• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Sungai Ciujung merupakan sungai terbesar di wilayah Provinsi Banten yang memiliki luas DAS 1,934.64 km2 dengan panjang 147.2 km. Penelitian dilaksanakan di Sungai Ciujung yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Serang (kawasan hilir) yang memegang peranan penting untuk aktivitas masyarakat, pertanian dan industri.

Pemilihan Sungai Ciujung sebagai obyek penelitian didasarkan atas : a. Permasalahan pencemaran Sungai Ciujung telah menjadi isu nasional

b. Pemerintah pusat dan daerah belum menetapkan daya tampung beban pencemaran dan kelas air Sungai Ciujung

b. Sungai Ciujung dimanfaatkan sebagian besar masyarakat sekitar untuk keperluan rumah tangga, tambak dan petanian

c. Aktivitas industri di bantaran Sungai Ciujung terus meningkat disertai peningkatan beban pencemaran akibat limbah industri yang dihasilkan

d. Tanpa tindakan pengendalian pencemaran Sungai Ciujung akan berisiko bagi kesehatan masyarakat

Lokasi penelitian di Sungai Ciujung menyelusuri daerah aliran sungai sepanjang 31.75 km dan bantaran sungai dengan jarak 500 m dari tepi sungai, dimulai dari Nagara (Hulu) sampai Muara (Hilir) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan kawasan industri, pertanian, tambak dan pemukiman. Lokasi pengambilan sampel ditentukan dengan membagi aliran Sungai Ciujung menjadi 16 (enam belas) titik sampling seperti yang tercantum pada Gambar 3.1.

Penelitian di lapangan dilaksanakan selama 10 bulan mulai dari bulan Mei 2011 hingga Maret 2012.

Teknik Pengumpulan Data

Tahapan penelitian dimulai dengan melakukan analisis karakteristik Sungai Ciujung yang meliputi analisis sumber pencemar dan potensi beban pencemar, kondisi hidrologis dan morfologis Sungai Ciujung. Kondisi eksisting sungai yang dianalisis meliputi kualitas air sungai, status mutu sungai, beban pencemaran sungai, daya tampung beban pencemaran dan persepsi masyarakat. Untuk menetapkan prioritas strategi pengendalian pencemaran dilakukan berdasarkan hasil analisis survey pakar dengan metoda AHP. Model pengendalian beban pencemaran Sungai Ciujung dan dampak senyawa AOX terhadap ikan dan manusia secara keseluruhan disimulasikan dengan suatu sistem dinamis. Tahapan penelitian secara lengkap disajikan pada Gambar 3.2.

(2)

Legend Batas Kabupaten Batas Kecamatan Batas Desa Jalan Sungai Lokasi Sampling Pemukiman Muara Tengkurak 1 Tengkurak 2 Tirtayasa Laban Pegandikan Karang Jetak Ragas Masigit 1 Ragas Masigit 2 Kamaruton 1 Kamaruton 2 Kragilan 1 Nagara Cijeruk 2 Cijeruk 1 Kragilan 2 HENY HINDRIANI P 062090041 PROGRAM STUDI PSL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

Gambar 3.2 Tahapan penelitian dan metode analisis data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder untuk mendeskripsikan kondisi eksisting Sungai Ciujung. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara, kuesioner, dan pengukuran langsung di lapangan. Sedangkan wawancara pakar dan kuesioner dilakukan untuk memperoleh data tentang persepsi dan pasrtisipasi masyarakat terhadap pengendalian Sungai Ciujung serta untuk memperoleh prioritas strategi yang tepat dilakukan dalam pengendalian pencemaran Sungai Ciujung. Data sekunder dari instansi terkait dan studi literatur digunakan dalam membangun model dinamis antara lain data jumlah penduduk, ternak, luas lahan pertanian, luas pemukiman, curah hujan, debit harian sungai, tingkat konsumsi ikan, BCF dan TDI senyawa AOX, dan biaya pengelolaan limbah lindustri.

