• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah (Studi kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah (Studi kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN JUS DAN

SIRUP BELIMBING MANIS DAN JAMBU BIJI MERAH

(

Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)

SKRIPSI

DEBIE NATALIA FRANCISCA FAUSTA NAPITUPULU H34053315

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

RINGKASAN

DEBIE NATALIA FRANCISCA FAUSTA NAPITUPULU. H34053315. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan YUSALINA).

Salah satu kota yang terkenal akan komoditas buah-buahan adalah kota Depok. Saat ini, kota Depok terkenal sebagai penghasil belimbing manis varietas dewa-dewi, bahkan belimbing manis telah menjadi icon kota Depok sejak tahun 2006. Komoditas unggulan untuk buah-buahan terdiri atas, belimbing manis, jambu biji merah, pisang, pepaya, rambutan, mangga, nangka, dan cempedak. Belimbing manis dan jambu biji merah dapat dikelompokkan berdasarkan grade. Buah belimbing manis dibagi menjadi tiga grade yaitu, grade A, B, dan C. Belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C kurang diminati dibandingkan grade A dan B. Padahal, dari seluruh hasil panen, belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C mencapai 20 persen dari total panen.

Belimbing manis dan jambu biji merah grade C ataupun buah-buahan lain yang tidak laku di pasaran dalam bentuk segar, apabila tidak dimanfaatkan dengan segera akan mengalami kerusakan biologis karena umur simpannya yang singkat, sehingga dapat terbuang. Hal tersebut mengakibatkan penurunan pendapatan petani dari pendapatan yang seharusnya diterima jika keseluruhan belimbing manis dan jambu biji grade C laku terjual. Karena itu, diperlukan suatu usaha mengatasi masalah tersebut yaitu, dengan pengolahan hasil yang dapat membentuk daya tahan dan diversifikasi, sehingga dapat dipasarkan setiap waktu serta mempunyai nilai tambah yang tinggi.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Menganalisis aspek non finansial kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah, yang terdiri atas, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum, (2) Menganalisis aspek finansial kelayakan usaha CV WPIU, dan (3) Menganalisis kepekaan kelayakan usaha CV WPIU terhadap peningkatan biaya usaha yang dominan dan penurunan penjualan jus dan sirup buah.

(3)

iii

Ditinjau dari aspek pasar, usaha pembuatan jus dan sirup buah memiliki potensi dan prospek yang baik. Saat ini, CV WPIU mendapat tawaran untuk memasok produknya ke beberapa supermarket. Produk jus dan sirup yang dihasilkan berada dalam tahap pertumbuhan. Berdasarkan produk, jus dan sirup yang dihasilkan merupakan minuman instan yang memiliki nilai gizi dan atribut yang lengkap seperti, label pada setiap kemasan jus maupun sirup. Dengan demikian, produk yang dihasilkan CV WPIU sudah memiliki kelengkapan untuk memasuki supermarket. Distribusi juga dilakukan sebaik mungkin agar produk dapat sampai ke tangan konsumen dengan tepat waktu. Namun, kegiatan promosi yang dilakukan belum optimal. CV WPIU menetapkan perbedaan harga untuk produk yang dijual secara eceran, grosir, dan untuk ke supermarket.

Ditinjau dari aspek teknis, lokasi usaha CV WPIU berada di salah satu sentra penghasil belimbing manis dan jambu biji merah, dimana hal ini menjamin ketersedian bahan baku buah-buahan yang dibutuhkan dalam proses produksi. Untuk memenuhi permintaan pasar saat ini, CV WPIU berencana untuk meningkatkan kapasitasnya sebesar 150 persen. Proses produksi dilakukan sebaik mungkin untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Dilihat dari aspek manajemen, CV WPIU sudah memiliki struktur organisasi yang sederhana. Namun, CV WPIU mengalami kendala dengan beberapa karyawannya yang kurang memiliki kemampuan dan tanggungjawab. Berdasarkan aspek sosial, dengan adanya usaha ini dapat mempekerjakan masyarakat sekitar dan membantu meningkatkan pendapatan petani, sedangkan berdasarkan aspek lingkungan, limbah yang dihasilkan tidak akan mencemari lingkungan karena bahan baku utamanya adalah buah-buahan. Berdasarkan aspek hukum, usaha ini telah memiliki badan hukum dan memenuhi berbagai perizinan usaha.

Nilai NPV yang dihasilkan selama kurun waktu 10 tahun adalah sebesar Rp 292.938.966 Nilai IRR yang diperoleh yaitu, sebesar 48,95 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu, 14 persen. Net B/C yang diperoleh adalah sebesar 3,09. Hal ini berarti, setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha ini, akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 3,09. Payback period yang diperoleh adalah 3,76 tahun atau sama dengan 3 tahun 7 bulan 4 hari. Hasil analisis switching valuemenunjukkan bahwa usaha ini menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga gula pasir mengalami kenaikan melebihi 18,84 persen, harga botol jus mengalami kenaikan melebihi 20,94 persen, penurunan penjualan jus melebihi 6,09 persen, dan penurunan penjualan sirup lebih dari 10,48 persen.

(4)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN JUS DAN

SIRUP BELIMBING MANIS DAN JAMBU BIJI MERAH

(

Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)

DEBIE NATALIA FRANCISCA FAUSTA NAPITUPULU H34053315

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

(5)

Judul skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)

Nama : Debie Natalia Francisca Fausta Napitupulu

NRP : H34053315

Disetujui, Pembimbing

Dra. Yusalina, MSi NIP. 131 914 523

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2009

(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 19 Desember 1987.

Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Boyke Napitupulu, MSi dan Ibu Asima Nababan.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD RK Budi Mulia I Pematangsiantar dan lulus pada tahun 1999. Sekolah menegah pertama dilalui penulis di SMP RK Bintang Timur Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2002. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA RK Budi Mulia Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SPMB). Pada tahun 2005, IPB pertama kali memberlakukan kurikulum mayor-minor, sehingga pada tahun pertama penulis belum memiliki jurusan dan pada tahun kedua, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa barat)”

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha CV Winner Perkasa Indonesia Unggul dari aspek non finansial yaitu, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek lingkungan dan sosial, serta aspek finansial.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Harapan penulis, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.

(9)

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, kasih karuniaNya yang selalu dicurahkan kepada penulis dan juga kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini:

1) Bapak dan Mama yang terus dan tiada hentinya memberikan doa, kasih sayang, cinta, perhatian, dan materi, serta adik-adikku Citra, Benie, Andre yang selalu menyemangati dan mendoakan penulis. Kalian merupakan sumber inspirasi ku dan membuat aku menjadi kuat dan semangat untuk mencapai cita-cita.

2) Dra. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, masukan, saran, dan motivasi yang begitu besar dan sabar kepada para penulis.

3) Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama, yang telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis.

4) Etriya, SP, MM selaku dosen penguji wakil departemen, yang juga telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis.

5) Ir. Yayah K Wagino, Mec selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan selama penulis menjalankan kegiatan perkuliahan.

6) Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Agribisnis yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kegiatan perkuliahan.

7) Ibu Maria sebagai pemimpin CV Winner Perkasa Indonesia Unggul yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian serta seluruh tenaga kerja yang turut membantu.

8) Ompung Tondang, Tante Ate, Uda Angel, Inang Tua Meta, Bapak Tua Meta Tulang-tulangku dan Namboru Dice, sepupu-sepupuku Meta, Debora, Tri, Angel, Laura, Rebecca, Alde, Iren dan Nael, yang memberi dukungan moril maupun materi kepada penulis.

