dalam penanggulan kejahatan secara pre-emtif menanamkan nilai-nilai atau norma-norma yang baik sehingga norma-norma-norma-norma tersebut terinternalisai dalam diri seseorang. Meskipun ada kesempatan untuk melakukan pelanggaran atau kejahatan tapi tidak ada niatnya untuk melakukan hal tersebut maka tidak akan terjadi kejahatan. Jadi dalam usaha preemtif faktor niat menjadi hilang meskipun ada kesempatan. Cara pencegahan ini berasal dari teori NKK, yaitu: Niat dan Kesempatan terjadinya kejahatan, dalam aplikasinya harus mengkedepankan upaya Preemtif, yang merupakan pola himbauan dan pendekatan. Karena dengan pola itu, diharapkan bisa meredam embrio konflik sosial maupun yang lainnya ditengah masyarakat. Namun jika upaya Preemtif tidak membuahkan hasil, barulah polisi akan melakukan pola kedua yakni Preventif atau pencegahan.11

11

17

2. Tindakan Preventif

Tindakan preventif adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau menjaga kemungkinan akan terjadinya kejahatan. Menurut A. Qirom Samsudin M, dalam kaitannya untuk melakukan tindakan preventif adalah mencegah kejahatan lebih baik daripada mendidik penjahat menjadi baik kembali, sebab bukan saja diperhitungkan segi biaya, tapi usaha ini lebih mudah dan akan mendapat hasil yang memuaskan atau mencapai tujuan.

Selanjutnya Bonger berpendapat cara menanggulangi kejahatan yang terpenting adalah :

1. Preventif kejahatan dalam arti luas, meliputi reformasi dan prevensi dalam arti sempit

2. Prevensi kejahatan dalam arti sempit meliputi :

a. Moralistik, yaitu menyebar luaskan sarana yang dapat mempertangguhkan moral seseorang agar dapat terhindar dari nafsu berbuat jahat.

b. Abalionistik yaitu berusaha mencegah tumbuhnya keinginan kejahatan dan meniadakan faktor-faktor sebagai penyebab timbulnya kejahatan, Misalnya memperbaiki ekonomi (pengangguran, kelaparan, dan lain-lain);

3. Berusaha melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap kejahatan dengan berusaha menciptakan;

a. Sistem organisasi dan perlengkapan kepolisian yang baik, b. Sistem peradilan yang objektif

c. Hukum (perundang-undangan) yang baik.

18

5. Pervensi kenakalan anak-anak sebagai sarana pokok dalam usahah prevensi kejahatan pada umumnya.12

3. Tindakan Represif

Tindakan represif adalah segala tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadinya tindakan pidana. Tindakan respresif lebih dititik beratkan terhadap orang yang melakukan tindak pidana, yaitu antara lain dengan memberikan hukum (pidana) yang setimpal atas perbuatannya. Tindakan ini sebenarnya dapat juga dipandang sebagai pencegahan untuk masa yang akan datang. Tindakan ini meliputi cara aparat penegak hukum dalam melakukan penyidikan, penyidikan lanjutan, penuntutan pidana, pemeriksaan di pengadilan, eksekusi dan seterusnya sampai pembinaan narapidana.13

Penangulangan kejahatan secara represif ini dilakukan juga dengan tekhnik rehabilitas, menurut Cressey terdapat dua konsepsi mengenai cara atau tekhnik rehabilitasi, yaitu :

1. Menciptakan sistem program yang bertujuan untuk menghukum penjahat, sistem ini bersifat memperbaiki antara lain hukuman bersyarat dan hukuman kurungan.

2. Lebih ditekankan pada usaha agar penjahat dapat berubah menjadi orang biasa, selama menjalankan hukuman dicarikan pekerjaan bagi terhukum dan konsultasi psikologis, diberikan kursus keterampilan agar kelak menyesuaikan diri dengan masyarakat.14

12

Bonger, W.A, Pengantar tentang Kriminologi, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1982, hlm. 145. 13

Soejono D, Penanggulangan Kejahatan (Crime Prevention), Bandung, Alumni, 1976, hlm. 42.

