• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mc Auley et al, 2007). Sementara menurut Pugh (1977) dalam Mc Auley et al

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mc Auley et al, 2007). Sementara menurut Pugh (1977) dalam Mc Auley et al"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

13 2.1. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1. Teori Organisasi Pada Pemerintahan

Teori organisasi adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengkoordinasi orang-orang di dalamnya untuk mencapai tujuan tertentu (Mc Auley et al, 2007). Sementara menurut Pugh (1977) dalam Mc Auley et al (2007) mendefinisikan bahwa teori organisasi adalah suatu studi tentang struktur, fungsi, dan kinerja organisasi dan perilaku orang-orang dan kelompok yang berada di dalamnya. Teori organisasi juga mempelajari bagaimana organisasi berfungsi, bagaimana seharusnya organisasi diatur dan bagaimana pengaruh faktor-faktor baik internal maupun eksternal terhadap organisasi.

Organisasi merupakan sarana untuk mewujudkan kebersamaan dan sebagai wadah untuk menyampaikan ide atau gagasan sehingga tujuan organisasi dapat terwujud. Organisasi dapat dijadikan sebagai ajang untuk bersosialisasi dan bekerja sama dengan rasional dan sistematis. Terdapat berbagai faktor yang membentuk organisasi, seperti orang-orang, kerja sama, dan tujuan tertentu di mana ketiga faktor ini saling berpengaruh satu sama lain.

Organisasi yang berinteraksi dengan lingkungan eksternal mempunyai kecenderungan pada penerapan tipe sistem organisasi terbuka (Patrick, 2007). Perbedaan antara sistem organisasi tertutup dengan organisasi terbuka adalah bahwa pada organisasi tertutup banyak berpengaruh pada administrasi publik, sedangkan organisasi terbuka lebih mengarah pada sistem administrasi

(2)

perusahaan. Walaupun pada akhir-akhir ini banyak perubahan yang terjadi, namun administrasi publik juga menggunakan sistem terbuka. Menurut Subkhi dan Jauhar (2013), model organisasi sistem terbuka dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu hubungan antar individu, aliran pengembangan organisasi, dan aliran organisasi sebagai suatu unit yang berfungsi dalam lingkungan.

Menurut Subkhi dan Jauhar (2013), aliran pengembangan organisasi memberikan respon terhadap perubahan lingkungan eksternal maupun internal sebagai bentuk antisipasi yang berpengaruh terhadap lingkungan. Dalam hal ini respon aliran pengembangan organisasi adalah dalam bentuk adopsi inovasi. Adopsi inovasi ini diimplementasikan dengan tujuan untuk memberikan kontribusi terhadap kinerja atau efektivitas organisasi yang mengadopsi inovasi organisasi tersebut. Sementara menurut Damanpour (1991), sebuah inovasi dapat menghasilkan produk baru, jasa, serta proses teknologi produksi yang baru, struktur atau sistem administrasi atau program rencana yang baru dan berkaitan dengan anggota organisasi.

Adopsi inovasi dalam organisasi diharapkan dapat mencakup perkembangan generasi serta penerapan ide-ide maupun perilaku organisasi yang baru. Adopsi inovasi akan lebih mudah dilaksanakan pada organisasi sistem terbuka. Organisasi sistem terbuka akan berinteraksi dengan lingkungan eksternal sebagai kondisi yang diperlukan untuk bertahan hidup, sehingga hal ini mendukung pernyataan bahwa interaksi dengan lingkungan eksternal terkait dengan inovasi (Patrick, 2007).

(3)

Karakteristik sistem organisasi terbuka merupakan organisasi yang mudah menyesuaikan dengan lingkungannya, sehingga inovasi organisasi mampu berkembang pesat pada sistem ini. Karakteristik pemerintah daerah sangat erat kaitannya dengan organisasi sistem terbuka. Hal ini akan menghasilkan inovasi organisasi yang berkaitan dengan struktur organisasi dan lingkungan eksternal organisasi. Menurut Patrick (2007), organisasi sistem terbuka dapat berinteraksi dengan lingkungan eksternal yang terkait dengan inovasi.