(10)

10) Semua anak AGB 42 khususnya yang baik dan pintar dimana namanya tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas persahabatan, canda, tawa, dan dukungan yang diberikan selama ini khususnya pada saat penyelesaian skripsi dan semoga kita menjadi orang-orang yang sukses.

11) Anak-anak Ananda I khususnya Agnes, Rina, Maria, Melisa, Kamlit, Pesta, Evy, Mei Cing, Devina, dan Vanda yang telah memberikan semangat, dukungan khususnya pada saat penyelesaian skripsi, dan rasa persaudaraan. 12) Ida Ayu Ratih Stefani, yang telah menjadi teman sekamar saya selama tiga

tahun, memberikan dukungan, serta meminjamkan laptop selama proses penyelesaian skripsi.

13) Teman-teman satu KKP di Desa Cikole dan Kabupaten Bandung Barat, yang telah memberikan semangat dan keceriaan yang tidak terlupakan.

14) Roch Ika, yang telah menjadi pembahas pada seminar saya dan memberikan masukan-masukan terhadap penyelesaian skripsi.

15) Teman-teman satu bimbingan saya, Amel, Uti, dan Bayu serta Teguh yang telah membantu dan memberikan semangat. Terutama untuk Amel yang menjadi teman seperjuangan dan memberikan bantuan terhadap penyelesaian skripsi.

(11)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN JUS DAN

SIRUP BELIMBING MANIS DAN JAMBU BIJI MERAH

(

Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)

SKRIPSI

DEBIE NATALIA FRANCISCA FAUSTA NAPITUPULU H34053315

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(12)

RINGKASAN

DEBIE NATALIA FRANCISCA FAUSTA NAPITUPULU. H34053315. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan YUSALINA).

Salah satu kota yang terkenal akan komoditas buah-buahan adalah kota Depok. Saat ini, kota Depok terkenal sebagai penghasil belimbing manis varietas dewa-dewi, bahkan belimbing manis telah menjadi icon kota Depok sejak tahun 2006. Komoditas unggulan untuk buah-buahan terdiri atas, belimbing manis, jambu biji merah, pisang, pepaya, rambutan, mangga, nangka, dan cempedak. Belimbing manis dan jambu biji merah dapat dikelompokkan berdasarkan grade. Buah belimbing manis dibagi menjadi tiga grade yaitu, grade A, B, dan C. Belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C kurang diminati dibandingkan grade A dan B. Padahal, dari seluruh hasil panen, belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C mencapai 20 persen dari total panen.

Belimbing manis dan jambu biji merah grade C ataupun buah-buahan lain yang tidak laku di pasaran dalam bentuk segar, apabila tidak dimanfaatkan dengan segera akan mengalami kerusakan biologis karena umur simpannya yang singkat, sehingga dapat terbuang. Hal tersebut mengakibatkan penurunan pendapatan petani dari pendapatan yang seharusnya diterima jika keseluruhan belimbing manis dan jambu biji grade C laku terjual. Karena itu, diperlukan suatu usaha mengatasi masalah tersebut yaitu, dengan pengolahan hasil yang dapat membentuk daya tahan dan diversifikasi, sehingga dapat dipasarkan setiap waktu serta mempunyai nilai tambah yang tinggi.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Menganalisis aspek non finansial kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah, yang terdiri atas, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum, (2) Menganalisis aspek finansial kelayakan usaha CV WPIU, dan (3) Menganalisis kepekaan kelayakan usaha CV WPIU terhadap peningkatan biaya usaha yang dominan dan penurunan penjualan jus dan sirup buah.

(13)

iii

Ditinjau dari aspek pasar, usaha pembuatan jus dan sirup buah memiliki potensi dan prospek yang baik. Saat ini, CV WPIU mendapat tawaran untuk memasok produknya ke beberapa supermarket. Produk jus dan sirup yang dihasilkan berada dalam tahap pertumbuhan. Berdasarkan produk, jus dan sirup yang dihasilkan merupakan minuman instan yang memiliki nilai gizi dan atribut yang lengkap seperti, label pada setiap kemasan jus maupun sirup. Dengan demikian, produk yang dihasilkan CV WPIU sudah memiliki kelengkapan untuk memasuki supermarket. Distribusi juga dilakukan sebaik mungkin agar produk dapat sampai ke tangan konsumen dengan tepat waktu. Namun, kegiatan promosi yang dilakukan belum optimal. CV WPIU menetapkan perbedaan harga untuk produk yang dijual secara eceran, grosir, dan untuk ke supermarket.

Ditinjau dari aspek teknis, lokasi usaha CV WPIU berada di salah satu sentra penghasil belimbing manis dan jambu biji merah, dimana hal ini menjamin ketersedian bahan baku buah-buahan yang dibutuhkan dalam proses produksi. Untuk memenuhi permintaan pasar saat ini, CV WPIU berencana untuk meningkatkan kapasitasnya sebesar 150 persen. Proses produksi dilakukan sebaik mungkin untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Dilihat dari aspek manajemen, CV WPIU sudah memiliki struktur organisasi yang sederhana. Namun, CV WPIU mengalami kendala dengan beberapa karyawannya yang kurang memiliki kemampuan dan tanggungjawab. Berdasarkan aspek sosial, dengan adanya usaha ini dapat mempekerjakan masyarakat sekitar dan membantu meningkatkan pendapatan petani, sedangkan berdasarkan aspek lingkungan, limbah yang dihasilkan tidak akan mencemari lingkungan karena bahan baku utamanya adalah buah-buahan. Berdasarkan aspek hukum, usaha ini telah memiliki badan hukum dan memenuhi berbagai perizinan usaha.

Nilai NPV yang dihasilkan selama kurun waktu 10 tahun adalah sebesar Rp 292.938.966 Nilai IRR yang diperoleh yaitu, sebesar 48,95 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu, 14 persen. Net B/C yang diperoleh adalah sebesar 3,09. Hal ini berarti, setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha ini, akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 3,09. Payback period yang diperoleh adalah 3,76 tahun atau sama dengan 3 tahun 7 bulan 4 hari. Hasil analisis switching valuemenunjukkan bahwa usaha ini menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga gula pasir mengalami kenaikan melebihi 18,84 persen, harga botol jus mengalami kenaikan melebihi 20,94 persen, penurunan penjualan jus melebihi 6,09 persen, dan penurunan penjualan sirup lebih dari 10,48 persen.

(14)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN JUS DAN

SIRUP BELIMBING MANIS DAN JAMBU BIJI MERAH

(

Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)

DEBIE NATALIA FRANCISCA FAUSTA NAPITUPULU H34053315

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

(15)

Judul skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)

Nama : Debie Natalia Francisca Fausta Napitupulu

NRP : H34053315

Disetujui, Pembimbing

Dra. Yusalina, MSi NIP. 131 914 523

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082

(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2009

(17)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 19 Desember 1987.

Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Boyke Napitupulu, MSi dan Ibu Asima Nababan.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD RK Budi Mulia I Pematangsiantar dan lulus pada tahun 1999. Sekolah menegah pertama dilalui penulis di SMP RK Bintang Timur Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2002. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA RK Budi Mulia Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SPMB). Pada tahun 2005, IPB pertama kali memberlakukan kurikulum mayor-minor, sehingga pada tahun pertama penulis belum memiliki jurusan dan pada tahun kedua, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

(18)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa barat)”

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha CV Winner Perkasa Indonesia Unggul dari aspek non finansial yaitu, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek lingkungan dan sosial, serta aspek finansial.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Harapan penulis, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.

