• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi kelayakan adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu ide bisnis tentang layak atau tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan. Studi kelayakan bila diletakkan pada objek pendirian sebuah usaha baru disebut studi kelayakan proyek. Namun, jika objeknya adalah pengembangan usaha (usaha sudah berjalan, namun direncanakan ada pengembangan) maka disebut studi kelayakan bisnis (Subagyo, 2007).

Adapun tujuan dari studi kelayakan bisnis adalah untuk mengetahui apakah suatu proyek/bisnis akan untung atau rugi, dengan kata lain untuk memperkecil tingkat risiko kerugian yang memastikan bahwa investasi yang dilakukan memang menguntungkan. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat investasi yang terdiri atas:

1) Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (sering juga disebut sebagai manfaat finansial).

2) Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga manfaat ekonomi nasional).

3) Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek.

Menurut Gittinger (1986), pada proyek pertanian ada enam aspek yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan, yaitu:

1) Aspek Pasar

Terdiri atas permintaan, penawaran, harga, program pemasaran yang akan dilaksanakan, serta perkiraan penjualan.

2) Aspek Teknis

Terdiri atas lokasi proyek, besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, proses produksi, serta ketepatan penggunaan teknologi.

3) Aspek Manajemen

Terdiri atas manajemen pada masa pembangunan, yaitu pelaksanaan proyek, jadwal penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek, serta manajemen pada saat operasi yaitu, bentuk organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.

4) Aspek Hukum

Terdiri atas bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, akta, sertifikat, dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha.

5) Aspek Sosial Lingkungan

Terdiri atas pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, peluang kerja, dan pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan.

6) Aspek Finansial

Terdiri atas pengaruh-pengaruh finansial pada proyek. Pengaruh-pengaruh tersebut berbentuk biaya-biaya, manfaat-manfaat, dan perubahan-perubahan yang berpengaruh terhadap manfaat dan biaya yang diperoleh perusahaan.

Menurut Gray (1992) tujuan dilakukannya analisis proyek adalah:

1) Mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek.

2) Menghindari pemborosan sumber daya.

3) Memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan. 4) Menentukan prioritas

3.1.2. Aspek Studi Kelayakan

Menurut Kasmir dan Jakfar (2006), untuk menentukan layak atau tidaknya suatu proyek harus dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek untuk dikatakan layak harus memiliki standar tertentu. Namun, penilaian tidak hanya dilakukan pada suatu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai, jadi tidak berdiri sendiri. Jika ada aspek yang kurang layak akan diberikan beberapa saran perbaikan, sehingga memenuhi kriteria yang layak. Namun, apabila tidak dapat memenuhi kriteria tersebut

20 Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), secara umum aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan proyek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek finansial, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi, dan aspek sosial. Namun, belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti. Aspek- aspek yang akan diteliti terlebih dahulu harus ditentukan dalam menentukan studi kelayakan. Penelitian ini, akan mengkaji mengenai aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, aspek hukum, serta aspek finansial.

1) Aspek Pasar

Pasar adalah titik pertemuan antara permintaan dan penawaran barang dan jasa, sehingga tercapai kesepakatan dalam transaksi (Subagyo, 2007). Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan oleh proyek tersebut. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), aspek pasar mempelajari tentang:

a) Permintaan

Permintaan adalah kegiatan yang didukung oleh daya beli atau akses untuk membeli. Artinya, permintaan akan terjadi apabila didukung oleh daya kemampuan yang dimiliki konsumen untuk membeli serta adanya akses untuk memperoleh barang atau jasa yang ditawarkan. Hal ini pula yang sangat menentukan permintaan itu sendiri.

