36
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Bulan November 2003 sampai dengan Bulan Mei 2004. Lokasi penelitian dilaksanakan di Kota Depok (Gambar 4).
3.2. Penentuan Sampel dan Responden
Teknik penetapan lokasi situ dilakukan secara non acak terpilih (purposive
sampling) di daerah suburban (desakota) yaitu Kota Depok yang berbatasan langsung dengan Kota Jakarta dengan asumsi bahwa wilayah ini mengalami perubahan penggunaan lahan yang pesat akibat perembetan kenampakan perkotaan DKI Jakarta sehingga mempengaruhi luas situ. Pemilihan lokasi juga dilakukan pada daerah yang mengalami perubahan penggunaan lahan dengan luas situ lebih besar dari 5 hektar. Pembenaran ini dilakukan atas dasar pertimbangan dalam ketelitian pengukuran luas situ secara spasial dan ketersediaan data. Situ yang terpilih berjumlah 7 (tujuh) situ tersebar di Kecamatan Cimangggis 5 situ (Situ Cilangkap, Rawa Kalong, Pedongkelan, Tipar, dan Situ Jatijajar), Kecamatan Sukmajaya 1 situ (Situ Cilodong) serta Kecamatan Pancoran 1 situ (Situ Citayam). Distribusi ke tujuh situ tersebut terlihat pada Gambar 4. Adapun dalam pemilihan gambar terhadap seluruh situ tersebut diperoleh dari peta citra landsat tahun 1991. Sebaran situ terlihat jelas pada peta citra landsat tahun 1991 bila dibandingkan dengan peta citra landsat tahun 1997 dan 2001.
Unit data yang dianalisis adalah desa/kelurahan yang berbatasan langsung dengan situ. Teknik pengambilan data dan informasi terhadap masyarakat
23
dilakukan secara non acak terpilih (purposive sampling). Responden adalah
penduduk yang memiliki ketergantungan terhadap situ atau penduduk yang memanfaatkan situ yang berada di Daerah Tangkapan Air (DTA) situ. Pengambilan contoh dikumpulkan sebanyak 10% dari jumlah rumah tangga yang berada di wilayah cakupan situ yang mengalami konversi. Jumlah responden di masing-masing daerah tangkapan (DTA) wilayah situ dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Responden di Masing-masing DTA Wilayah Situ
Jenis Situ Nama Situ
Jumlah Penduduk di DTA situ (orang) Jumlah Sampel (10% dari Jumlah Penduduk) (orang) Total per Kelompok (orang) Total Sampel (orang) Cilodong 136 14
Situ yang relatif
Alami Jatijajar 247 25 38 Cilangkap 267 27 Citayam 241 24 Pedongkelan 256 26 Rawakalong 273 27 Situ yang Terpengaruh oleh Aktifitas Manusia Tipar 252 25 129 167
Sedangkan penetapan Daerah Tangkapan Air (DTA ) situ adalah wilayah yang memiliki keterkaitan langsung terhadap situ yang membentuk suatu ekosistem. Faktor-faktor yang memiliki keterkaitan tersebut meliputi hidrologi, kelerengan, tata guna lahan dan manusia.
3.3. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung (observasi), wawancara dan pengumpulan data sekunder seperti disajikan pada Tabel 4.