(19)

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, kasih karuniaNya yang selalu dicurahkan kepada penulis dan juga kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini:

1) Bapak dan Mama yang terus dan tiada hentinya memberikan doa, kasih sayang, cinta, perhatian, dan materi, serta adik-adikku Citra, Benie, Andre yang selalu menyemangati dan mendoakan penulis. Kalian merupakan sumber inspirasi ku dan membuat aku menjadi kuat dan semangat untuk mencapai cita-cita.

2) Dra. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, masukan, saran, dan motivasi yang begitu besar dan sabar kepada para penulis.

3) Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama, yang telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis.

4) Etriya, SP, MM selaku dosen penguji wakil departemen, yang juga telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis.

5) Ir. Yayah K Wagino, Mec selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan selama penulis menjalankan kegiatan perkuliahan.

6) Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Agribisnis yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kegiatan perkuliahan.

7) Ibu Maria sebagai pemimpin CV Winner Perkasa Indonesia Unggul yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian serta seluruh tenaga kerja yang turut membantu.

8) Ompung Tondang, Tante Ate, Uda Angel, Inang Tua Meta, Bapak Tua Meta Tulang-tulangku dan Namboru Dice, sepupu-sepupuku Meta, Debora, Tri, Angel, Laura, Rebecca, Alde, Iren dan Nael, yang memberi dukungan moril maupun materi kepada penulis.

(20)

10) Semua anak AGB 42 khususnya yang baik dan pintar dimana namanya tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas persahabatan, canda, tawa, dan dukungan yang diberikan selama ini khususnya pada saat penyelesaian skripsi dan semoga kita menjadi orang-orang yang sukses.

11) Anak-anak Ananda I khususnya Agnes, Rina, Maria, Melisa, Kamlit, Pesta, Evy, Mei Cing, Devina, dan Vanda yang telah memberikan semangat, dukungan khususnya pada saat penyelesaian skripsi, dan rasa persaudaraan. 12) Ida Ayu Ratih Stefani, yang telah menjadi teman sekamar saya selama tiga

tahun, memberikan dukungan, serta meminjamkan laptop selama proses penyelesaian skripsi.

13) Teman-teman satu KKP di Desa Cikole dan Kabupaten Bandung Barat, yang telah memberikan semangat dan keceriaan yang tidak terlupakan.

14) Roch Ika, yang telah menjadi pembahas pada seminar saya dan memberikan masukan-masukan terhadap penyelesaian skripsi.

15) Teman-teman satu bimbingan saya, Amel, Uti, dan Bayu serta Teguh yang telah membantu dan memberikan semangat. Terutama untuk Amel yang menjadi teman seperjuangan dan memberikan bantuan terhadap penyelesaian skripsi.

(21)

xi

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 29

IV METODE PENELITIAN ... 31

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4.2. Data dan Instrumentasi ... 31

4.3. Metode Pengumpulan Data ... 31

5.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 39

5.2. Profil Perusahaan ... 40

(22)
(23)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai PDB Buah-Buahan dan Kontribusinya terhadap PDB

Hortikultura Indonesia Tahun 2004-2006 ... 1 2. Perkembangan Produksi Buah Unggulan

Kota Depok Tahun 2000-2006 ... 3 3. Jumlah Produksi dan Permintaan CV Winner Perkasa

Indonesia Unggul Tahun 2008 ... 6 4. Pembagian Produk Sari Buah Berdasarkan Total Padatan

Terlarut dan Kandungan Sari Murninya ... 11 5. Kandungan Zat Gizi, Vitamin, dan Mineral dari 100 Gr

Belimbing Manis ... 13 6. Kandungan Zat Gizi, Vitamin, dan Mineral dari 100 Gr

Jambu Biji Merah ... 13 7. Daftar Harga Jus dan Sirup CV Winner Perkasa

Indonesia Unggul Tahun 2008 ... 48 8. Kapasitas Produksi Tahun 2008 dan Kapasitas yang Ingin

Dicapai CV Winner Perkasa Indonesia Unggul... 53 9. Biaya Operasional CV Winner Perkasa

Indonesia Unggul Tahun 1-10... 72 10. Hasil Perhitungan Kriteria Kelayakan Finansial

CV Winner Perkasa Indonesia Unggul ... 74 11. Hasil Analisis Switching Value

CV Winner Perkasa Indonesia Unggul ... 75

(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional ... 30 2. Daur Hidup Produk ... 45 3. Alur Proses Pembuatan Jus dan Sirup

(25)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Rincian Pendapatan Penjualan Tahun1-10 ... 82 2. Rincian Biaya Investasi, Reinvestasi,

Penyusutan, Nilai Sisa... 83 3. Rincian Kebutuhan dan Biaya Bahan

Baku Buah-Buahan Tahun 1-10... 85 4. Rincian Biaya Variabel Selain Buah-Buahan ... 86 5. Rincian Pembayaran Pokok Pinjaman dan Biaya Bunga.... 87 6. Laporan Laba Rugi CV Winner Perkasa

Indonesia Unggul Tahun 1-10... 88 7. Cash FlowCV Winner Perkasa Indonesia Unggul... 90 8. Switching ValueTerhadap Kenaikan

Harga Gula Pasir Sebesar 18,84 Persen ... 92 9. Switching ValueTerhadap Kenaikan

Harga Botol Jus Sebesar 20,94 Persen ... 94 10. Switching ValueTerhadap Penurunan

Penjualan Jus Sebesar 6,09 persen ... 96 11. Switching ValueTerhadap Penurunan

Penjualan Sirup Sebesar 10,48 persen ... 98 12. Jus Belimbing Manis... 100 13. Jus Jambu Biji Merah... 100 14. Sirup Belimbing Manis ... 100 15. Sirup Jambu Biji Merah ... 100 16. Kemasan Botol Jus... 100 17. Filler... 101 18. Panci Besar... 101

(26)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan wilayah tropis, beriklim basah, serta berada di wilayah katulistiwa. Karena itu, Indonesia merupakan wilayah yang subur, sehingga memungkinkan tumbuhnya berbagai macam tumbuhan dengan subur. Kondisi tersebut tentunya sangat mendukung sektor pertanian.

Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang dapat meningkatkan sumber pendapatan petani dan penggerak pemulihan ekonomi pertanian. Hal ini terbukti ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1998, subsektor hortikultura menjadi salah satu penyumbang devisa negara yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang positif.

Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang berperan terhadap pendapatan nasional karena memberikan kontribusi terbesar pada Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura dibandingkan dengan komoditas sayuran, tanaman hias, dan biofarmaka. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa penyumbang terbesar PDB hortikultura adalah komoditi buah-buahan. Walaupun di tahun 2006 kontribusi komoditi tersebut sempat mengalami penurunan sebesar 1,2 persen, komoditi ini tetap memberikan sumbangan terbesar.

Tabel 1. Nilai PDB Buah-buahan dan Kontribusinya terhadap PDB Hortikultura Indonesia Tahun 2004-2006

1. Buah-buahan 30.765 48,95 31.694 51,29 32.896 50.08 2. Sayuran 26.749 42,56 22.629 36,62 24.096 36.69

3. Tanaman

Total 62.845 100 61.791 100 65.677 100

(27)

2

Buah-buahan tropis merupakan komoditas hortikultura yang memiliki prospek yang sangat baik. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin banyaknya masyarakat yang memiliki kepedulian akan pentingnya nilai gizi dari buah-buahan. (Hendro, 2005)

Pada tahun 2005, Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian Republik Indonesia menargetkan bahwa masyarakat Indonesia dapat mengkonsumsi buah sebanyak 73 kg per kapita per tahun. Angka tersebut menunjukkan pencapaian peningkatan konsumsi yang cukup besar untuk dipenuhi. Karena itu, seiring berjalannya waktu kebutuhan akan buah-buahan pun semakin meningkat.