Penelitian yang dilakukan Patrick (2007) menggunakan karakteristik pemerintah daerah sebagai variabel independen. Karakteristik tersebut terdiri atas tiga kategori yaitu (1) budaya organisasi, (2) struktur organisasi, dan (3) lingkungan eksternal. Budaya organisasi diproksikan dengan kecenderungan berinovasi dan tanggung jawab konstituen. Struktur organisasi diproksikan dengan spesialisasi kerja, diferensial fungsi, intensitas administrasi, ketersediaan sumber daya dan ukuran organisasi. Sementara lingkungan eksternal diproksikan dengan debt financing dan intergovernmental revenue, sehingga penelitian ini menggunakan struktur dan lingkungan eksternal organisasi sebagai indikator karakteristik pemerintah daerah.

(4)

2.1.2. Karakteristik Pemerintah Daerah

Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa pengertian pemerintahan daerah yaitu penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karakteristik pemerintah daerah merupakan ciri-ciri khusus yang melekat pada pemerintah daerah yang menandai sebuah daerah tersebut dan dapat membedakannya dengan daerah yang lain. Patrick (2007) dalam penelitiannya menggunakan budaya organisasi, struktur organisasi dan lingkungan eksternal sebagai proksi dari variabel karakteristik pemerintah daerah di Pennsylvania. Suhardjanto et al (2010) menggunakan struktur organisasi dan lingkungan eksternal dalam menjelaskan karakterisktik pemerintah daerah, struktur organisasi diproksikan dengan ukuran daerah, wealth, functional differentiation, age, dan latar belakang pendidikan, sementara lingkungan eksternal diproksikan dengan municipality debt financing dan intergovernmental revenue.

Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu. Pendapatan daerah bersumber dari pendapatan, penerimaan dana perimbangan pusat dan daerah, serta lain-lain pendapatan daerah yang sah. Sementara pendapatan asli daerah adalah sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil

(5)

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah sebagai berikut.

1. Hasil pajak daerah, yaitu pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum publik. Pajak daerah sebagaii pungutan yang dilakukan pemerintah daerah yang hasilnya digunakan untuk pengeluaran umum yang balas jasanya tidak langsung diberikan dan pelaksanaannya bisa dapat dipaksakan. 2. Hasil retribusi daerah, yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerinta daerah bersangkutan. Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat, yaitu pelaksanaannya bersifat ekonomis, ada imbalan lansung walau harus memenuhi persyaratan-persyaratan formil dan materiil, tetapi ada alternatif untuk mau tidak membayar, merupakan pungutan yang sifatnya budgetarinya tidak menonjol, dalam hal –hal tertentu retribusi daerah adalah pengembalian biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat.

3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Hasil perusahaan milik daerah merupakan pendapatan daerah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik perusahaan daerah yang dipisahkan sesuai dengan motif

(6)

pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan daerah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambah pendapatan daerah, memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum, dan perkembangan perekonomian daerah.

4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah, ialah pendapatan-pendapatan yang tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan dinas-dinas.

Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), pengertian belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap / inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.

Dalam SAP, belanja modal terdiri dari beberapa jenis belanja modal 5 (lima) yang dikategori utama, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Belanja Modal Tanah

Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/pembelian/pembebasan, penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.

(7)

2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin, serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.

3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan

Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan pembangunan/pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

5. Belanja Modal Fisik Lainnya

Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan pembangunan/pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke

(8)

dalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan. Termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.

Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan tingkat partisipasi publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan pendapatan asli daerah (Mardiasmo, 2002). Pemerintah daerah yang mempunyai pendapatan asli daerah yang besar akan lebih cenderung tepat waktu dalam melaporkan laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD). Hal ini dikarenakan semakin besar PAD maka semakin besar kemandirian daerah dan memiliki kinerja yang baik, maka akan lebih besar juga kemungkinan dalam menaati ketepatan waktu pelaporan keuangan. Belanja modal yang besar juga akan berpengaruh terhadap tingkat alokasi belanja modal dalam hal pengadaan infrastruktur yang memadai untuk menjalankan suatu program pemerintah daerah, dengan kata lain belanja modal yang besar akan mendukung keberhasilan pelaksanaan program pemerintah daerah.

2.1.3. Kapabilitas Auditor Internal

Menurut Peraturan Kepala BPKP No. PER-1633/K/JF/2011, kapabilitas aparat pengawasan intern pemerintah daerah merupakan:

“kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas pengawasan yang terdiri dari tiga unsur yang saling terkait yaitu kapasitas, kewenangan, dan kompetensi SDM APIP yang harus dimiliki APIP agar dapat mewujudkan peran APIP secara efektif.”

(9)

Dalam pasal 11 Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2008 mengamanatkan perwujudan peran APIP yang efektif, antara lain sebagai berikut.

a. Memberikan keyakinan yang memadai atas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

b. Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

c. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

Untuk dapat menjalankan tugas tersebut maka unit APIP harus memiliki kapabilitas yang memadai, baik dari segi kelembagaan, proses bisnis/tata kelola pengawasan , dan sumber daya manusia (SDM).

Kapabilitas APIP diukur dengan Internal Audit Cappability Model (IACM) sesuai dengan Perka BPKP No. PER-1633/K/JF/2011, yang merupakan alat bantu dalam menyusun kerangka kerja untuk memperkuat peran APIP melalui beberapa langkah perubahan yang diorganisasikan dalam lima level kapabilitas yaitu (1) initial, (2) infrastructure, (3) integrated, (4) managed, dan (5) optimizing. Masing-masing tingkatan menggambarkan karakteristik dan kemampuan suatu audit pada kegiatan tersebut. Peningkatan proses dan praktik audit tersebut menjadi dasar untuk kenaikan tingkat pada level berikutnya.

(10)

Berikut ini level-level yang terdapat dalam Internal Audit Cappability Model (IACM).

a. Level 1 (Initial)

Pada level ini terdapat kondisi di mana proses pelaksanaan audit tidak berkelanjutan, tidak memiliki pedoman SOP pengawasan internal, dan kemampuan APIP tergantung pada kemampuan masing-masing individu. b. Level 2 (Infrastructure)

Pada level ini APIP sudah mampu untuk menjamin proses tata kelola sesuai dengan peraturan dan telah mampu mendeteksi terjadinya korupsi, dan telah ada pengembangan profesi untuk masing-masing individu APIP.

c. Level 3 (Integrated)

Pada level ini APIP sudah mampu menilai efisiensi, efektivitas, ekonomis terhadap suatu kegiatan, serta mampu memberikan konsultasi pada tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian internal.

d. Level 4 (Managed)

Pada level ini APIP sudah mampu memberikan jaminan secara keseluruhan atas tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian internal.

e. Level 5 (Optimizing)

Pada level ini APIP sudah mampu menjadi agen perubahan. Dalam struktur pemerintahan peran APIP sudah independen, bebas terhadap berbagai intervensi serta telah mempunyai kewenangan penuh terhadap proses kegiatan audit internal yang dilaksanakan.

(11)

IACM telah mengidentifikasikan 41 area proses kunci yang dikaitkan terhadap masing-masing elemen pada setiap level kapabilitas. Adapun elemen yang dikaitkan tersebut terdiri dari tugas dan fungsi internal audit, manajemen organisasi, praktek di lapangan/praktek profesional, manajemen kinerja dan akuntabilitas, budaya organisasi, serta struktur pemerintahan. Berdasarkan level pada IACM, semakin tinggi level yang diperoleh maka semakin baik pula kapabilitasnya.