24
Tabel 4. Jenis data dan metode pengumpulannya
No Sumber data Parameter Jenis Data
A Data Sekunder 1. Data spasial
2. a. Peta topografi Kota Depok tahun 1990 dan 2000 skala 1:10.000
b. Citra Landsat tahun 1991 c. Citra Landsat tahun 1997 d. Citra Landsat tahun 2001
Luas dan jenis penggunaaan lahan
Ketinggian lokasi situ
DS
3. RTRW/RUTR Kota Depok Luas situ Karakteristik situ
Jenis tanah
DS 4. Data Statistik
a. Potensi Desa tahun 1990, 1996, 2000 b. Kecamatan dalam angka tahun
1991,1993,1996,1998,2001
c. Kota Depok dalam angka tahun 1990 dan 2001
Jumlah penduduk desa Iklim
Jarak desa ke kec. yang membawahi
Jarak desa ke kab. yang membawahi
Jarak desa ke kab terdekat
DS
5. Laporan penelitian yang terkait dengan
objek penelitian Data biofisik situ DS 6. Inventarisasi situ se Jabotabek Dinas
Binamarga dan Pengairan PIPWCC dan Dinas PU Kab. Bogor
Luas Situ DS
B Data Primer
1 Kuesioner Karakteristik responden: umur, tingkat pendidikan dan pendapatan
W Persepsi terhadap eksistensi situ: fungsi situ
Pemanfaatan situ untuk sumber air baku, perikanan, rekreasi, pembuangan limbah
W
2 Observasi
Keanekaragaman hayati di areal situ: vegetasi di DTA dan di perairan situ
W,O Kondisi pintu air situ W,O Jarak situ ke jalan aspal W,O Keterangan:
25 Gambar 2. Peta Distribusi Situ di Wilayah Penelitian
Lokasi Situ Situ Pedongkelan Situ Tipar Situ Cilodong Situ Cilangkap Situ Jatijajar
Situ Rawa Kalong
36 3.4. Analisis Data
3.4.1. Analisis Dinamika Perubahan Pemanfaatan Lahan di Kawasan Situ
Analisis dinamika perubahan pemanfaatan lahan di sekitar kawasan situ (DTA situ) dan perubahan luas situ dilakukan secara deskriptif. Adapun daerah tangkapan air situ diukur dari titik terluar badan air situ sejauh 100 m ke arah luar. Pengumpulan data penggunaan lahan dan luas situ dilakukan pada tiga titik waktu yaitu tahun 1991,1997 dan tahun 2001 dilakukan melalui interpretasi citra penginderaan jauh. Pelaksanaan interpretasi citra dilakukan dalam tiga tahap: 1. Tahap persiapan
Tahap ini meliputi tahap studi pustaka dan pengumpulan data penginderaan jauh (berupa citra landsat) tahun 1991, 1997 dan tahun 2001 dan data penunjang (Peta Rupa Bumi tahun 1990 & 2000 dan Peta Penggunaan Lahan Kota Depok).
2. Tahap interpretasi, uji lapang dan interpretasi ulang
Kegiatan interpretasi meliputi interpretasi perubahan penggunaan lahan dan luas situ, penggambaran peta tematik hasil interpretasi, memplot data tematik ke peta kerja (hasil digitasi), pengeditan dan pelabelan peta tematik.
Kegiatan uji lapang dengan melakukan pengecekan hasil interpretasi citra berupa tutupan lahan dengan pengamatan maupun pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan GPS untuk menentukan lokasi suatu titik. GPS adalah sistem pencarian posisi dengan akurasi tinggi berbasis satelit dan dapat diakses oleh siapapun dan dimanapun di seluruh permukaan bumi.
Berikutnya interpretasi ulang bertujuan untuk menilai ulang dan memperbaiki data awal yang salah setelah pengecekan lapangan serta menambah
27
atribut yang kurang. Kegiatan ini meliputi tutupan lahan, perbaikan basis data dan perbaikan peta-peta tematik.
Perbedaan penarikan batas satuan lereng, tutupan lahan hasil interpretasi dengan kenyataan di lapangan dikoreksi melalui interpretasi ulang. Dengan demikian kesalahan penarikan batas satuan lahan akan dapat diatasi.
3. Tahap penyajian hasil
Penyajian hasil dan analisis peta tematik dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) melalui proses tumpang tindih terhadap peta tematik yaitu peta penggunaan lahan dan luas situ.