Salah satu kota yang terkenal akan komoditas buah-buahan adalah kota Depok. Saat ini, kota Depok terkenal sebagai penghasil belimbing manis varietas dewa-dewi, bahkan belimbing manis telah menjadi icon kota Depok sejak tahun 2006. Kota Depok merupakan salah satu kota yang memiliki letak cukup strategis untuk dijadikan sebagai salah satu sentra hortikultura. Letak geografis kota Depok berada pada 6,190 – 6,280 LS dan 106,430 BT. Depok merupakan bentangan dataran rendah perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50-140 m di atas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Kondisi lahan kota Depok juga merupakan tanah yang cukup subur (Dinas Pertanian Kota Depok, 2007).

Kota Depok juga berdekatan dengan wilayah DKI Jakarta, tentunya hal ini mendorong meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi kota Depok. Sektor pertanian dalam pembangunan perekonomian kota Depok menjadi salah satu sektor yang dapat diandalkan disamping sektor perbankan, industri pengolahan, transportasi, dan komunikasi.

(28)

mengembangkan agribisnis perkotaan dan ketahanan pangan masyarakat serta meningkatkan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam. Hal ini membuktikan bahwa pemerintahan kota Depok cukup serius dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota yaitu, salah satunya melalui sektor pertanian di perkotaan. Pembangunan pertanian kota Depok juga diarahkan untuk memelihara dan mengupayakan peningkatan ketersediaan dan keamanan pangan khususnya mengantisipasi kompetisi dan diversifikasi permintaan pasar yang selalu menuntut persyaratan mutu dan keamanan produk (Dinas Pertanian Kota Depok, 2007).

Komoditas unggulan kota Depok untuk buah-buahan terdiri atas, belimbing manis, jambu biji merah, pisang, pepaya, rambutan, mangga, nangka, dan cempedak. Perkembangan produksi buah-buahan kota Depok dapat diamati pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Produksi Buah Unggulan Kota Depok Tahun 2000-2005

No. Komoditi Tahun (kw)

2000 2001 2002 2003 2004 2005

1. Belimbing 8.250 5.945 5.945 6.062 6.962 50.514

2. Jambu biji merah 1.776 10.264 10.264 11.053 11.053 35.795

3. Pisang 3.660 17.184 17.184 17.064 20.778 37.546

4. Pepaya 5.545 15.047 15.047 15.580 21.683 33.570

5. Rambutan - 12.763 12.763 28.028 12.762 25.883

6. Mangga 1.225 2.290 2.290 2.290 2.291 4.342

7. Nangka/cempedak 2.075 16.502 16.502 16.525 22.637 17.980

Sumber: Dinas Pertanian kota Depok, 2006

(29)

4

sebagian besar dari petani belimbing manis juga menanam jambu biji merah sebagai produk dampingan

Menurut Dinas Pertanian Kota Depok, tingginya tingkat pertumbuhan produksi buah belimbing manis disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, belimbing manis varietas dewa/dewi merupakan salah satu tanaman yang mudah dibudidayakan. Kedua, terjadinya alih fungsi lahan yang sebelumnya merupakan usaha tani sawah dan sayuran, berubah menjadi perkebunan belimbing manis. Ketiga, adanya dukungan pemerintah kota Depok dengan keluarnya Keputusan Walikota Depok No. 18 Tahun 2003 yang didalamnya memuat peningkatan produktivitas pertanian, pengembangan kelembagaan petani, peningkatan pelayanan sektor pertanian, dan pengembangan potensi unggulan pertanian pada tingkat pencapaian target satu produk potensial berkembang. Faktor yang terakhir adalah seiring dengan berjalannya waktu semakin banyak jenis belimbing manis olahan yang tersedia di pasaran dan pergeseran pemahaman konsumen yang menjadikan buah ini bukan saja sebagai buah meja melainkan diminati karena khasiatnya.

Sentra produksi buah belimbing manis kota Depok tersebar di enam kecamatan yaitu, Sawangan, Pancoran Mas, Sukmajaya, Cimanggis, Limo, dan Beji. Sebagian besar atau pada umumnya petani belimbing manis juga merupakan petani jambu biji merah.

Belimbing manis dan jambu biji merah dapat dikelompokkan berdasarkan grade. Buah belimbing manis dibagi menjadi tiga grade yaitu, grade A, berbobot di atas 250 gr, grade B, 150-250 gr, dan grade C, kurang dari 150 gr atau buah cacat. Buah jambu biji merah juga dibagi menjadi tiga grade yaitu, grade A, berbobot di atas 350 gr, grade B, 250-350 gr, dan grade C, kurang dari 250 gr atau buah cacat. Belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C kurang diminati dibandingkan grade A dan B. Padahal, dari seluruh hasil panen, belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C mencapai 20 persen dari total panen.

(30)

tidak laku di pasaran dalam bentuk segar apabila tidak dimanfaatkan dengan segera akan mengalami kerusakan biologis karena umur simpannya yang singkat, sehingga dapat terbuang. Hal tersebut mengakibatkan penurunan pendapatan petani dari pendapatan yang seharusnya diterima jika keseluruhan belimbing manis dan jambu biji grade C laku terjual.

Karena itu, diperlukan suatu usaha mengatasi masalah tersebut yaitu, dengan pengolahan hasil yang dapat membentuk daya tahan dan diversifikasi sehingga dapat dipasarkan setiap waktu serta mempunyai nilai tambah yang tinggi. Melihat peluang ini, CV Winner Perkasa Indonesia Unggul (CV WPIU) mengolah belimbing manis dan jambu biji grade C menjadi jus dan sirup. Pengolahan belimbing manis dan jambu biji merah grade C menjadi jus dan sirup dapat meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomis, sehingga belimbing manis dan jambu biji merah grade C yang tidak laku dipasaran tidak terbuang. Pengolahan buah menjadi jus dan sirup juga tidak mengubah rasa. Tentunya dengan adanya usaha pengolahan ini dapat membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan petani belimbing manis dan jambu biji merah, karena semua hasil panennya dapat dimanfaatkan atau laku dipasaran, serta tercapainya visi dan misi Dinas Pertanian dan Pemerintah kota Depok.

1.2. Perumusan Masalah

CV WPIU berdiri sejak tahun 2007. Usaha ini menghasilkan olahan buah berupa jus dan sirup. Usaha ini bermula ketika hasil panen belimbing manis dan jambu biji merah grade C yang mencapai 20 persen dari total panen tidak laku dan kurang diminati dipasaran. Pada umumnya, konsumen dan juga pasar swalayan lebih menyukai belimbing manis dan jambu biji merah grade A dan B yang lebih mulus dan bagus, walaupun dari segi kualitas antara grade A, B, dan C tidak ada perbedaan. Hal ini tentu sangat merugikan petani. Buah-buahan ini jika tidak segera dimanfaatkan maka akan mengalami kerusakan nilai biologis dan akhirnya akan terbuang.

