• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Komitmen Republic of Korea di Indonesia dalam bidang Kebudayaan

2.1.2. Kerjasama Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

2.2Perkembangan Kebudayaan Republic of Korea di Indonesia melalui Film dan Drama

Bab III : Kebijakan Republic of Korea terhadap media Film dan Drama

3.1Sejarah Film Korea 3.1.1. Sistem Otoriter 3.1.2. Sistem Promosi

3.2Perkembangan Kebijakan Pemerintah Republic of Korea terhadap Film dan Drama

13

3.2.2. Principal Goals and Direction of Korean Cultural Diplomacy 3.2.3. White Paper 2008

3.2.4. Visi Global Korea

3.2.5. Ministry Culture Sport and Tourism (MCST) 3.2.6. Ministry Foreign Affairs and Trade (MOFAT)

Bab IV : Pencapaian Kepentingan Citra dan Ekonomi Republic of Korea melalui Film dan Drama di Indonesia

4.1Pencapain Citra

4.2Pencapaian Ekonomi (Trade) 4.2.1 Pariwisata

4.2.2 Ekonomi Kreatif Bab V : Kesimpulan

14 BAB II

KOMITMEN REPUBLIC OF KOREA DI INDONESIA DALAM BIDANG

KEBUDAYAAN

Dalam hukum Internasional bidang kebudayaan yang diterapkan oleh Republik Korea disebutkan bahwa pemerintah RoK telah membangun kontrak kerjasama budaya dan membentuk komite umum kebudayaan demi memperkuat hubungan bilateral dan kerjasama di bidang kebudayaan dalam level international (Institutional and Legal Framework RoK). Pernyataan ini menunjukan bahwa RoK telah melakukan kontrak kerjasama kebudayaan dengan banyak negara. Perjanjian tersebut telah menandai dilakukannya aktivitas kerjasama kebudayaan dengan 80 negara. Selanjutnya, sebagai bentuk aktivasi pertukaran kebudayaan antar negara, pemerintah Korea mendirikan komite bersama kebudayaan di 30 negara dengan tujuan untuk memperluas pemahaman budaya antar bangsa. (Intitutional and Legal Framework RoK).

Dalam laporan tahunan KBRI di Seoul (2001) disebutkan bahwa Indonesia adalah salah satu dari 30 negara patner Republik Korea dalam menjalin kerjasama bidang kebudayaan. Kerjasama ini telah dilakukan melalui persetujuan yang ditandatangani pada tanggal 2 November 2000 pada saat kunjungan balasan kenegaraan presiden Kim-Dae Jung ke Indonesia. Secara efektif kerjasama ini dapat memberikan dorongan kuat bagi kedua negara untuk mewujudkannya dalam bentuk nyata. Hal ini terbukti ketika Indonesia mengadakan pameran pengenalan

barang-15

barang kerajinan, tarian, kesenian, dan pariwisata Indonesia di Seoul yang berlangsung dengan baik. Begitupula sebaliknya.

Lebih jauh lagi dalam laporan itu dijelaskan bahwasanya hubungan diplomatik antara Indonesia-Republik Korea telah berjalan baik dan tidak terdapat masalah-masalah yang dapat mengganggu hubungan kedua negara karena menganut prinsip-prinsip saling menghormati dan menginginkan peningkatan hubungan yang saling menguntungkan di berbagai bidang. Sementara itu, dalam bidang kebudayaan, sebagaimana laporan KBRI Seoul tahun 2000, presiden Kim Dae Jung masih tetap memberikan prioritas yang tinggi pada program kegiatan kebudayaan dan pariwisata Republic of Korea dengan bersedia tampil dalam iklan media untuk memperomosikan negaranya. Selain untuk meningkatkan reputasinya di mata masyarakat Internasional.

Sebagaimana telah disinggung diawal, inti dari perjanjian kebudayaan antara RI-ROK yang telah di sahkan pada tahun 2000, tidak hanya memuat kerjasama antar pemerintah, tetapi juga kerjasama antar masyarakat RI-ROK. Hal ini tercantum dalam draft Agreement between the government of the Republic of Indonesia and the government of the Republic of Korea on Cultural Cooperation yang menyatakan bahwasanya kedua negara memperkuat hubungan persahabatan antara rakyat Indonesia dan rakyat Korea yang mana dapat memberikan keuntungan timbal balik bagi rakyat kedua negara (Dokumen Kerjasama Perjanjian RI-RoK, 2000).