Selanjutnya data olahan tersebut dianalisis untuk mengetahui:
a. Kondisi dan penyebaran berbagai jenis penggunaan lahan di sekitar kawasan situ
b. Identifikasi adanya alih fungsi lahan pada suatu periode waktu tertentu. c. Hubungan antara alihfungsi lahan dengan karakteristik situ, dengan
mengkaji perubahan penggunaan lahan selama kurun waktu tertentu, perkembangan penduduk dan luasan kawasan situ.
3.4.2. Teknik Pendugaan Pertumbuhan
Pendugaan pertumbuhan secara matematis dapat diduga dengan fungsi
pertumbuhan atau peluruhan (growth/decay function) dari segala aspek. Model ini
dapat digunakan untuk menduga perubahan seiring dengan waktu. Model pertumbuhan umum menggunakan persamaan sebagai berikut :
Pertumbuhan = (t1-t0)/t0
28
t1 = data pada tahun akhir
Ada 2 (dua) model pertumbuhan yang sering dipakai yaitu (1) discrete
time model dan (2) continuous time model. Model discrete time didasarkan pada asumsi bahwa pertumbuhan terjadi secara agregat dengan laju pertumbuhan yang relatif konstan, dengan persamaan sebagai berikut:
Pt = Po (1+a)t
Dimana: Pt = data pada tahun akhir
Po = data pada tahun awal
a = rata-rata penambahan/pengurangan
Model ini digunakan untuk menduga laju perubahan luas situ dan perubahan penggunaan lahan periode tahun 1991 sampai dengan tahun 2001.
Sedangkan continuous time model terdiri dari 3 (tiga) model yaitu :
1. Model Pertumbuhan Linier
Model ini merupakan model pendugaan pertumbuhan dengan menggunakan asumsi bahwa perubahan laju pertumbuhan relatif konstan.
2. Model pertumbuhan eksponensial.
Model ini merupakan model pertumbuhan yang didasarkan pada asumsi bahwa persentase laju pertumbuhan relatif berubah.
t Pt
29
3. Model Pertumbuhan Jenuh.
Model ini merupakan model pertumbuhan dengan asumsi bahwa laju dan persentase pertumbuhan senantiasa berubah, dimana ada satu titik tertentu saat
pertumbuhan akan berhenti/jenuh bahkan turun (leveling off).
Peubah yang diukur dengan menggunakan model ini adalah perubahan luas situ, perubahan penggunaan lahan dan pertumbuhan penduduk tahun 1991
hingga 2001. Model terbaik dipilih berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2)
terbesar. Umumnya model yang baik memiliki R2 yang cukup tinggi, yaitu
mendekati 1.
3.4.3. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Luas Situ.
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua peubah yang diasumsikan berpengaruh terhadap perubahan luas situ, sebagai salah satu pertimbangan dalam melihat ada atau tidaknya hubungan sebab akibat antar peubah tersebut. Dalam analisis korelasi sederhana, keeratan hubungan antara dua peubah akan ditunjukkan apakah berkorelasi positif, negatif atau tidak
t Pt Pt = Po exp ( át) t Pt Pt = (W exp (á + ât))/ (1+ exp (á + ât))
30
berkorelasi. Dua peubah dinyatakan berkorelasi positif bila memiliki kecenderungan yang searah. Sebaliknya, jika kedua peubah tersebut berkorelasi negatif dinyatakan memiliki kecenderungan tidak searah (berbanding terbalik). Dua peubah disebut tidak berkorelasi atau tidak memiliki hubungan sama sekali jika nilai koefisien korelasi mendekati nol. Hal ini berarti perubahan nilai pada salah satu peubah tidak diikuti oleh perubahan pada peubah lainnya.
Koefisien korelasi yang menyatakan besarnya hubungan antara dua peubah dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
( )( )
[
]
( )
[
∑
∑
−∑
]
∑
[
∑
∑
−( )
∑
]
− = 2 2 2 2 i i i i i i i i xy y y n x x n y x y x n r dimana : n = ukuran populasixi = nilai peubah x untuk anggota populasi ke-i
yi = nilai peubah y untuk anggota populasi ke-i
Selanjutnya dilakukan analisis regresi berganda (multiple regression)
untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap luas situ. Persamaan model regresi berganda mencerminkan hubungan fungsional antara peubah tidak bebas (Y) dengan peubah bebas (X), dengan mengikuti model sebagai berikut: it pit p it it it X X X Y =β0+β1 1 +β2 2 +...+β +ε
Simbol, peubah dan unit analisis yang digunakan tertera pada Tabel 5.