14

19

Tindakan represif juga disebutkan sebagai pencegahan khusus, yaitu suatu usaha untuk menekankan jumlah kejahatan dengan memberikan hukuman (pidana) terhadap pelaku kejahatan dan berusaha pula melakukan perbuatan dengan jalan memperbaiki si pelaku yang berbuat kejahatan. Jadi lembaga permasyarakatan bukan hanya tempat untuk mendidik narapidana untuk tidak lagi menjadi jahat atau melakukan kejahatan yang pernah dilakukan. Kemudian upaya penanggulangan kejahatan yang sebaik-baiknya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Sistem dan operasi Kepolisian yang baik. 2. Peradilan yang efektif.

3. Hukum dan perundang-undangan yang berwibawa.

4. Koodinasi antar penegak hukum dan aparatur pemerintah yang serasi. 5. Partisipasi masyarakat dalam penangulangan kejahatan.

6. Pengawasan dan kesiagaan terhadpa kemungkinan timbulnya kejahatan. 7. Pembinaan organisasi kemasyarakatan.15

b. Teori faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum

Teori yang digunakan dalam membahas faktor-faktor penghambat dalam penerapan teknik dan taktik interogasi dalam penyidikan tindak pidana terorisme adalah teori Soerjono Soekanto, mengenai penghambat penegakan hukum, yaitu:

1. Faktor hukumnya sendiri.

Terdapat beberapa asas dalam berlakunya undang-undang yang tujuannya adalah agar undang-undang tersebut mempunyai dampak positif. Artinya, agar

15

20

undang-undang tersebut mencapai tujuannya secara efektif di dalam kehidupan masyarakat.

2. Faktor penegak hukum.

Penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan (role). Seorang yang mempunyai kedudukan tertentu lazimnya dinamakan pemegang peranan

(role occupant). Suatu hak sebenarnya wewenang untuk berbuat atau tidak

berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban atau tugas.

3. Faktor sarana atau fasilitas.

Penegakan hukum tidak mungkin berlangsung lancar tanpa adanya faktor sarana atau fasilitas. Sarana dan fasilitas tersebut antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan seharusnya.

4. Faktor masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut.

5. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasar hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianut) dan apa yang dianggap Bahwa Pendanaan Teroris adalah segala perbuatan dalam rangka menyediakan, mengumpulkan, memberikan atau meminjamkan dana, baik

21

langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk digunakan dan/atau akan digunakan untuk kegiatan terorisme, organisasi teroris atau teroris.16

2. Konseptual

Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep- konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang hendak diteliti.17

a. Upaya Penanggulangan Kejahatan, Secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu lewat jalur 'penal' (hukum pidana) dan lewat jalur 'non penal' (bukan/diluar hukum pidana).18

b. Penanggulangan Kejahatan adalah Upaya yang dilaksanakan untuk mencegah, mengahadapi, atau mengatasi suatu keadaan mencakup aktivitas preventif dan sekaligus berupaya untuk memperbaiki perilaku seseorang yang telah dinyatakan bersalah (sebagai narapidana) di lembaga pemasyarakatan.19

c. Tindak Pidana Terorisme adalah segala bentuk perbuatan yang dengan sengaja menggunakan kekerasaan atau ancaman kekerasan (atau bermaksud untuk) menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas

16

M.Arif, Kriminalisasi Terorisme di Indonesia Dalam Era Globalisasi, Jurnal Hukum UII, 2010,

hlm. 21. 17

Soerjono, Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 2002, hlm. 68.

18

M. Arif, Op.Cit. hlm. 55.

19

22

internasional.20

d. Pendanaan Terorisme adalah segala perbuatan dalam rangka menyediakan, mengumpulkan, memberikan, atau meminjamkan Dana, baik langsung maupun tidak langsung, dengan maksud untuk digunakan dan/atau yang diketahui akan digunakan untuk melakukan kegiatan terorisme, organisasi teroris, atau teroris.21

Dokumen terkait