(31)

6

Jumlah produksi dan permintaan pasar atas jus dan sirup buah CV WPIU dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Produksi dan Permintaan CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Tahun 2008

Sumber: CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, 2008

Tabel 3 menunjukkan bahwa CV WPIU memproduksi jus dan sirup belimbing manis dengan proporsi yang tertinggi daripada jus dan sirup jambu biji merah. Hal ini dikarenakan, belimbing manis merupakan buah yang hasil produksinya paling tinggi dibandingkan dengan jambu biji merah, belimbing dewa kota Depok memiliki rasa yang lebih enak dan khas di banding belimbing lain, serta belimbing dewa telah menjadi icon kota Depok. Selain itu, dari Tabel 3 kita juga dapat mengetahui bahwa jumlah permintaan pasar terhadap jus dan sirup buah lebih besar daripada jumlah produk yang dapat dihasilkan CV WPIU atau dengan kata lain, CV WPIU masih belum mampu memenuhi permintaan pasar, sehingga peluang pasar masih terbuka lebar. CV WPIU juga memiliki potensi untuk dapat memenuhi permintaan pasar tersebut karena lokasi usaha CV WPIU berada di kecamatan Sawangan yang merupakan salah satu sentra produksi belimbing manis dan jambu biji merah, sehingga ketersediaan bahan baku terjamin.

(32)

CV WPIU menanamkan investasi sebesar Rp 20.000.000 untuk memulai usaha ini. Seiring berjalannya waktu, CV WPIU ingin melakukan pengembangan usaha yaitu, dengan memasuki salah satu supermarket karena adanya tawaran yang datang dari pihak supermarket dan memenuhi permintaan pasar selain supermarket yang belum terpenuhi.

CV WPIU membutuhkan modal yaitu, sekitar Rp 60.000.000 untuk mewujudkan rencana pengembangan usaha ini dimana modal tersebut akan diperoleh dengan melakukan pinjaman ke bank. Selain itu, CV WPIU juga harus mampu meningkatkan kapasitas produksinya agar dapat memasok produknya secara kontiniu ke supermarket dan memenuhi permintaan yang ada. Disamping itu, usaha pengolahan di depok juga masih relatif sedikit dan CV WPIU merupakan usaha pengolahan belimbing manis dan jambu biji merah menjadi jus dan sirup kemasan pertama di kota Depok. Karena itu, analisis kelayakan pengembangan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah ini penting untuk dilaksanakan. Analisis dilakukan untuk menilai apakah pengembangan usaha ini layak untuk dilaksanakan atau tidak agar rencana pengembangan usaha ini tidak mendatangkan kerugian.

(33)

8

Kondisi lingkungan usaha yang tidak pasti atau dapat mengalami perubahan akan mempengaruhi biaya dan manfaat yang diperoleh dalam menjalankan suatu usaha. Ketidakpastian lingkungan usaha ini, tentunya akan berpengaruh terhadap jalannya usaha dimana dapat terjadi perubahan atas biaya-biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diterima seperti, penjualan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah. Karena itu, dibutuhkan suatu analisis untuk mengetahui pengaruh kenaikan biaya yang dominan terhadap kelayakan usaha. Selain itu, analisis terhadap penurunan manfaat yaitu, penurunan penjualan jus dan sirup, juga perlu untuk dilakukan untuk melihat pengaruhnya terhadap kelayakan usaha.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitian yang menarik untuk dikaji yaitu,:

1) Bagaimana kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah dilihat dari aspek non finansial yang terdiri atas, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum?

2) Bagaimana kelayakan usaha CV WPIU dilihat dari aspek finansial?

3) Bagaimana kepekaan kelayakan usaha CV WPIU terhadap peningkatan biaya yang dominan serta penurunan penjualan jus dan sirup buah?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menganalisis aspek non finansial kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup

belimbing dewa dan jambu biji merah yang terdiri atas, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum. 2) Menganalisis aspek finansial kelayakan usaha CV WPIU.

(34)

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan. Manfaat penelitian ini adalah sebagi berikut: 1) Bagi CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, analisis ini dapat digunakan

sebagai masukan dan informasi untuk bahan pertimbangan dalam menjalankan operasional usaha dan dalam membuat kebijakan pengembangan usaha lebih lanjut.

2) Bagi pemerintah, analisis dapat digunakan sebagai masukan untuk mengembangkan dan mendukung usaha pengolahan buah di kota Depok. 3) Bagi penulis, penelitian ini merupakan sarana untuk mengaplikasikan

pengetahuan yang telah diperoleh selama kegiatan kuliah.

4) Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan informasi mengenai kelayakan usaha dari pengolahan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(35)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sari Buah (Jus Buah)

Salah satu bentuk pengolahan buah adalah sari buah yaitu, larutan inti dari daging buah yang diencerkan, sehingga mempunyai cita rasa yang sama dengan buah aslinya (Satuhu, 2004). Sari buah umumnya dibuat dengan cara penghancuran daging buah dan selanjutnya diekstraksi dengan cara pengepresan manual atau dengan menggunakan alat. Ekstraksi yang baik dapat menghindarkan tercampurnya kotoran dan jaringan buah, sehingga flavornya tetap terjaga. Menurut SNI, minuman sari buah merupakan cairan buah yang diekstrak dari bagian buah yang dapat dimakan, baik dengan penambahan air atau tidak, yang siap untuk diminum.

Pemurnian sari buah bertujuan untuk menghilangkan sisa serat yang berasal dari buah dengan cara penyaringan atau pengendapan dengan kecepatan tinggi. Proses ini dapat memisahkan sari buah dari serat-serat berdasarkan perbedaan kerapatan. Proses ini dilakukan untuk menghindarkan terjadinya pengendapan jika sari buah telah dibotolkan (Potter dan Hotchkiss, 1995). Dilakukan proses deaerasi untuk mengurangi terjadinya kerusakan vitamin C dan kerusakan lain yang disebabkan oleh adanya oksigen, sehingga udara dalam sari buah dapat berkurang. Proses pasteurisasi biasanya dilakukan untuk membunuh mikroba yang dapat menyebabkan fermentasi dan untuk menginaktifkan enzim. Sari buah kemudian dimasukkan ke dalam botol yang telah disterilkan. Botol kemudian ditutup dan dipasteurisasi kembali. Penambahan zat kimia sering dilakukan untuk meningkatkan daya awet sari buah (Potter dan Hotchkiss, 1995).

Satuhu (2004) menjelaskan bahwa perdagangan internasional membedakan produk sari buah berdasarkan kandungan total padatan terlarut (TPT) dan kandungan sari buah murninya. Penggolongan ini dikenal fruit syrup,

crush, cordial, unsweetened juice, ready served fruit beverage, nectar, Squash

(36)

Tabel 4. Pembagian Produk Sari Buah Berdasarkan Total Padatan Terlarut dan Kandungan Sari Buah Murninya

Produk Sari Buah TPT (%) Sari Buah Murni (%)

Fruit syrup 65 25

Crush 55 25

Cordial 30 25

Unsweetened juice Alami 100

Ready served fruit beverage 10 5

Nectar 15 20

Fruit juice concentrate 32 100

Squash 30 25

Sumber: Satuhu (2004)

Dewasa ini, minuman berupa sari buah mulai digemari pada kalangan tertentu. Selain warnanya yang menggiurkan dan menggugah selera, rasanya menyegarkan dan dapat menghilangkan dahaga. Konsistensi sari buah juga lebih menguntungkan bila dilihat dari asupan gizi. Asupan buah dapat lebih tinggi karena sifatnya yang cair, sehingga dengan sendirinya asupan zat-zat gizi dan substansi penting lainnya akan meningkat (Wirakusumah, 1996).