Titik pengambilan sampel air Sungai Ciujung dilakukan pada waktu musim hujan dan kemarau masing-masing berjumlah 16 (enam belas) titik sehingga seluruhnya berjumlah 32 sampel. Pengambilan sampel mengacu pada SNI 6989.57:2008. Ke-16 titik pengambilan sampel tersebut adalah pada titik ¼, ½, ¾ lebar sungai, serta pada 0.2 dan 0.8 kedalaman sungai, seperti terlihat pada Gambar 3.3.

Model Pengendalian Beban Pencemaran Sungai Ciujung (Sistem Dinamis)

Analisis Karakteristik Sungai Ciujung:  Potensi sumber pencemar

 kondisi hidrologis & morfologis  baku mutu sungai

(Survey, wawancara, studi Pustaka)

Analisis Kondisi Eksisting Sungai  Kualitas air sungai

 Status pencemaran (IP)  Beban pencemaran (RA)

 Daya tampung beban pencemaran (WASP)  Persepsi masyarakat (Deskriptif)

Analisis Prioritas Strategi pengendalian pencemaran Sungai Ciujung (AHP)

(4)

Gambar 3.3. Titik pengambilan sampel air sungai. Lebar (L) dan kedalaman (d)

Titik lokasi pengambilan sampel dan jarak pengambilan sampel tiap lokasi disajikan dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Lokasi pengambilan sampel

No Jarak Lokasi Titik Ordinat

(km) LS BT 1 1.75 Nagara (hulu) -6.17417 106.29444 2 2.50 Cijeruk 2 -6.14846 106.30648 3 1.75 Cijeruk 1 -6.1177 106.29914 4 3.25 Kragilan 2 -6.13557 106.29992 5 2.00 Kragilan 1 -6.11198 106.30126 6 2.50 Kamaruton1 -6.11102 106.29338 7 2.50 Kamaruton 2 -6.10398 106.29256 8 2.00 Ragas masigit 2 -6.08494 106.30178 9 1.75 Ragas masigit 1 -6.06982 106.30789 10 1.75 Karang jetak -6.05747 106.31409 11 1.50 Pegandikan -6.051199 106.31695 12 1.75 Laban -6.043355 106.32081 13 2.25 Tirtayasa -6.032616 106.326551 14 1.75 Tengkurak 2 -6.02389 106.331 15 1.75 Tengkurak 1 -6.02218 106.33374 16 1.00 Muara (hilir) -6.00221 106.34174

Pemilihan responden disesuaikan dengan kondisi lingkungan di sekitarnya dan jumlah responden yang diambil mewakili dan memahami permasalahan yang diteliti. Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan metode expert survey yang dibagi atas 2 cara :

a. Responden selain pakar dipilih secara sengaja (purposive sampling)

b. Responden dari kalangan pakar dipilih secara sengaja dengan kriteria memiliki kepakaran sesuai dengan bidang yang dikaji. Beberapa pertimbangan dalam menentukan pakar yang dijadikan responden adalah mempunyai pengalaman yang kompeten sesuai dengan bidang yang dikaji, memiliki reputasi, kedudukan/jabatan dalam kompetensinya dengan bidang yang dikaji, dan memiliki kredibilitas yang tinggi, bersedia dan atau berada pada lokasi yang dikaji.

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer berasal dari survey di lapangan, analisis laboratorium, survey pakar dan persepsi masyarakat, sedangkan data sekunder diperoleh melalui

(5)

instansi terkait dan studi pustaka. Tujuan, jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Tujuan penelitian, data, dan sumber data penelitian

Tujuan Data Sumber Data

(1)Menganalisis kondisi eksisting Sungai Ciujung

 Hidrologi sungai  Topografi  Hidromorfologi  Curah Hujan  Debit sungai

 Debit limbah industri  Jumlah Penduduk  Jumlah Industri  Jumlah ternak  Luas lahan pertanian  Luas pemukiman  Kualitas Air sungai dan

limbah industri secara umum

 Konsentrasi senyawa AOX dalam air limbah dan air sungai

 Faktor emisi limbah pemukiman, pertanian dan ternak  Observasi langsung  BMKG  BBWS C3  DPSDA  BLH