Pengujian hipotesis tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan situ dilakukan dengan melihat besarnya koefisien regresi setiap faktor/peubah bebas dengan menggunakan uji F.
31
Nilai F hitung diperoleh dari persamaan:
Jumlah kuadrat regresi / Derajat bebas regresi Fhit=
Jumlah kuadrat residu/ derajat bebas residu
Kaidah pengujian:F hitung < F tabel terima Ho dan F hitung > F tabel tolak Ho Jika pengujian menolak Ho, maka model tepat untuk meramalkan pengaruh antara peubah bebas dengan peubah-peubah tidak bebas.
Tabel 5. Peubah dan Unit Analisis Faktor yang Mempengaruhi Situ
No Simbol Peubah Satuan Unit analisis
1. Yit Luas situ ke-i yang mengalami perubahan pada
tahun t ha Luas genangan (badan air) 2. X1 it Jarak situ ke-i terhadap jalan aspal m DTA situ
3. X2 it Ketinggian situ ke-i mdpl DTA situ
4. X3 it Jarak desa pada lokasi situ ke-i ke kecamatan
yang membawahi km Administrasi (Desa) 5. X4 it Jarak desa pada lokasi situ ke-i ke kabupaten
yang membawahi km Administrasi (Desa) 6. X5 it Jarak desa pada lokasi situ ke-i ke kabupaten
terdekat km Administrasi (Desa)
7. X6 it Kepadatan penduduk desa di sekitar situ ke-i
pada tahun t jiwa/km Administrasi (Desa) 8. X7 it Luas pemukiman tahun t pada situ ke-i % DTA situ
9. X8 it Luas lahan kosong tahun t pada situ ke-i % DTA situ
10. X9 it Luas lahan pertanian tahun t pada situ ke-i % DTA situ
11. X10it Luas tegalan tahun t pada situ ke-i % DTA situ
12. X11 it Luas vegetasi campuran tahun t pada situ ke-i % DTA situ
13. b0,.., b11 Koefisien regresi
14. E Galat 15. i Situ ke-i
16. t Waktu
3.4.4 Analisis Wawasan Masyarakat Sekitar Situ dan Pemanfaatan Situ
Analisis ini berupa analisis deskriptif dengan menggunakan uji khi kuadrat dan uji beda nilai tengah pada dua karakteristik situ yang berbeda yaitu situ yang masih dikategorikan sebagai situ yang relatif alami dan situ yang terpengaruh oleh kegiatan manusia. Adapun parameter yang diuji adalah kondisi sosial ekonomi
32
masyarakat serta pendapat masyarakat terhadap eksistensi situ serta pemanfaatan situ. Simbol, peubah dan unit analisis yang digunakan tertera pada Tabel 6. Adapun penghitungan uji khi kuadrat mengikuti persamaan sebagai berikut:
(
)
2 1 2 Ei Ei Oi k i − =Σ
= χ dimana:Oi = Jumlah responden yang diobservasi dikategorikan dalam baris ke-i
Ei = Jumlah responden yang diharapkan di bawah Ho untuk dikategorikan baris
ke-i
k = banyaknya kategori
db = (k-1)
Selanjutnya penghitungan uji beda nilai rata-rata dilakukan uji t dengan menggunakan rumus: 2 1 2 1 1 1 n n s x x t + − = dimana:
x1 = nilai rata-rata sampel pada situ alami
x2 = nilai rata-rata sampel pada situ yang terpengaruh oleh aktivitas manusia
s = simpangan baku
n1 = jumlah sampel pada situ alami
33
Tabel 6. Peubah dan Unit Analisis Deskripsi Variabel Rumah Tangga Terkait dengan Pemanfaatan Situ.