2.1.4. Keahlian Auditor Internal

Keahlian adalah suatu minat atau bakat yang harus dimiliki oleh seseorang, dengan keahlian yang dimilikinya memungkinkan untuk dapat menjalankan dan menyelesaikan tugas-tugas secara baik dengan hasil yang maksimal. Keahlian sesorang dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal misalnya dari pengalaman-pengalaman dalam bidang tertentu. Pengalaman-pengalan tersebut dapat diperoleh dari pelaksanaan tugas-tugas dalam pekerjaan, dan pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan keahlian seseorang.

Pada pemerintah daerah, keahlian diperlukan oleh aparat pengawas intern pemerintah dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor internal pemerintah. Hal ini didasarkan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/05/M.Pan/03/2008 bahwa seorang auditor/pemeriksa harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Pimpinan Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) harus yakin bahwa latar belakang pendidikan dan kompetensi

(12)

teknis auditor memadai untuk pekerjaan audit yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pimpinan APIP wajib menciptakan kriteria yang memadai tentang pendidikan dan pengalaman dalam mengisi posisi auditor di lingkungan APIP. Menurut Sutaryo et al, inspektorat pemerintah daerah melaksanakan pengawasan intern terhadap pemerintah daerah ditentukan oleh atribut auditornya seperti jenjang jabatan dan peran dalam organisasi pemerintah. Jika jenjang jabatan dan peran tinggi, maka akan mempunyai kemampuan yang tinggi sehingga mampu melaksanakan tugas dan fungsi-fungsinya sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh organisasi (Sultana et al, 2015).

2.1.5. Implementasi

Implementasi adalah suatu aktivitas yang berkaitan dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan alat (sarana) untuk memperoleh hasil. Di dalam kebijakan publik, implementasi kebijakan publik diartikan sebagai aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan kebijakan publik yang telah ditetapkan/disetujui dengan penggunaan sarana/alat untuk mencapai tujuan dari kebijakan publik tersebut. Imlementasi merupakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Tindakan tersebut dilakukan baik oleh individu, pejabat pemerintah maupun swasta. Meter dan Carl (1975) merumuskan implementasi ini adalah sebagai tindakan – tindakan yang dilakukan baik oleh individu – individu, pejabat – pejabat, atau kelompok – kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan – tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Implementasi merupakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

(13)

2.1.6. E-government

Berdasarkan Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government diterbitkan dengan tujuan untuk membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan dan pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat, meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan, dan untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik. Pengembangan e-government dilakukan dengan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

The World Bank Group mendefinisikan e-government sebagai berikut : “e-government berhubungan dengan penggunaan teknologi informasi (seperti Wide Area Network, Internet dan mobile computing) oleh organisasi pemerintahan yang mempunyai kemampuan membentuk hubungan dengan warga negara, bisnis dan organisasi lain dalam pemerintahan. Sementara Muhannad (2014) mendefinisikan bahwa e-government berarti penggunaan alat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk memberikan layanan kepada warga. Walaupun e-government memberikan manfaat besar dan sinergi kepada pemerintah dan masyarakat, akan tetapi tetap menghadapi banyak kendala dan tantangan. Oleh karena itu, selalu ada sejumlah faktor penentu keberhasilan dan risiko yang terkait dengan implementasi e-government.

Menurut Reddick (2004) terdapat tiga level pertumbuhan e-government dan jenis hubungan pemerintah, yaitu Government to citizen (G2C), Government

(14)

to government (G2G), dan Government to business (G2B). Government to citizen (G2C) adalah tingkatan di mana pemerintah menyediakan informasi tentang pemerintahan dan aktivitas-aktivitas terkait kebijakan bagi masyarakat seperti siaran langsung rapat pemerintah dan juga pemerintah menyediakan layanan ,database, formulir online untuk mendukung transaksi online bagi masyarakat seperti pembayaran pajak online. Government to government (G2G) merupakan tingkatan di mana pemerintah menyediakan informasi kepada bagian/tingkat pemerintah lainnya dan pegawainya, seperti intranet yang menyediakan informasi bermanfaat dan juga menyediakan layanan, database, formulir online untuk mendukung transaksi online bagi tingkat pemerintah dan pegawai lainnya, contohnya menyediakan pelatihan online. Dan Government to business (G2B) adalah tingkatan di mana pemerintah menyediakan informasi untuk bisnis dalam bidang pemerintahan, seperti pengadaan persediaan kantor secara online dan juga menyediakan layanan, database, dan formulir online untuk mendukung transaksi bisnis dengan ppemerintah, contohnya pengadaan pembelian persediaan kantor secara online.