 Dinas pertanian dan peternakan

 BPS

 Dinas kependudukan dan catan sipil

(2)Menganalisis prioritas strategi pengendalian pencemaran air sungai

 Kriteria & Alternatif Strategi pengendalian pencemaran air sungai

 Pakar (3)Menyusun model

pengendalian pencemaran air sungai

 Input data (1) – (3)  BCF dan TDI senyawa

AOX

 Tingkat konsumsi ikan

 Observasi langsung, pakar, instansi terkait, dan pustaka

Rancangan Penelitian Kualitas Air Sungai Ciujung

Kualitas air sungai mencakup parameter senyawa AOX dan parameter fisika kimia lainnya yang menggambarkan kondisi kualitas air Sungai Ciujung kawasan hilir dari semua lokasi pengambilan contoh ditentukan secara langsung di lapangan (in situ), di Laboratorium BLH Kabupaten Serang, DPSDA Provinsi Banten, Laboratorium BBPK Bandung dan laboratorium Tekmira Bandung. Parameter kualitas air Sungai Ciujung yang dianalisis beserta metode, peralatan dan tempat analisis disajikan dalam Tabel 3.3.

(6)

Tabel 3.3 Parameter kualitas air dan metode analisis serta alat yang digunakan

Parameter Satuan Metode Analisis Peralatan Tempat Analisis

I. Fisika 1. Suhu 2. DHL 3. TSS o C µ mho mg/L Pemuaian Konduktometri Gravimetri Thermometer Konduktometer Neraca analitik In situ In situ Laboratorium II. Kimia 1. pH 2. DO 3. COD 4. BOD 5. NH3 6. N-Nitrat 7. N-Nitrit 8. Fosfat 9. Cu 10.Hg 11.Pb 12.Cd 13.Cr Total 14.AOX - mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Potensiometri Titrasi Winkler Titrimetri Titrimetri Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrometri Spektrometri Spektrometri Spektrometri Spektrometri mikrokolometri pH meter DO meter Peralatan titrasi Peralatan titrasi Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer ICP Mercury analyzer ICP ICP ICP AOX Analyzer In situ In situ Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium

Status Mutu Air Sungai

Data yang dibutuhkan untuk menentukan status mutu air sungai adalah data kualitas air sungai. Pengumpulan data dilakukan melalui analisis parameter pencemar (in situ dan laboratorium).

Penentuan status mutu air Sungai Ciujung relatif terhadap parameter kualitas air yang diijinkan menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP) dengan mengacu pada KepMen Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003.

Parameter kualitas air yang digunakan untuk menentukan IP adalah AOX, pH, DO, BOD, COD, N-NO3, N-NO2, N-NH3, P-PO4, Hg, Pb, Cr, dan Cu.

Penentuan IP ditentukan dengan :

a. Memilih parameter-parameter yang jika harga parameter rendah maka kualitas air akan membaik,

b. Memilih konsentrasi parameter baku mutu yang tidak memiliki rentang c. Menghitung nilai Ci/Lij tiap parameter pada setiap lokasi sampling

- Jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat pencemaran meningkat, misal DO maka nilai teoritik akan ditentukan atau nilai maksimum Cim ( misal untuk DO, maka Cim merupakan nilai DO jenuh). Dalam kasus ini maka nilai Ci/Lij hasil pengukuran akan digantikan oleh nilai Ci/Lij hasil perhitungan, yaitu :

( )

( )

(6)

- Jika nilai baku memiliki rentang, maka : Untuk Ci ≤ Lij rata – rata :

( ) –( )

(7)

Untuk Ci > Lij rata – rata :

( )

–( )

( ) –( ) (8)

- Jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1.0, missal C1/L1j = 0.9 dan C2/L2j = 1.1 atau perbedaan yang sangat besar, misal C3/L3j = 5.0 dan C4/L4j = 10.0, maka tingkat kerusakan badan air sulit ditentukan. Cara untuk mengatasi kesulitan ini adalah :

Penggunaan nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran kalau nilai ini < 1.0 Penggunaan nilai (Ci/Lij)baru jika nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran > 1.0

(Ci/Lij)baru = 1.0 + P.log (Ci/Lij)hasil pengukuran P adalah konstanta (biasanya digunakan 5)

d. Menentukan nilai rata-rata (Ci/Lij)R dan nilai maksimum (Ci/Lij)M dari keseluruhan Ci/Lij.

e. Menentukan harga Indeks Pencemaran (IP) menggunakan formula :