No Peubah Satuan Unit analisis
1. Umur kepala rumah tangga Kategorisasi Rumah tangga 2. Pendapatan rumah tangga yang bermukim di
sekitar kawasan situ Kategorisasi Rumah tangga 3. Tingkat pendidikan formal anggota rumah
tangga yang diteliti Kategorisasi Rumah tangga 4. Pemanfaatan situ untuk perikanan oleh rumah
tangga Kategorisasi Rumah tangga
5. Pemanfaatan situ untuk rekreasi oleh rumah
tangga Kategorisasi Rumah tangga
6. Penggunaan air situ oleh rumah tangga Kategorisasi Rumah tangga 7. Pemanfaatan situ sebagai tempat pembuangan
limbah oleh rumah tangga Kategorisasi Rumah tangga 8. Situ sebagai tempat pembuangan limbah oleh
industri/ pabrik Kategorisasi Rumah tangga 9. Partisipasi dalam pemeliharaan situ Kategorisasi Rumah tangga 10. Kondisi Situ Kategorisasi Rumah tangga 11. Penggunaan lahan dominan di sekitar situ Kategorisasi Rumah tangga 12. Fungsi situ Kategorisasi Rumah tangga 13. Pengurugan situ Kategorisasi Rumah tangga
1.7. Kerangka Berpikir
Jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan penduduk meningkat pula. Demikian juga dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat menyebabkan meningkatnya laju pembangunan. Akibatnya adalah semakin besarnya perubahan penggunaan lahan. Perubahan ini terjadi karena
adanya faktor pendorong (driving force) diantaranya adalah faktor kelembagaan
(kebijakan pemerintah), faktor fisik, sosial dan ekonomi.
Secara spasial, penggunaan lahan di daerah perkotaaan dari waktu ke waktu akan mengalami perluasan wilayah ke arah pinggiran perkotaan. Umumnya pada wilayah pinggiran perkotaan ini penggunaan lahannya didominasi oleh lahan pertanian. Namun demikian, akibat terjadinya pergeseran arus urbanisasi telah menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan ke arah penggunaan perkotaan. Gejala ini ikut mempengaruhi nilai lahan. Peruntukan lahan yang
34
bernilai ekonomi rendah akan mengalami konversi ke peruntukan lahan yang bernilai ekonomi yang lebih tinggi.
Terkait dengan perubahan penggunaan lahan, faktor lain yang ikut berperan penting adalah kedekatan dengan pusat pertumbuhan ekonomi dan pemerintahan. Juga ditambah dengan mudahnya wilayah tersebut dijangkau dengan sarana transportasi mempercepat pergeseran fungsi lahan menjadi kawasan pemukiman, industri dan kawasan terbangun lainnya.
Aktifitas perkotaan memiliki dampak positif dan negatif terhadap kehidupan manusia dan lingkungan. Dampak negatif yang sangat penting dan memerlukan perhatian serius adalah kerusakan lingkungan. Kondisi ini bisa terjadi jika dalam kegiatan pembangunan tidak memperhatikan keberlanjutan sumberdaya alam.
Kerusakan lingkungan yang sangat menonjol dan berpengaruh terhadap sistem penyangga kehidupan adalah kerusakan ekosistem situ. Ekosistem situ berfungsi sebagai sumber kehidupan seperti sumberdaya air, perikanan, rekreasi dan juga berperan dalam keseimbangan hidrologi diantaranya penampung air hujan dan pengendali banjir. Kerusakan ini banyak dipengaruhi oleh faktor biofisik dan sosial ekonomi seperti aksesibilitas, jenis penggunaan lahan, peningkatan jumlah penduduk dan kegiatan ekonomi masyarakat.