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang dan jasa antara lain, harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan substitusi atau komplementer, pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan akses untuk memperoleh barang atau jasa yang ditawarkan (Kasmir dan Jakfar, 2006).

b) Penawaran

Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang ditawarkan produsen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor yang mempengaruhi penawaran suatu barang atau jasa antara lain, harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan substitusi

atau komplementer, teknologi, harga input, tujuan perusahaan, atau akses (Kasmir dan Jakfar, 2006).

c) Program Pemasaran

Program pemasaran meliputi empat aspek bauran pemasaran (marketing mix) yaitu, produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion) (Umar, 2005).

d) Pangsa Pasar (Market Share) Perusahaan

Pangsa pasar (market share) merupakan proporsi dari keseluruhan pasar potensial yang diharapkan dapat diraih oleh proyek yang bersangkutan. Pasar potensial adalah keseluruhan jumlah produk atau sekelompok produk yang mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu pada suatu periode tertentu. Dalam hal ini, meliputi variabel yang dapat dikontrol oleh calon investor yaitu, marketing mix, dan kemampuan manajemen lainnya, serta variabel yang tidak dapat dikontrol oleh calon investor (Husnan dan Suwarsono, 2000).

2) Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengorganisasian setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono, 2000). Penilaian kelayakan terhadap aspek ini penting dilakukan sebelum suatu proyek dijalankan. Penentuan kelayakan teknis perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis atau operasi, sehingga jika tidak dianalisis dengan baik akan berakibat fatal bagi perusahaan dimasa yang akan datang (Kasmir dan Jakfar, 2006)

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek teknis antara lain:

a) Lokasi Proyek

Lokasi proyek untuk perusahaan industri mencakup dua pengertian yaitu, lokasi dan lahan pabrik serta lokasi bukan pabrik. Pengertian lokasi bukan pabrik mengacu pada lokasi untuk kegiatan yang secara langsung tidak berkaitan dengan proses produksi yaitu, lokasi administrasi

22 diperhatikan dalam pemilihan lokasi proyek. Variabel ini dibedakan ke dalam dua golongan besar yaitu, variabel utama (primer) dan variabel bukan utama (sekunder). Penggolongan ke dalam kedua kelompok tersebut tidak mengandung kekakuan artinya, dimungkinkan untuk berubah golongan sesuai dengan ciri utama output dan proyek bersangkutan. Variabel-variabel utama (primer) tersebut yaitu, ketersediaan barang mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Variabel-variabel sekunder terdiri dari, hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat (adat istiadat), serta perencanaan masa depan perusahaan.

b) Skala Operasional atau Luas Produksi

Skala operasi atau luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Pengertian kata ”seharusnya” dan ”keuntungan yang optimal”, mengandung maksud untuk mengkombinasikan faktor eksternal dan faktor internal perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan luas produksi yaitu, batasan permintaan, persediaan kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen, serta kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang.

c) Layout Atau Tata Letak Alur Produksi

Layoutmerupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan demikian, pengertian layout mencakup layout site (layout lokasi proyek), layout

pabrik, layout bangunan bukan pabrik dan fasilitas-fasilitasnya. Dalam

layout pabrik terdapat dua tipe utama yaitu, layout fungsional (layout process) dan layoutProduk (layoutgaris).

d) Pemilihan Jenis atau Teknologi Peralatan

Prinsip-prinsip yang dipegang dalam penetuan jenis atau teknologi peralatan antara lain, seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan, manfaat ekonomi yang diharapkan, ketepatan teknologi dengan bahan

mentah yang digunakan, keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut ditempat lain yang memiliki ciri-ciri mendekati lokasi proyek, kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat, dan kemungkinan pengembangannya serta pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih sebagai akibat keusangan.

3) Aspek Manajemen

Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari merencanakan, sampai dengan mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian juga dengan struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan proyeknya (Kasmir dan Jakfar, 2006).

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), hal-hal yang dipelajari dalam aspek manajemen antara lain:

a) Manajemen dalam Masa Pembangunan Proyek

Manajemen proyek adalah sistem untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi pembangunan proyek dengan efisien. Manajemen proyek harus dapat menyusun rencana pelaksanaan proyek dengan mengkoordinasi berbagai aktivitas atau kegiatan dan pengguaan sumber daya agar secara fisik proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya (Kasmir dan Jakfar, 2006). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen masa pembangunan proyek yaitu, pelaksana proyek tersebut, jadwal penyelesaian proyek, dan pihak yang melakukan studi masing- masing aspek.

b) Manajemen dalam Operasi

Manajemen ini meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi, dan spesifikasi jabatan, anggota direksi, dan tenaga kunci, serta jumlah tenaga kerja yang akan digunakan (Husnan dan Suwarsono, 2000).