√( ) ( )

(9)

dimana : IP = Indeks pencemaran

Ci = Konsentrasi parameter kualitas air (i) Lij = Baku mutu peruntukan air (j)

(Ci/Lij)M = Nilai maksimum Ci/Lij (Ci/Lij)R = Nilai rata-rata Ci/Lij Evaluasi terhadap nilai Indeks Pencemaran (IP) adalah :

0 ≤ IP ≤ 1.0 → memenuhi baku mutu (kondisi baik) 1.0 < IP ≤ 5.0 → tercemar ringan

5.0 < IP ≤ 10 → tercemar sedang IP > 10 → tercemar berat Beban Pencemaran

Analisis potensi beban pencemaran dari berbagai sumber pencemar baik dari NPS (limbah domestik, limbah pertanian dan peternakan) maupun PS (air limbah industri) dilakukan melalui pendekatan Rapid Assesment (WHO 1993).

Potensi beban pencemaran dari limbah domestik dihitung dengan mengalikan jumlah penduduk yang berada 500 m dari tepi kanan dan kiri Sungai Ciujung di setiap segmen dengan masing-masing faktor emisi untuk limbah domestik. Jumlah penduduk ditentukan dari hasil estimasi luas pemukiman dikalikan kepadatan penduduk setiap km2.

Potensi beban pencemaran dari aktivitas peternakan sepanjang bantaran Sungai Ciujung diestimasi dengan mengalikan jumlah masing-masing ternak yang yang berada di wilayah bantaran dengan faktor emisi limbah yang berasal dari ternak.

Potensi beban pencemaran yang berasal dari aktivitas pertanian dihitung dengan mengalikan luas lahan pertanian yang berada 500 m dari tepi kiri dan

(8)

kanan Sungai Ciujung di setiap lokasi dengan masing-masing faktor emisi untuk aktivitas pertanian. Faktor Emisi dari berbagai sumber pencemaran NPS dapat dilihat pada Lampiran 2.

Potensi beban pencemaran yang berasal dari limbah industri dihitung dengan mengalikan nilai parameter dari masing-masing outlet industri dengan masing-masing debit dan kapasitas produksi hariannya.

Beban pencemaran air sungai dihitung dengan persamaan:

BP = Q x Ci x f (10)

Di mana : BP = Beban pencemaran yang berasal dari sumber (kg/hari) Q = Debit air limbah atau air sungai (m3/detik)

Ci = Konsentrasi parameter ke-i (mg/liter) F = Faktor Konversi (86.4)

Total beban pencemaran dari suatu sumber ditentukan dengan menggunakan persamaan:

TPB = ∑ (11)

Di mana: TBP = Total beban pencemaran yang masuk ke perairan

BP = Beban pencemaran yang berasal dari sumber (ton/tahun) n = Jumlah sumber pencemar

i = Beban limbah sungai ke – i Daya Tampung Beban Pencemaran

Tahapan yang dilakukan dalam menentukan daya tampung beban pencemaran (DTBP) Sungai Ciujung mengacu pada KepMen LH Nomor 110 Tahun 2003 tentang pedoman penetapan daya tampung beban pencemaran pada sumber air dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang tata laksana pengendalian pencemaran air, adalah :

a. Menetapkan prioritas sumber air yang akan ditentukan DTBP nya yang didasarkan pada hasil kajian status mutu air, status tropik air sungai yang memiliki status mutu air paling tercemar dan tingkat potensi sumber pencemar yang berpotensi menerima jumlah beban pencemar yang terbesar.

b. Melakukan inventarisasi dan identifikasi kondisi hidrologi, morfologi dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kondisi sumber air yang akan ditentukan DTBP-nya.

c. Melakukan identifikasi baku mutu air sungai yang akan ditentukan DTBP-nya dengan menggunakan baku mutu kualitas air sungai berdasarkan lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan baku mutu kualitas air Negara Jerman untuk senyawa AOX .

d. Melakukan inventarisasi dan identifikasi jenis limbah, jumlah beban dan karakteristik sumber pencemar dari point source (saluran irigasi, drainase, anak sungai, dan oulet limbah industri) dan dari non point source (domestik, ternak dan pertanian)