Situ yang berada pada wilayah yang mengalami urbanisasi akan mengalami pengurangan luas dan daerah tangkapan airnya karena perubahan penggunaan lahan terbangun sehingga memperkecil areal penyimpan air. Kondisi ini juga diperparah dengan perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi di sekitar situ yang berakibat buruk terhadap eksistensi situ. Pengurugan sebagian daerah
35
tangkapan situ dan badan air situ merupakan salah satu indikator penurunan luas situ. Disamping itu, pembuangan sampah domestik dan limbah industri
mempercepat terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas badan air situ (water
body).
Fenomena ini dapat dijelaskan bahwa semakin banyaknya lahan terbangun yang berada di sekitar kawasan situ mengakibatkan semakin besarnya air permukaan limpasan ketika musim hujan. Sebaliknya, areal resapan air berupa lahan bervegetasi (lahan hijau) yang berfungsi sebagai konservasi air dan tanah semakin mengecil sehingga terjadi erosi yang semakin besar, sehingga mempercepat terjadinya proses sedimentasi mengakibatkan kawasan situ tersebut mengalami pendangkalan. Demikian juga pembuangan limbah menyebabkan terjadinya pertumbuhan populasi suatu jenis hewan ataupun tumbuhan air yang tidak terkendali yang lebih dikenal dengan eutrofikasi seperti gulma dan eceng gondok.
Akibat negatif yang ditimbulkan terhadap situ mengakibatkan pemanfaatan situ tidak optimal. Implikasi yang timbul adalah semakin sedikit jumlah dan jenis hewan atau pun tumbuhan yang bernilai ekonomi bagi masyarakat akibat semakin buruknya kualitas air situ. Selain itu, nilai estetika pemandangan di kawasan tersebut menurun sehingga tidak dapat lagi dimanfaatkan sebagai kawasan wisata. Demikian juga terjadi pengurangan kualitas dan kuantitas air tanah di sekitar situ yang pada gilirannya mempengaruhi ketersediaan air baku bagi kebutuhan masyarakat di sekitar situ. Secara rinci sistematika kerangka berpikir penelitian dan kerangka pendekatan operasional berturut-turut disajikan pada Gambar 1 dan 2.
36 Gambar 3. Kerangka Berpikir Penelitian
Perubahan Penggunaan Lahan Pertumbuhan Penduduk Perubahan Lingkungan Proses Urbanisasi Fisik • Aksesibilitas • Kelerengan
• Tata guna lahan
• Ketinggian desa dari permukaan laut
Aspek Sosial Ekonomi
• Jumlah penduduk • Karakteristik masyarakat • Wawasan masyarakat terhadap situ • Pemanfaatan situ • Pengurugan Situ
Penurunan Kualitas & Kuantitas Situ
• Sedimentasi
• Pendangkalan
• Pencemaran Air Situ
• Eutrofikasi
37
Gambar 4. Kerangka Pendekatan Operasional Penelitian
Jenis Perubahan Penggunaan
Lahan Data Landsat tahun
1991,1997& 2001 Data sekunder :
1. Data spasial sebaran situ 2. P eta Topografi
Data: 1. Aksesibilitas
2. Ketinggian Analisis Korelasi
Analisis R egresi Linier B erganda Klasifikasi
Data: Jum lah Penduduk tahun
1990,1992,1996& 2000
Analisis: M odel Linier, Eksponensial& Saturasi Data Kepadatan Penduduk tahun 1991,1997& 2001 R2 tertinggi Data: Luas Situ tahun 1988,1989& 1999
Analisis Discrete Time M odel
Data Luas S itu tahun 1991,1997& 2001
Analisis Deskriptif
Perubahan Luas Situ Data Survey M asyarakat:
1. Kondisi S osial Ekonom i 2. P em anfaatan situ
3. Kontribusi Aktifitas M asyarakat terhadap Eksistensi Situ
Analisis Deskriptif: Uji B eda R ata-rata dan Khi kuadrat
Data Penunjang lainnya: 1. P engam atan di Lapangan 2. S tudi Pustaka