2.2. Sirup

Sirup adalah sejenis minuman ringan berupa larutan kental dengan cita rasa beraneka ragam. Berbeda dengan sari buah, sirup penggunaannya tidak langsung diminum tetapi harus diencerkan terlebih dahulu. Pengenceran diperlukan karena kandungan gulanya tinggi, yakni sekitar 65 persen.

Pada dasarnya, sirup terbuat dari larutan gula yang kental dan untuk menambah rasa sering disertai penambah rasa, pewarna, asam sitrat, asam tartat, atau asam laktat. Berdasarkan bahan bakunya, sirup dibedakan menjadi sirup esens, sirup glukosa, dan sirup buah-buahan.

(37)

12

Sirup glukosa hanya mempunyai rasa manis saja, karena itu sering diberi nama gula encer. Sirup ini pada umumnya tidak langsung dikonsumsi untuk minuman. Penggunaanya lebih merupakan bahan baku industri minuman, sari buah, dan sebagainya. Sirup glukosa dapat dibuat dari tepung kentang, tepung jagung, dan tepung beras.

Sirup buah-buahan rasa dan aromanya ditentukan oleh bahan dasarnya, yakni buah segar. Di pasaran banyak kita jumpai berbagai macam sirup buah. Jenisnya antara lain sirup nanas, sirup jambu biji, sirup mangga, sirup melon, sirup markisa, dan lain sebagainya (Satuhu, 2004).

2.3. Belimbing Manis

Belimbing manis (Averrhoa carambola L) merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia. Meskipun belimbing bukan tanaman asli Indonesia, belimbing sudah sangat lama berkembang di Indonesia. Pada umumnya, belimbing ditanam dalam bentuk kultur pekarangan (Sunarjo, 2004).

Pertumbuhan belimbing manis dipengaruhi jenis tanah, sinar matahari, dan pemupukan. Pada dasarnya belimbing dapat tumbuh pada semua jenis tanah, baik tanah berpasir, pasir berlempung, lempung, maupun lempung berpasir. Namun, jika tanahnya tidak sesuai maka tanaman belimbing tidak tumbuh optimal atau tidak berbuah lebat. Tanaman belimbing dapat tumbuh optimal pada tanah lempung dengan curah hujan sedang yaitu, 1.500-2.500 milimeter per tahun dan memiliki pH tanah 5,5-6 (Sunarjo, 2004).

(38)

Tabel 5. Kandungan Zat Gizi, Vitamin, dan Mineral dari 100 Gr Belimbing Manis

No Jenis Satuan Jumlah

1 Kalori Kal 35,00

2 Protein Gr 0,50

3 Lemak Gr 0,70

4 Kalsium Mg 8,00

5 Fosfor Mg 22,00

6 Besi (Fe) Mg 0,80

7 Vitamin A UI 18,00

8 Vitamin B Mg 0,03

9 Vitamin C Mg 33,00

Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok, 2007

2.4. Jambu Biji

Jambu biji (Psiduium guajava L) merupakan jenis buah-buahan yang ikut serta dalam peningkatan kesehatan masyarakat, peningkatan penghasilan petani, dan membangun agroindustri yang modern. Buahnya mengandung vitamin A dan C yang tinggi. Kandungan tiap 100 gr daging buah jambu biji dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan Zat Gizi, Vitamin, dan Mineral dari 100 Gr Jambu Biji

No Jenis Satuan Jumlah

1 Kalori Kal 49,000

2 Protein Gr 0,900

3 Lemak Gr 0,300

4 Hidrat arang Gr 12,200

5 Kalsium Mg 14,000

6 Fosfor Mg 28,000

7 Besi (Fe) Mg 1,100

8 Vitamin A UI 25,00

9 Vitamin B Mg 0,002

(39)

14

Buah jambu biji yang masih muda, warnanya hijau tua, dan berubah menjadi hijau muda hingga kekuning-kuningan bila sudah mendekati masaknya. Buah yang sudah masak, lunak dagingnya, mudah rusak, dan membusuk. Buah yang sudah tua atau masak bilamana jatuh, dari luarnya nampak benar, maka kerusakan tadi tampak sebagai pembusukan. Buah jambu biji yang dipetik ketika masih muda, tidak dapat ditingkatkan kematangannya dengan pemeraman. Walaupun ada perubahan warna, rasanya tetap tidak enak dan daging luarnya kasar.

Jambu biji juga mampu menurunkan kadar kolestrol dalam tubuh dan berguna untuk penderita demam berdarah, karena buah ini mengandung zat likopeten yang mampu mengendalikan produksi kolestrol jahat. Daunnya juga dapat digunakan untuk obat diare dan pewarnaan serta penyamakan kulit binatang (Dinas Pertanian Kota Depok, 2008).

2.5. Penelitian Terdahulu

Endrodewo (1998) melakukan penelitian mengenai analisis finansial agribisnis mangga model pembiayaan KKPA di Jawa Barat. Hasil analisis dengan

discount rate 16 persen pada perkebunan mangga Arumanis skala 20 hektar menghasilkan NPV, IRR, Net B/C dan, PBP masing-masing Rp 1.075.673.263; 19,03 persen; 1,3; dan 9,2 tahun. Dengan demikian, berdasarkan kriteria kelayakan finansial, usaha perkebunan mangga Arumanis, baik dalam skala 20 dan 40 hektar layak untuk diusahakan.

Analisis finansial perkebunan mangga Gedong skala 20 hektar

menghasilkan NPV, IRR, Net B/C, dan PBP masing-masing sebesar Rp 323.255.632; 17,88 persen; 1,2 dan 8,6 tahun. Dengan demikian, berdasarkan

kriteria kelayakan finansial, usaha perkebunan mangga Gedong, baik dalam skala 20 dan 40 hektar layak untuk diusahakan.

(40)

jual Rp 33.000. Analisis kelayakan pada kondisi dengan tingkat suku bunga 25 persen menunjukkan NPV Rp 22.629.547, nilai IRR nya 61,13 persen, nilai net B/C sebesar 1,9, nilai PBP adalah 0,62 tahun, sedangkan BEP produksinya akan tercapai pada penjualan 1.694,94 kilogram atau pada nilai penjualan Rp 54.448.000. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan pada kenaikan biaya produksi sebesar 18 persen dan penurunan harga jual sampai 13 persen usaha masih layak untuk dilaksanakan.

Penelitian Sidauruk (2005) tentang perbandingan efektivitas biaya dan kelayakan finansial industri kecil tahu di kota Bogor, menunjukkan hasil perhitungan finansial, industri kecil tahu Bandung ”Selaeman” dan tahu Sumedang ”Kelana Jaya” untuk skenario 1 dan skenario 2 dengan menggunakan dua tingkat diskonto yaitu, 14,67 persen dan 17,48 persen layak untuk diusahakan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV, Net B/C, dan IRR yang diperoleh memenuhi syarat kelayakan usaha.

Rustiana (2008) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pengolahan puree mangga pada CV. Promindo Utama, Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Tujuan penelitan tersebut adalah untuk menganalisis kelayakan usaha dari aspek non finansial dan aspek finanasial. Berdasarkan aspek non finansial, seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, dan lingkungan usaha ini layak untuk

dilaksanakan. Hasil analisis finansial menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 346.825.522, nilai IRR lebih besar dari discount rate, yaitu sebesar 87,26

persen, nilai Net B/C yang lebih besar dari satu yaitu, 6,14, dan payback periode

yang diperoleh lebih singkat dari umur proyek yaitu, selama dua tahun 2,6 bulan. Karena itu, secara aspek finansial usaha ini layak untuk dilaksanakan.