Menurut Nam (2014), penggunaan e-government dalam instansi pemerintahan dapat dibagi ke dalam lima jenis yaitu kegunaan layanan: layanan transaksional, kegunaan informasi umum: pencarian informasi umum, peyelidikan/ riset kebijakan pemerintah, partisipasi: keikutsertaan masyarakat dalam pengambilan keputusan pemerintah, dan co-creation: penyusunan kebijakan, informasi, dan layanan-layanan oleh pemerintah dan masyarakat. Sementara itu di Indonesia, tujuan pengembangan e-government yang terdapat

(15)

pada Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 adalah sebagai berikut: pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang memiliki kualitas dan lingkup yang dapat memuaskan masyarakat luas serta dapat terjangkau di seluruh wilayah Indonesia pada setiap saat tidak dibatasi oleh sekat waktu dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat ; pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk meningkatkan perkembangan perekonomian nasional dan memperkuat kemampuan menghadapi perubahan dan persaingan perdagangan internasional ; pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan lembaga-lembaga negara serta penyediaan fasilitas dialog publik bagi masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam perumusan kebijakan negara ; dan pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah dan pemerintah daerah otonom. 2.2. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian Aditya et al (2013) tentang “Determinan internet financial local government reporting di Indonesia” . Penelitian ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi laporan keuangan pemerintah daerah di internet. Penelitian ini menggunakan kriteria pengambilan sampel yaitu pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia tahun 2010, pemerintah daerah yang mempunyai web dan dapat diakses, pemerintah daerah yang mempublikasikan data dan informasi tentang DPRD, pemerintah daerah yang menerbitkan laporan keuangan pemerintah daerah dan diaudit oleh BPK RI dan menyajikan data dan informasi untuk pengukuran variabel penelitian. Penelitian ini menggunakan lima variabel yaitu kompetisi politik, rasio pembiayaan hutang (leverage), kekayaan pemerintah

(16)

daerah, ukuran pemerintah daerah (size) dan tipe pemerintah daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetisi politik, rasio pembiayaan hutang (leverage) dan kekayaan pemerintah daerah berpengaruh secara signifikan terhadap pelaporan keuangan pemerintah daerah di internet. Sedangkan dua variabel independen lainnya yaitu ukuran pemerintah daerah (size) dan tipe pemerintah daerah (type) tidak berpengaruh terhadap tingkat pelaporan keuangan pemerintah daerah di internet.

Penelitian yang dilakukan oleh Adhi dan Suhardi (2010) tentang “Pengaruh implementasi teknologi informasi dan komunikasi di pemerintah daerah terhadap penerimaan penghasilan asli daerah (studi kasus: Kabupaten Sragen)”. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari Pemerintah Kabupaten Sragen, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sragen dan laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) Kabupaten Sragen yang dikeluarkan oleh BPK RI selama tahun 2002-2009. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produktifitas teknologi informasi dan komunikasi (TIK) tidak berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD). Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) hanya dipengaruhi oleh modal non TIK melalui produktifitas non TIK. Implementasi yang terjadi di Kabupaten Sragen mengubah budaya kerja dan mendukung penyederhanaan birokrasi terbukti berpengaruh secara signifikan human capital terhadap tenaga kerja dan tingkat teknologi yang secara tidak langsung mempengaruhi produktifitas TIK.