(9)

Penetapan daya tampung dilakukan dengan metoda pemodelan kualitas air menggunakan program WASP 7.3 ( US EPA 2008). Data yang diperlukan dalam pemodelan ini adalah peta topografi, debit sungai harian, data hidrolika, penampang melintang sungai, penampang memanjang sungai, lokasi sumber pencemar, debit limbah cair, kualitas limbah cair, kualitas air sungai, data penduduk, luas lahan pertanian dan data klimatologi. Setelah data diinputkan maka dilakukan kalibrasi model dengan metoda least square menggunakan analisis regresi, jika model terkalibrasi dengan baik maka model dapat digunakan untuk simulasi penetapan DTBP.

Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai

Metode yang digunakan untuk menentukan strategi pengendalian pencemaran di Sungai Ciujung adalah metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Tahapan yang dilakukan dalam penentuan strategi pengendalian pencemaran Sungai Ciujung dengan metoda disajikan pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Tahapan AHP

Strategi pengendalian pencemaran Sungai Ciujung dirumuskan berdasarkan hasil Analitycal Hierarchy Process (AHP). Alternatif kegiatan, tujuan pengendalian, aktor (stakeholders) yang berperan, dan kriteria dalam rangka menentukan strategi pengendalian pencemaran di Sungai Ciujung dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan pakar (expert judgement) dan pengisian kuesioner untuk menjaring berbagai informasi tentang alternatif, tujuan, stakeholders dan kriteria terkait strategi pengendalian pencemaran Sungai Ciujung.

Ya

Ya Tidak

(10)

Dampak Pencemaran Senyawa AOX terhadap Akuatik dan manusia

Evaluasi risiko AOX terhadap kehidupan akuatik dan manusia dilakukan sebagai berikut (Yasmidi 2008):

a. Asumsi yang digunakan dalam evaluasi risiko ini adalah (1) aliran effluent dari aktivitas industri, aktivitas pertanian dan aktivitas domestik dianggap kontinyu dan stabil, (2) Tingkat pengenceran di Sungai Ciujung dianggap sama dengan kondisi pada saat pengukuran/penelitian, (3) ikan-ikan di Sungai Ciujung dianggap tidak berpindah dari daerah di mana ikan tersebut hidup, baik karena pergerakannya maupun karena pergerakan air pada saat surut dan pasang, sehingga dalam hal ini safety factor diabaikan (dianggap nol).

b. Senyawa AOX yang diukur dianggap mengandung dan merupakan salah satu dari senyawa-senyawa 2,3,7,8-TCDD; 2,3,7,8-TCDF, pentaklorofenol dan kloroform

c. Data yang diperlukan untuk menentukan dampak pencemaran senyawa AOX terhadap akuatik dan manusia adalah :

- Faktor biokonsentrasi (BCF)

- Konsentrasi senyawa AOX dalam sungai (Cw), mg/L

- Konsentrasi senyawa yang dapat masuk ke tubuh ikan (Cf), mg/kg - Tolerable Daily Intake (TDI) pada manusia (µg/hari/kg berat badan) - Tingkat konsumsi ikan perkapita per hari (kg/kapita/hari). Persamaan yang

digunakan dalam evaluasi risiko ini adalah:

(12)

Dimana Cf = Konsentrasi AOX dalam tubuh ikan (mg/kg) Cw = Konsentrasi AOX dalam air sungai (mg/L)

Misalkan TDI untuk AOX pada manusia adalah X pg/kg berat badan. Dengan asumsi berat badan rata-rata orang dewasa 60 kg, maka :

TDI = X pg/kg x 60 kg = 60 X pg/hari (13) Tingkat konsumsi ikan masyarakat Serang, misalkan Y kg/kapita/hari. Maka AOX yang diperkirakan dapat masuk ke dalam tubuh manusia akibat mengkonsumsi ikan dari sungai pada titik tertentu adalah :

Y (kg/kapita/hari) x Cf (g/kg) = Z g/hari (14) Jika diperoleh Z > TDI, maka kandungan senyawa AOX pada ikan tidak dapat ditoleransi kesehatan manusia.