Mahasin (2007) melakukan penelitian mengenai analisis brand equity

(41)

16

hasil analisis, pengaruh langsung dari elemen brand awareness dan brand image

yaitu, sebesar 69 dan 100 persen. Brand knowledgeABC diukur oleh komponen

brand building tools and objectives, yaitu elemen choosing brand element,

developing marketing program, dan elemen leverage of secondary association. Ketiga elemen tersebut memiliki pengaruh langsung terhadap brand awareness

ABC yaitu, masing-masing sebesar 75 persen, 63 persen, dan 92 persen. Bauran pemasaran yang perlu dijalankan adalah melakukan repositioning, mempertahankan harga, menjaga kontinuitas produk di pasaran, memberikan

souvenirpembelian, dan mengadakan undian berhadiah.

Sari (2008) melakukan penelitian mengenai strategi pemasaran jus jambu biji merah Kelompok Wanita Tani Turi di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Penelitan ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran jus, mengidentifikasi penerapan bauran pemasaran, dan merumuskan alternatif strategi pemasaran yang efektif pada KWT Turi. Hasil analisis matriks IE menempatkan KWT Turi pada kuadran V, yaitu strategi hold and maintain. Strategi yang bisa diterapkan pada posisi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan hasil analisis SWOT alternatif strategi yang dapat dijalankan KWT Turi adalah, mempertahankan kualitas dan keunggulan, meningkatkan kegiatan promosi, meningkatkan kapasitas usaha, melakukan diversifikasi produk, serta pengelolaan manajemen yang profesional.

Utami (2008) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha minuman instan berbasis tanaman obat di Koleksi Taman Obat dan Spa Kebugaran Syifa, Bogor. Penelitan ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha dari aspek non finansial dan aspek finanasial. Berdasarkan aspek non finansial, seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum usaha ini layak untuk dilaksanakan, sedangkan aspek finansial usaha ini tidak layak untuk dilaksanakan karena proses usaha yang akan terjadi selama kurun umur proyek akan menghasilkan kerugian. Oleh sebab itu, perlu adanya perbaikan usaha.

(42)
(43)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

3.1.1. Studi Kelayakan

Studi kelayakan adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu ide bisnis tentang layak atau tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan. Studi kelayakan bila diletakkan pada objek pendirian sebuah usaha baru disebut studi kelayakan proyek. Namun, jika objeknya adalah pengembangan usaha (usaha sudah berjalan, namun direncanakan ada pengembangan) maka disebut studi kelayakan bisnis (Subagyo, 2007).

Adapun tujuan dari studi kelayakan bisnis adalah untuk mengetahui apakah suatu proyek/bisnis akan untung atau rugi, dengan kata lain untuk memperkecil tingkat risiko kerugian yang memastikan bahwa investasi yang dilakukan memang menguntungkan. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat investasi yang terdiri atas:

1) Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (sering juga disebut sebagai manfaat finansial).

2) Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga manfaat ekonomi nasional).

3) Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek.

Menurut Gittinger (1986), pada proyek pertanian ada enam aspek yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan, yaitu:

1) Aspek Pasar

Terdiri atas permintaan, penawaran, harga, program pemasaran yang akan dilaksanakan, serta perkiraan penjualan.

2) Aspek Teknis

(44)

3) Aspek Manajemen

Terdiri atas manajemen pada masa pembangunan, yaitu pelaksanaan proyek, jadwal penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek, serta manajemen pada saat operasi yaitu, bentuk organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.

4) Aspek Hukum

Terdiri atas bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, akta, sertifikat, dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha.

5) Aspek Sosial Lingkungan

Terdiri atas pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, peluang kerja, dan pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan.

6) Aspek Finansial

Terdiri atas pengaruh-pengaruh finansial pada proyek. Pengaruh-pengaruh tersebut berbentuk biaya-biaya, manfaat-manfaat, dan perubahan-perubahan yang berpengaruh terhadap manfaat dan biaya yang diperoleh perusahaan.

Menurut Gray (1992) tujuan dilakukannya analisis proyek adalah:

1) Mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek.

2) Menghindari pemborosan sumber daya.

3) Memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan. 4) Menentukan prioritas

3.1.2. Aspek Studi Kelayakan

(45)

20 Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), secara umum aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan proyek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek finansial, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi, dan aspek sosial. Namun, belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti. Aspek-aspek yang akan diteliti terlebih dahulu harus ditentukan dalam menentukan studi kelayakan. Penelitian ini, akan mengkaji mengenai aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, aspek hukum, serta aspek finansial.

1) Aspek Pasar

Pasar adalah titik pertemuan antara permintaan dan penawaran barang dan jasa, sehingga tercapai kesepakatan dalam transaksi (Subagyo, 2007). Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan oleh proyek tersebut. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), aspek pasar mempelajari tentang:

a) Permintaan

Permintaan adalah kegiatan yang didukung oleh daya beli atau akses untuk membeli. Artinya, permintaan akan terjadi apabila didukung oleh daya kemampuan yang dimiliki konsumen untuk membeli serta adanya akses untuk memperoleh barang atau jasa yang ditawarkan. Hal ini pula yang sangat menentukan permintaan itu sendiri.

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang dan jasa antara lain, harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan substitusi atau komplementer, pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan akses untuk memperoleh barang atau jasa yang ditawarkan (Kasmir dan Jakfar, 2006).

b) Penawaran

(46)

atau komplementer, teknologi, harga input, tujuan perusahaan, atau akses (Kasmir dan Jakfar, 2006).

c) Program Pemasaran

Program pemasaran meliputi empat aspek bauran pemasaran (marketing mix) yaitu, produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion) (Umar, 2005).

d) Pangsa Pasar (Market Share) Perusahaan

Pangsa pasar (market share) merupakan proporsi dari keseluruhan pasar potensial yang diharapkan dapat diraih oleh proyek yang bersangkutan. Pasar potensial adalah keseluruhan jumlah produk atau sekelompok produk yang mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu pada suatu periode tertentu. Dalam hal ini, meliputi variabel yang dapat dikontrol oleh calon investor yaitu, marketing mix, dan kemampuan manajemen lainnya, serta variabel yang tidak dapat dikontrol oleh calon investor (Husnan dan Suwarsono, 2000).

2) Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengorganisasian setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono, 2000). Penilaian kelayakan terhadap aspek ini penting dilakukan sebelum suatu proyek dijalankan. Penentuan kelayakan teknis perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis atau operasi, sehingga jika tidak dianalisis dengan baik akan berakibat fatal bagi perusahaan dimasa yang akan datang (Kasmir dan Jakfar, 2006)

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek teknis antara lain:

a) Lokasi Proyek

(47)

22 diperhatikan dalam pemilihan lokasi proyek. Variabel ini dibedakan ke dalam dua golongan besar yaitu, variabel utama (primer) dan variabel bukan utama (sekunder). Penggolongan ke dalam kedua kelompok tersebut tidak mengandung kekakuan artinya, dimungkinkan untuk berubah golongan sesuai dengan ciri utama output dan proyek bersangkutan. Variabel-variabel utama (primer) tersebut yaitu, ketersediaan barang mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Variabel-variabel sekunder terdiri dari, hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat (adat istiadat), serta perencanaan masa depan perusahaan.

b) Skala Operasional atau Luas Produksi

Skala operasi atau luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Pengertian kata ”seharusnya” dan ”keuntungan yang optimal”, mengandung maksud untuk mengkombinasikan faktor eksternal dan faktor internal perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan luas produksi yaitu, batasan permintaan, persediaan kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen, serta kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang.

c) Layout Atau Tata Letak Alur Produksi

Layoutmerupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan demikian, pengertian layout mencakup layout site (layout lokasi proyek), layout

pabrik, layout bangunan bukan pabrik dan fasilitas-fasilitasnya. Dalam

layout pabrik terdapat dua tipe utama yaitu, layout fungsional (layout process) dan layoutProduk (layoutgaris).

d) Pemilihan Jenis atau Teknologi Peralatan

(48)

mentah yang digunakan, keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut ditempat lain yang memiliki ciri-ciri mendekati lokasi proyek, kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat, dan kemungkinan pengembangannya serta pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih sebagai akibat keusangan.