Penelitian yang dilakukan oleh Martani dan Annisa (2010) tentang “ Disclosure of local government financial statement in Indonesia”. Penelitian ini

(17)

menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria sampel yaitu pemerintah daerah yang telah mengeluarkan laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) pada tahun 2006 dan laporan hasil audit atas LKPD yang memuat setidaknya empat komponen, yaitu laporan realisasi anggaran, neraca, arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh kualitas audit, insentif pemerintahan termasuk pendapatan asli daerah, tingkat ketergantungan pemerintah daerah dan kompleksitas pemerintah daerah serta karakteristik pemerintah daerah terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen kesejahteraan daerah, kompleksitas pemerintah daerah, dan jumlah temuan audit berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Sementara tipe pemerintahan daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD).

Penelitian yang dilakukan oleh Kim (2007) tentang “A cross-national analysis of global e-government”. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh penggunaan internet, pendidikan, kesejahteraan ekonomi, urbanisasi, kebebasan masyarakat, efektivitas pemerintahan, tingkat perkembangan teknologi informasi terhadap kinerja/keberhasilan e-government. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja/keberhasilan e-government dipengaruhi oleh faktor kesejahteraan ekonomi, pendidikan, urbanisasi, kebebasan masyarakat, efektivitas pemerintahan, dan interaksi antara penggunaan internet dan kesejahteraan ekonomi. Sedangkan penetrasi internet tidak berpengaruh secara signifikan

(18)

terhadap keberhasilan e-government. Efektivitas pemerintahan memiliki pengaruh yang paling signifikan terhadap keberhasilan e-government.

Penelitian yang dilakukan oleh Cinca et al (2008) tentang “Determinants of e-government extension”. Penelitian ini menggunakan variabel sumber daya daerah, e-politician, dan lingkungan sebagai variabel independen, kesejahteraan masyarakata dan aktivitas organisasi sebagai variabel kontrol, dan e-government sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh sumber daya daerah, e-politician, dan lingkungan terhadap e-government. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan e-government, yaitu sumber daya ekonomi, politik, dan lingkungan. Faktor sumber daya ekonomi termasuk di dalamnya karakteristik spesifik dari setiap daerah, seperti ukuran, kekuatan finansial atau kapasitas teknologi. Pengaruh politik terdapat pada perannya dalam memndukung penggunaan e-democracy dan menunjukkan keinginan mereka unyuk mengubah konstituen menggunakan teknologi komunikasi. Faktor lingkungan menunjukkan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan e-government, dan hal ini dapat diukur dengan tingkat ekonomi masyarakat daerah dan dinamisme bisnis daerah tersebut. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara ketiga faktor tersebut terhadap perkembangan e-government.

Penelitian yang dilakukan oleh Al-wazir dan Zhao Zheng (2014) tentang “Factors influencing e-government implementation in least developed countries/: a case study of Yemen”. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti faktor-faktor yang mungkin berpenaruh terhadap implementasi e-government di Yaman. Penelitian

(19)

ini menggunakan 169 responden pegawai pemerintah dari berbagai kementerian yang berbeda di Yaman untuk melakukan survei mengenai variabel-variabel penting dan signifikan yang berpengaruh terhadap e-government. Penelitian ini menguji lima faktor penting yang mempengaruhi e-government di Yaman. Lima faktor tersebut, yaitu infrastruktur TIK, adopsi pegawai pemerintahan terhadap e-government, portal website pemerintah, social network websites dan external assistance. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap implementasi e-government, yaitu infrastruktur TIK, portal website pemerintah, dan adopsi oleh pegawai dan masyarakat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa implementasi TIK tidak hanya terlibat dalam peningkatan penggunaan layanan e-government oleh masyarakat, tetapi juga memberikan kesempatan yang besar bagi hubungan antar masyarakat. Kesimpulan penting dari penelitian ini adalah meskipun teknologi informasi dan komunikasi dapat mempengaruhi adopsi e-government, tetapi ini tidak bisa terkait secara langsung dengan aktivitas tradisional pemerintah daerah.