Desain Model Pengendalian Pencemaran Sungai Ciujung

Data yang diperlukan untuk mendesain model pengendalian pencemaran Sungai Ciujung adalah jumlah penduduk, jumlah ternak, luas lahan pertanian, dan luas pemukiman pada masing-masing segmen yang ada di bantaran sungai dengan jarak 500 m dari tepi kanan dan kiri sungai, faktor emisi dari masing-masing parameter kunci dari masing-masing sumber pencemar, kualitas air dari setiap lokasi, tingkat konsumsi ikan, nilai BCF dan TDI senyawa AOX. Pengumpulan

(11)

data debit harian selama 15 tahun terakhir menggunakan data sekunder. Desain model dilakukan untuk melihat perilaku sistem dalam membantu perencanaan strategi pengendalian pencemaran air sungai Ciujung. Model bersandar pada hasil pendekatan black box dan kondisi faktual hasil studi yang dikombinasikan dengan konsep teoritis dari berbagai kepustakaan. Perangkat lunak yang digunakan sebagai alat bantu pemodelan sistem adalah powersim.

Pendekatan sistem merupakan suatu metodologi pemecahan masalah yang dimulai dengan mengidentifikasi serangkaian kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Pendekatan sistem ini dilakukan untuk menunjukkan kinerja intelektual berdasarkan perspektif, pedoman, model, metodologi dan sebagainya yang diformulasikan untuk perbaikan secara terorganisir dari tingkah laku dan perbuatan manusia. Oleh karena itu menurut Eriyatno (2007) pada pendekatan kesisteman dalam penyelesaian suatu permasalahan selalu ditandai dengan: (1) pengkajian terhadap semua faktor penting yang berpengaruh dalam rangka mendapatkan solusi untuk pencapaian tujuan, dan (2) adanya model-model untuk membantu pengambilan keputusan lintas disiplin, sehingga permasalahan yang kompleks dapat diselesaikan secara komprehensif. Metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis, yaitu: (1) analisis kebutuhan, (2) formulasi masalah, (3) identifikasi sistem, (4) pemodelan sistem, (5) verifikasi dan validasi, dan (6) implementasi (Hartrisari 2007).

a. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan pada dasarnya merupakan tahap awal pengkajian dalam pendekatan sistem, dan sangat membutuhkan kelayakan sistem yang dibangun. Analisis kebutuhan juga merupakan kajian terhadap faktor-faktor yang berkaitan dengan sistem yang dianalisis (Pramudya 1989). Oleh karena itu, dalam penelitian ini analisis kebutuhan diarahkan pada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dan keterkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pengendalian pencemaran air di Sungai Ciujung. Dalam pengendalian pencemaran di Sungai Ciujung, pihak yang mempunyai kepentingan dan terkait secara langsung adalah (1) masyarakat lokal, yaitu masyarakat yang tinggal di sekitar sungai yang memanfaatkan air sungai untuk berbagai kepentingan, (2) dinas instansi terkait, yaitu semua dinas instansi pemerintah daerah yang mempunyai hubungan keterkaitan dengan air sungai baik langsung mapun tidak, (3) akademisi (peneliti), yaitu orang yang melakukan penelitian pada air sungai, (4) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yaitu lembaga yang dibentuk masyarakat setempat yang mempunyai kepedulian terhadap kelestarian air sungai, dan (5) Pihak Industri, yaitu perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di kawasan Sungai Ciujung (6) Petani di sekitar Sungai Ciujung (7) Pengusaha tambak ikan.

Dalam analisis kebutuhan dilakukan inventarisasi kebutuhan setiap pelaku yang terlibat dalam sistem. Inventarisasi ini dilakukan dengan wawancara secara terbatas (Suwari 2010).

b. Formulasi Permasalahan Sistem

Permasalahan sistem pada dasarnya adalah terdapatnya gap antara kebutuhan pelaku dengan kondisi yang ada (riil). Pada kondisi nyata di lapangan, permasalahan sistem ditunjukkan oleh adanya isu yang berkembang sehubungan

(12)

dengan terjadinya pencemaran di sungai. Formulasi sistem di sini adalah merupakan aktivitas merumuskan permasalahan dalam pengendalian pencemaran di sungai Ciujung yang berkaitan dengan adanya perbedaan antara kebutuhan pelaku dengan kondisi yang ada.

c. Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem merupakan, suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut (Eriyatno 2003). Hal itu sering digambarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab-akibat (causa loop diagram). Diagram tersebut merupakan pengungkapan interaksi antara komponen di dalam sistem yang saling berinteraksi dan mempengaruhi dalam kinerja sistem.

d. Validasi Model

Untuk melihat kesesuaian antara hasil model dan realita yang dikaji maka dilakukan validasi model. Validasi ini dilakukan dengan menguji kebenaran struktur model dan keluaran model untuk menunjukkan kesalahan minimal dibandingkan dengan data aktual. Validasi struktur dilakukan melalui studi pustaka sedangkan validasi kinerja dilakukan dengan membandingkan dengan data empirik (Hartisari 2007; Muhammadi et al. 2001).

Keluaran model dengan data empirik diverifikasi menggunakan uji statistik AME (absolute means error), dengan persamaan:

AME = Abs (Sr – Ar)/Ar

Sr = Integrate (S)/(t(n) – t(0)) Ar = Integrate (A)/ (t(n) – t(0)) Di mana : A = Nilai aktual

S = Nilai simulasi Abs = Nilai absolut

Integrate = Sigma fungsi waktu Batas penyimpangan yang dapat diterima adalah < 10%. e. Implementasi Skenario Model

Implementasi pengendalian pencemaran Sungai Ciujung dilakukan dengan menggunakan beberapa skenario. Pemilihan skenario model dilakukan berdasarkan hasil Analitycal Hierarchy Process (AHP). Selanjutnya skenario kunci yang diperoleh digunakan untuk mendeskripsikan perubahan kemungkinan masa depan bagi pengendalian pencemaran Sungai Ciujung dan penurunan dampak senyawa AOX terhadap ikan dan manusia. Penentuan skenario kunci tersebut sepenuhnya merupakan pendapat dari pihak yang berkompeten sebagai pelaku dan pakar mengenai pengendalian pencemaran Sungai Ciujung. Pemilihan skenario kunci menggunakan metode kuesioner dan wawancara.

f. Asumsi yang Digunakan

Pembangunan model yang dirumuskan menggunakan beberapa batasan, untuk menyederhanakan dan memahami pengertian hubungan-hubungan antar

Gambar

Gambar 3.2  Tahapan penelitian dan metode analisis data
Gambar 3.3.  Titik pengambilan sampel air sungai.    Lebar (L)  dan kedalaman (d)
Tabel 3.2  Tujuan penelitian, data, dan sumber data penelitian
Tabel 3.3  Parameter kualitas air dan metode analisis serta alat yang digunakan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Data yang diambil pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa kelas IV SDN Pasanggrahan baik yang memiliki keaktifan belajar tinggi maupun siswa yang memiliki

Untuk meningkatkan permintaan kebutuhan investor, awal tahun ini SLP kembali membangun warehousing tahap kedua yang akan terdiri dari 12 unit dengan total luas 28.000

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah Bagaimana Algoritma Support Vector Machine (SVM) dapat digunakan untuk klasifikasi kerusakan kawasan dan Bagaimana

4 MODEL PENINGKATAN DAYA SAING BERKELANJUTAN INDUSTRI BATIK MELALUI PERBAIKAN KOMPETENSI INTI DAN RANTAI NILAI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF LOKAL DI

Kedua jenis ini memiliki banyak persamaan karakter yaitu pada warna batang hijau gelap, bentuk daun yang lonjong, bentuk ujung daun membelah, bentuk bunga bintang, bentuk

Pengamatan ini dimaksudkan untuk mengkategorikan apakah postur kerja yang dilakukan oleh pekerja tersebut masuk dalam kategori berbahaya yang akan mengakibatkan keluhan

Tim Penerjemah Pustaka Firdaus (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), h.. aqidah dan persoalan yang berkaitan dengannya, misalnya tentang keesaan Tuhan, hari akhir dan kerasulan Nabi,

Jos vähennystä on aiemmin saanut sekä julkisen liikenteen että auton käytön perusteella, vaikutukset käytettävissä oleviin tuloihin ovat jotakin +285 ja -895 euron väliltä