24 4) Aspek Finansial

Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Suwarsono, 2000). Menurut Kasmir dan Jakfar (2006), penelitian dalam aspek finansial dilakukan untuk menilai biaya-biaya yang akan dikeluarkan dan juga meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika proyek dijalankan. Penelitian ini meliputi, lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga jika dihitung dengan formula penilaian investasi akan sangat menguntungkan. Hal-hal yang mendapatkan perhatian dalam penelitian aspek ini antara lain :

a) Biaya Kebutuhan Investasi

Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk membeli aset-aset yang dibutuhkan usaha tersebut. Aset-aset ini biasanya berupa aset tetap yang dibutuhkan perusahaan mulai dari pendirian hingga dapat dioperasikan. Karena itu, dalam melakukan investasi dibutuhkan biaya investasi yang digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan investasi tersebut. Biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis usaha yang akan dijalankan. Secara umum, komponen biaya terdiri atas, biaya prainvestasi, biaya pembelian aktiva, dan biaya operasional (Kasmir dan Jakfar, 2006).

b) Sumber-Sumber Dana

Dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada seperti, dari modal sendiri, modal pinjaman, atau gabungan keduanya. Pilihan apakah menggunakan modal sendri atau modal pinjaman atau gabungan dari keduanya tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan kebijakan pengusaha (Kasmir dan Jakfar, 2006). Pada dasarnya, pemilihan sumber dana bertujuan untuk memilih sumber dana yang pada akhirnya bisa memberikan kombinasi dengan biaya terendah, dan tidak menimbulkan likuiditas bagi proyek atau perusahaan mensponsori usaha tersebut (artinya, jangka waktu pengembalian sesuai

dengan jangka waktu penggunaan dana). Sumber-sumber dana yang utama terdiri dari, modal sendiri yang disetor oleh pemilik perusahaan, penerbitan saham di pasar modal, obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan dijual di pasar modal, kredit bank, leasing dari lembaga keuangan nonbank, dan project finance(Husnan dan Suwarsono, 2000). c) Aliran Kas (Cash Flow)

Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk ke perusahaan dan jenis pemasukan tersebut. Cash flowjuga menggambarkan berapa uang yang keluar serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar, 2006). Aliran kas penting digunakan dalam akuntansi karena laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih, dan yang relevan bagi para investor adalah kas bukan laba. Aliran kas yang berhubungan dengan suatu usaha dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu, aliran kas permulaan (initial cash flow), aliran kas operasional (operational cash flow), dan aliran kas terminal (terminal cash flow). Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi pada awal periode merupakan aliran kas permulaan. Aliran kas yang timbul selama operasi usaha disebut aliran kas operasional, sedangkan aliran kas terminal adalah aliran kas yang diperoleh ketika usaha berakhir (Husnan dan Suwarsono, 2000).

5) Aspek Hukum

Aspek hukum akan membahas masalah kelengkapan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki. Kelengkapan dokumen usaha sangat penting, karena merupakan dasar hukum yang harus dipegang apabila di kemudian hari timbul masalah (Kasmir dan Jakfar, 2006). 6) Aspek Sosial dan Lingkungan

Analisis aspek sosial digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika proyek tersebut berjalan. Analisis aspek lingkungan akan melihat dampak proyek yang dijalankan terhadap lingkungan sekitar, baik terhadap air, darat, udara, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap

26 3.1.3. Analisis Kelayakan Investasi

Menurut Kasmir dan Jakfar (2006), dalam menentukan layak atau tidaknya suatu investasi, yang ditinjau dari aspek keuangan, perlu dilakukan pengukuran dengan berbagai kriteria. Kriteria ini sangat bergantung dari kebutuhan masing- masing usaha dan metode mana yang digunakan. Setiap metode yang digunakan mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Karena itu, dalam penilaian kelayakan suatu usaha hendaknya digunakan beberapa metode sekaligus, agar dapat memberikan hasil yang lebih sempurna. Kriteria-kriteria tersebut biasa disebut dengan nama kriteria investasi.

Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu usaha. Untuk mengukur manfaat proyek dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan menggunakan perhitungan berdiskonto dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money

yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan suatu teknik yang dapat ”menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang, sedangkan perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu: ukuran-ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima (Gittinger, 1986).

Konsep nilai waktu uang(Time Value of Money) menyatakan bahwa nilai sekarang (present value) adalah lebih baik dari nilai yang sama pada masa yang akan datang (future value). Ada dua sebab yang menyebabkan hal ini terjadi, yaitu: time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa yang akan datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki sekarang memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et al. 1999).

Kadariah et al. (1999) juga mengungkapkan, bahwa kedua unsur tersebut berhubungan timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat dimungkinkan untuk membandingkan arus biaya dan manfaat yang

penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Untuk tujuan itu, tingkat suku bunga ditentukan melalui proses discounting. Karena itu, kriteria investasi yang dugunakan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Periode(PBP).

1) Analisis Switching Value(Nilai Pengganti)

Semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh setiap tahun dihitung berdasarkan data yang ada. Sementara itu, kondisi lingkungan yang selalu berubah akan mempengaruhi biaya dan manfaat yang akan diperoleh, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya suatu kekeliruan dan ketidaktepatan biaya dan penerimaan akibat adanya perubahan-perubahan. Analisis switching value(nilai pengganti) mencoba melihat kondisi kelayakan yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan dalam biaya dan manfaat. Switching value dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana perubahan yang terjadi dapat ditoleransi untuk dilaksanakan.

Pada Analisis switching value, dicari beberapa nilai pengganti pada komponen biaya dan manfaat yang terjadi, yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal. Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan nol (NPV=0). NPV sama dengan 0 akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama dengan 1 (cateris paribus). Artinya, sampai tingkat berapa proyek yang akan dijalankan mentoleransi peningkatan harga atau penurunan input dan penurunan harga atau jumlah output (Gittinger, 1986).

2) Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi ialah suatu laporan keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi. Laporan laba rugi juga merupakan suatu laporan yang menunjukkan hasil-hasil operasi perusahaan selama waktu tersebut (Gittinger, 1986). Laporan laba rugi ini menghasilkan suatu perhitungan yang akhirnya dapat melihat apakah suatu proyek yang dijalankan mendapatkan keuntungan ataukah mendapatkan kerugian selama waktu proyek. Laba ialah apa saja yang tersisa setelah

28 dikurangkan dengan pengeluaran-pengeluaran yang timbul di dalam memproduksi atau menjual barang dan jasa.

3.1.4. Teori Biaya dan Manfaat

Dalam analisa usaha, tujuan-tujuan analisa harus disertai dengan definisi biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Menurut Gittinger (1986), biaya yang diperlukan suatu usaha dapat dikategorikan sebagai berikut :

1) Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, seperti: tanah, bangunan, pabrik, dan mesin.

2) Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat usaha mulai dilaksanakan, seperti: biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.

3) Biaya lainnya, seperti: pajak, bunga, dan pinjaman.

Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu proyek. Menurut Gittinger (1986), manfaat usaha dapat dibedakan menjadi:

1) Manfaat langsung yaitu, manfaat yang secara langsung dapat diukur dan dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti: peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja.

2) Manfaat tidak langsung yaitu, manfaat yang secara nyata diperoleh dengan tidak langsung dari usaha dan bukan merupakan tujuan utama proyek, seperti: rekreasi.

Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu usaha yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa usaha. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya usaha (Gittinger, 1986).

Dokumen terkait