2.3. PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.3.1. Pendapatan Asli Daerah dan E-government

Berdasarkan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan antara pemerintah Pusat dan Daerah, pendapatan asli daerah (PAD) didefinisikan sebagai pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Implementasi desentralisasi fiskal yang bertolak ukuran dari pendapatan asli

(20)

daerah harus diupayakan secara optimal karena pemerintah daerah tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk membiayai pelayanan dan pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah. Kim (2007) menyatakan bahwa kinerja e-government ditentukan oleh kesejahteraan ekonomi, pendidikan, urbanisasi, kebebasan rakyat, efektivitas pemerintahan, dan interaksi antara penggunaan internet dan kesejahteraan ekonomi. Hal ini dapat diartikan bahwa jika kesejahteraan ekonomi daerah tinggi, maka pemerintah daerah mempunyai biaya yang cukup untuk melayani masyarakatnya melalui implementasi e-government, karena implementasi e-government diharapkan untuk menyediakan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan biaya besar. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut.

H1 = Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap implementasi e-government pemerintah daerah di Indonesia.

2.3.2. Belanja Modal dan E-government

Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Untuk mendukung implementasi e-government diperlukan pengadaan infrastruktur yang memadai, hal ini untuk mengurangi salah satu hambatan dalam implementasi e-government yaitu kurangnya alat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang diperlukan

(21)

dalama penerapan e-government. Dengan adanya peningkatan belanja modal maka diharapkan akan menambah alokasi belanja modal untuk pengadaan peralatan dan mesin TIK. Cinca et al (2009) menyatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan e-government yaitu sumber daya pemerintah kabupaten/kota, politikus dan lingkungan. Sumber daya pemerintah kabupaten/kota berkaitan dengan karakteristik spesifik seperti ukuran pemerintah, kekuatan finansial dan kapasitas teknologi. Salah satu komponen kekuatan finansial adalah kemampuan untuk melakukan belanja berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiasa et al bahwa belanja modal berpengaruh terhadap belanja pemeliharaan dan infrastruktur termasuk sarana teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Sarana teknologi informasi dan komunikasi yang memadai akan mendukung tingkat keberhasilan implementasi e-government. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut.

H2 = Jumlah belanja modal berpengaruh positif terhadap implementasi e-government pemerintah daerah di Indonesia. 2.3.2. Kapabilitas auditor internal dan e-government

Kapabilitas aparat pengawasan internal pemerintah (APIP) menunjukkan kemampuan APIP terkait kapasitas, kewenangan, dan kompetensi sumber daya, manusia APIP untuk melaksanakan tugas-tugas pengawasan. Kapabilitas APIP terdiri atas lima level, yaitu initial, infrastructure, integrated, managed, dan optimizing (Perka BPKP 1633,2011). Semakin tinggi level yang diperoleh aparat pengawasan internal pemerintah (APIP) maka akan semakin baik kinerja APIP tersebut.

(22)

Menurut The International for the Professional Practice of Internal Auditing, peran yang dimainkan oleh auditor internal dibagi menjadi dua kategori utama yaitu jasa assurance dan jasa konsultansi. Jasa assurance merupakan penilaian objektif auditor internal atas bukti untuk memberikan pendapat atau kesimpulan independen mengenai proses, sistem atau subyek masalah lain, sedangkan jasa konsultasi merupakan pemberian saran, dan umumnya dilakukan atas permintaan khusus dari klien. Melalui jasa konsultasi APIP sebagai auditor internal pemerintah daerah berpengaruh terhadap penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Semakin tinggi level IACM yang diperoleh oleh APIP artinya semakin tinggi kemampuan APIP dalam melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan program-program atau tugas pemerintah daerah seperti implementasi e-government dan terhadap penyusunan LKPD sehingga LKPD yang dihasilkan oleh pemerintah daerah semakin andal dan berkualitas. Hal ini sejalan dengan tujuan implementasi e-government yaitu menyediakan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah baik informasi keuangan maupun non keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut.