3) Aspek Manajemen

Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari merencanakan, sampai dengan mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian juga dengan struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan proyeknya (Kasmir dan Jakfar, 2006).

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), hal-hal yang dipelajari dalam aspek manajemen antara lain:

a) Manajemen dalam Masa Pembangunan Proyek

Manajemen proyek adalah sistem untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi pembangunan proyek dengan efisien. Manajemen proyek harus dapat menyusun rencana pelaksanaan proyek dengan mengkoordinasi berbagai aktivitas atau kegiatan dan pengguaan sumber daya agar secara fisik proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya (Kasmir dan Jakfar, 2006). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen masa pembangunan proyek yaitu, pelaksana proyek tersebut, jadwal penyelesaian proyek, dan pihak yang melakukan studi masing-masing aspek.

b) Manajemen dalam Operasi

(49)

24 4) Aspek Finansial

Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Suwarsono, 2000). Menurut Kasmir dan Jakfar (2006), penelitian dalam aspek finansial dilakukan untuk menilai biaya-biaya yang akan dikeluarkan dan juga meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika proyek dijalankan. Penelitian ini meliputi, lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga jika dihitung dengan formula penilaian investasi akan sangat menguntungkan. Hal-hal yang mendapatkan perhatian dalam penelitian aspek ini antara lain :

a) Biaya Kebutuhan Investasi

Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk membeli aset-aset yang dibutuhkan usaha tersebut. Aset-aset ini biasanya berupa aset tetap yang dibutuhkan perusahaan mulai dari pendirian hingga dapat dioperasikan. Karena itu, dalam melakukan investasi dibutuhkan biaya investasi yang digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan investasi tersebut. Biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis usaha yang akan dijalankan. Secara umum, komponen biaya terdiri atas, biaya prainvestasi, biaya pembelian aktiva, dan biaya operasional (Kasmir dan Jakfar, 2006).

b) Sumber-Sumber Dana

(50)

dengan jangka waktu penggunaan dana). Sumber-sumber dana yang utama terdiri dari, modal sendiri yang disetor oleh pemilik perusahaan, penerbitan saham di pasar modal, obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan dijual di pasar modal, kredit bank, leasing dari lembaga keuangan nonbank, dan project finance(Husnan dan Suwarsono, 2000). c) Aliran Kas (Cash Flow)

Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk ke perusahaan dan jenis pemasukan tersebut. Cash flowjuga menggambarkan berapa uang yang keluar serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar, 2006). Aliran kas penting digunakan dalam akuntansi karena laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih, dan yang relevan bagi para investor adalah kas bukan laba. Aliran kas yang berhubungan dengan suatu usaha dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu, aliran kas permulaan (initial cash flow), aliran kas operasional (operational cash flow), dan aliran kas terminal (terminal cash flow). Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi pada awal periode merupakan aliran kas permulaan. Aliran kas yang timbul selama operasi usaha disebut aliran kas operasional, sedangkan aliran kas terminal adalah aliran kas yang diperoleh ketika usaha berakhir (Husnan dan Suwarsono, 2000).

5) Aspek Hukum

Aspek hukum akan membahas masalah kelengkapan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki. Kelengkapan dokumen usaha sangat penting, karena merupakan dasar hukum yang harus dipegang apabila di kemudian hari timbul masalah (Kasmir dan Jakfar, 2006). 6) Aspek Sosial dan Lingkungan

(51)

26 3.1.3. Analisis Kelayakan Investasi

Menurut Kasmir dan Jakfar (2006), dalam menentukan layak atau tidaknya suatu investasi, yang ditinjau dari aspek keuangan, perlu dilakukan pengukuran dengan berbagai kriteria. Kriteria ini sangat bergantung dari kebutuhan masing-masing usaha dan metode mana yang digunakan. Setiap metode yang digunakan mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Karena itu, dalam penilaian kelayakan suatu usaha hendaknya digunakan beberapa metode sekaligus, agar dapat memberikan hasil yang lebih sempurna. Kriteria-kriteria tersebut biasa disebut dengan nama kriteria investasi.

Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu usaha. Untuk mengukur manfaat proyek dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan menggunakan perhitungan berdiskonto dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money

yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan suatu teknik yang dapat ”menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang, sedangkan perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu: ukuran-ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima (Gittinger, 1986).

Konsep nilai waktu uang(Time Value of Money) menyatakan bahwa nilai sekarang (present value) adalah lebih baik dari nilai yang sama pada masa yang akan datang (future value). Ada dua sebab yang menyebabkan hal ini terjadi, yaitu: time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa yang akan datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki sekarang memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et al. 1999).

Gambar

Tabel 1.  Nilai PDB Buah-buahan dan Kontribusinya terhadap PDB Hortikultura   Indonesia Tahun 2004-2006
Tabel 2.  Perkembangan Produksi Buah Unggulan Kota Depok Tahun 2000-2005
Tabel 3.  Jumlah Produksi dan Permintaan CV Winner Perkasa Indonesia Unggul      Tahun 2008
Tabel 4.   Pembagian Produk Sari Buah Berdasarkan Total Padatan Terlarut dan    Kandungan Sari Buah Murninya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peubah yang diukur dengan menggunakan model ini adalah perubahan luas situ, perubahan penggunaan lahan dan pertumbuhan penduduk tahun 1991..

Oleh karena itu, sangat minim sekali kasus-kasus pada perbankan syariah yang diselesaikan melalui jalur litigasi, hal ini dapat dilihat dari minimnya perkara sengketa ekonomi

Fakultas ilmu komputer dalam komunikasi antar sivitas akademika masih mengguna konvensional seperti masih menggunakan undangan untuk rapat dan undangan diletakan

indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik. b) Menyajikan materi sebagai pengantar. Penyajian materi

Desa Penundan adalah salah satu desa yang memiliki permasalahan terhadap sampah. Salah satu upaya penanganan masalah sampah yaitu melalui pendirian Bank Sampah Kita Sejahtera.

Up to 18 characters (including numbers, currency sym bol, com mas and negative signs) If no decimal entered, M YOB Accounting appends ‘.00’.. If m ore than 2 decim als, the amount

Salah satu unsur atau jenis pajak penghasilan adalah pajak penghasilan (PPh) pasal 21 yang dipotong atas penghasilan kena pajak, yaitu penghasilan sehubungan

saat melakukan tugas mendidik prak- tikan. Hal ini disebabkan tidak ada deskrispi rinci dan tertulis dari pihak kampus apa yang harus dilakukan guru pamong.