16

2.1Bentuk-bentuk Komitmen Kebudayaan Republic of Korea di Indonesia Dalam Diplomatic Whitepaper 2006, dijelaskan bahwa pemerintah Korea melakukan serangkaian kegiatan yang dapat mendukung diplomasi kebudayaannya melalui beberapa kegiatan. yaitu:

2.1.1 Bidang Pendidikan

1. Suport Overseas Korean Studies

Dijelaskan Shin (2012) MOFAT mendukung pertukaran pelajar ke luar negeri dalam rangka memperkenalkan budaya Korea yang berkaitan dengan topik juga mencari berbagai macam cara untuk memperkenalkan kultur Korea ke luar negeri. Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia dan Pusat Kebudayaan Korea banyak membuka peluang beasiswa ke Korea bagi masyarakat Indonesia, seperti beasiswa pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berasal dari pemerintah dan beasiswa seni yang berasal dari organisasi (idn.mofat.go.kr).

Disamping itu, Korean Fondation merupakan salah satu lembaga yang memberikan dana bagi pendidikan dan penelitian di Indonesia melalui pembentukan Pusat Studi Korea di beberapa universitas sepeti Universitas Gajah Mada (UGM), dan Universitas Indonesia (UI). Seiring bertambahnya Universitas yang mendirikan Korean Studies Centre3, maka pada tahun

2009 menurut Suray Agung Nugraha (2009) dalam Review INAKOS, para alumni Universitas Korea menggagas dibentuknya perkumpulan pusat Studi

3 Korean Studies Centre juga didirikan di Universitas Nasional, Universitas Diponegoro, Universitas Lambung Mangkurat, dan Universitas Hasanudin

17

Korea-Indonesia yang kemudian dinamai INAKOS (International Association of Korean Studies Indonesia). Dalam Review tersebut juga dijelaskan bahwa INAKOS berupaya mendukung perkembangan terbaru Pusat Studi Korea yang ada di Indonesia melalui kerjasama dengan para sarjana Korea dan sarjana Indonesia, generasi muda, serta para peneliti dari institusi Korea.

2. Jakarta Internastional Korean School

Jakarta International Korean School beridiri atas usulan para pendiri Asosiasi Korea dengan persetujuan dari Kedutaan besar Korea yang ada di Indonesia (JIKS.com). Pada bulan November 1990, Departemen pendidikan dan kebudayaan Indonesia mengesahkan usulan pendirian sekolah internasional untuk tingkat SD sampai SMU yang diajukan oleh yayasan pendidikan Korea yang ada di Indonesia (Yang Seung Yoon, 2005). Sekolah yang memiliki visi “Nurturing Creative Leader Who Has Global Perspective” ini disediakan bagi warga Korea yang tinggal di Indonesia, sehingga keseluruhan siswa dari sekolah ini merupakan warga asli atau warga keturunan Korea (Hansangjae, 2006).

Dalam beberapa kesempatan, sekolah JIKS sebagaimana diberitakan dalam website bpkpenabur.or.id (2012), pada tahun 2012 beberapa siswa dari Jakarta International Korean School ini melakukan pertukaran pelajar nasional dengan sekolah SMPK Penabur Kota Modern. Para siswa-siswi JIKS mengikuti kurikulum belajar mengajar di SMPK tersebut selama 2 hari.

18 3. Korean Studies Centre

Korean Studies Centre ini pertama kali didirikan tahun 1996 di dua universitas negeri di Indonesia yaitu Universitas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Indonesia (UI). Pembentukan Korean Studies Centre merupakan bagian dari program Korean Fondation untuk mendukung pendidikan, penelitian, dan aktivitas lainnya yang berkaitan dengan “mutual understanding” antara Republik Korea dengan Republik Indonesia (kf.or.kr). Seiring bertambahnya Universitas yang mendirikan Korean Studies Centre4, maka pada tahun 2009 menurut Suray Agung Nugraha

(2009) dalam Review INAKOS, para alumni Universitas Korea menggagas dibentuknya perkumpulan pusat Studi Korea-Indonesia yang kemudian dinamai INAKOS (International Association of Korean Studies Indonesia). Dalam Review tersebut juga dijelaskan bahwa INAKOS berupaya mendukung perkembangan terbaru Pusat Studi Korea yang ada di Indonesia melalui kerjasama dengan para sarjana Korea dan sarjana Indonesia, generasi muda, serta para peneliti dari institusi Korea.