H3 = Kapabilitas auditor internal berpengaruh positif terhadap implementasi e-government pemerintah daerah di Indonesia. 2.3.3. Keahlian auditor internal dan e-government

Keahlian aparat pengawas intern pemerintah (APIP) menunjukkan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan oleh auditor internal pemerintah daerah dalam melaksanakan tugasnya. Inspektorat pemerintah daerah melaksanakan pengawasan intern terhadap pemerintah daerah

(23)

ditentukan oleh atribut auditornya seperti jenjang jabatan dan peran dalam organisasi pemerintah (Sutaryo et al, 2015). Semakin tinggi tingkat keahlian auditor maka akan semakin baik kinerja dari APIP tersebut. Aparat pengawas intern pemerintah (APIP) harus mempunyai latar belakang pendidikan dan kompetensi yang memadai dalam melaksanakan pekerjaan auditnya. Keahlian auditor ini penting untuk diperhatikan karena tingkat keahlian auditor yang tinggi akan memberikan kinerja yang baik pula terutama dalam hal penciptaan transparansi dan akuntabilitas publik, yang merupakan tujuan diterapkannya e-government. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H4 = Keahlian auditor internal berpengaruh positif terhadap implementasi e-government pemerintah daerah di Indonesia.

2.4. SKEMATIK KERANGKA TEORITIS

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh jumlah pendapatan asli daerah (PAD), belanja modal, kapabilitas auditor internal, dan keahlian auditor internal terhadap implementasi e-government. Untuk variabel independen yang pertama yaitu pendapatan asli daerah (PAD) yang dihasilkan dari total pendapatan asli daerah. Variabel independen yang kedua belanja modal yang dihasilkan dari total belanja modal. Variabel independen yang ketiga yaitu kapabilitas auditor internal yang dihasilkan dari level IACM. Variabel independen yang keempat yaitu keahlian auditor internal yang dihasilkan dari total keahlian (penyelia, pelaksana lanjutan dan pelaksana) dibagi dengan jumlah auditor pada kabupaten/kota. Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu tipe

(24)

pemerintah daerah berupa kabupaten/kota dan geografis pemerintah daerah yaitu Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu implementasi e-government.

Diagram skematik kerangka teoritis dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

GAMBAR 1

Skematik Kerangka Teoritis

VARIABEL INDEPENDEN (H1+) VARIABEL DEPENDEN (H2+) (H3+) (H4+) VARIABEL KONTROL

Kapabilitas Auditor Internal

Keahlian Auditor Internal

Belanja Modal

Pendapatan Asli Daerah

(PAD)

E-Government

Tipe Pemerintah Daerah Geografis Pemerintah

Gambar

Diagram  skematik  kerangka  teoritis  dalam  penelitian  ini  digambarkan  sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Komponen konatif atau perilaku dalam sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang

(5) Ruang tertutup dalam bangunan umum dan pergudangan yang luas permukaan lantainya lebih dari luas tersebut pada ayat (2) atau (3) pasal ini, maka banyaknya alat pemadam

Pengaruh Layanan Penguasaan Konten (Pembelajaran) Dalam Mengatasi Siswa yang Kurang Minat Belajar Kelas VIII MTs Negeri 2 Rantau Prapat Tahun Pembelajaran

62 Kota Cimahi SENAM PUT RI - RIT MIK SIMPAI (HOOP) WIRA ALKIAN 10600 Emas 63 Kabupaten Bandung SENAM PUT RI - RIT MIK SIMPAI (HOOP) NABILAH RIZKY 10100 Perak 64 Kabupaten

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kemampuan aktivitas antimikroba yoghurt susu kambing peranakan etawah (PE) yang disimpan sampai 16 hari dalam menghambat

Dari data dan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian kepada remaja putri di Desa Undaan Lor yang akan dituangkan dalam skripsi dengan judul Pengaruh Gaya

Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun

Kelima faktor di atas saling berkaitan erat satu dengan yang lainnya, karena merupakan esensi dari penegakan hukum dan merupakan tolok ukur daripada