4. Hallyu Forum dan Seminar

Pada Desember 2012 Kedutaan Besar Republic Korea mengadakan seminar bertema “The Cultural Cooperation & Korean Wave (Hallyu)”.

4 Korean Studies Centre juga didirikan di Universitas Nasional, Universitas Diponegoro, Universitas Lambung Mangkurat, dan Universitas Hasanudin

19

Disamping itu ada juga seminar online bertema “Semangat Kreatifitas

dalam Bahasa Korea” dan Seminar Pendidikan Bahasa Korea, bertema

“Cara dan Pembahasan tentang Mensosialisasikan Pendidikan Bahasa

Korea dan Peningkatan Kualitas Pengajar Bahasa Korea”.

Seminar-seminar ini merupakan kegiatan yang juga bekerjasama dengan Korea Foundation for International Culture Exchange (KOFICE).

2.1.2 Kerjasama Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Bentuk-bentuk kerjasama Ilmu Pengetahuan dan teknologi lain nya adalah sebagai berikut:

1. KBS World

Pada dasarnya kerjasama Ilmu Pengetahuan dan teknologi antara RI-RoK sudah dilakukan sejak diluncurkan nya siaran berbahasa Indonesia oleh stasiun Radio Korean Broadcasting system World (KBS World) milik Korea di wilayah Asia Tenggara pada 2 Juni 1975. Siaran Berbahasa Indonesia itu meliputi semua kawasan yang berbahasa Melayu, seperti Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, kawasan selatan kepulauan Filipina juga termasuk wilayah ujung selatan Thailand. selama 4 tahun, yaitu antara tahun 1975-1978, waktu siaran berbahasa Indonesia tersebut disiarkan selama 15 menit sebanyak 3 kali setiap hari yang waktunya disesuaikan dengan waktu kawasan Asia Tenggara untuk dapat menjaring lebih banyak pendengar dari kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia (Yang Seung Yoon: 2005).

20

Dalam kerjasama siaran tersebut, juga dilakukan kerjasama pertukaran tenaga kerja antara tenaga kerja KBS World dengan tenaga kerja Radio Republik Indonesia (RRI), sebagaimana dikutip Yang Seung Yoon (2005) dalam laporan RRI, “sejak tahun 1978 sampai sekarang sebanyak 15 orang petugas RRI yang teridiri dari penyiar, wartawan dan insinyur telah dikirim untuk bekerjasama dengan KBS World untuk membuat siaran berbahasa Indonesia”.

Pada saat dilakukannya kerjasama Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Izin siaran berbahasa Indonesia di Asia Tenggara berada dibawah Departemen Penerangan yang sejak 2005 mengalami perubahan nama menjadi Kementrian Komunikasi dan Informatika Indonesia.

2. Kerjasama Perfilman

Sebelum Indonesia dan Republic of Korea menjalin hubungan diplomatik penuh, tahun 1964, di Korea sudah mulai dibuka studi tentang film Indonesia. Pada tahun itu, Hankuk University of Foreign Studies (HUFS) sudah membuka jurusan Indonesia yang tidak hanya mempelajari bahasa Indonesia saja, tetapi juga mengenai keadaan politik, ekonomi, social, ekonomi dan kebudayaan Indonesia (Yang Seung Yoon, 2005).

Kerjasama perfilman antara RI dan Rok memang belum dilaksanakan secara resmi. Namun wacana terkait hal itu sudah dicetuskan oleh menteri Ekonomi Kreatif dan Pariwisata Meri Elka Pangestu dalam kunjungan kerjanya ke Republic of Korea, tertanggal 24 Maret 2012. Sebagaimana dilansir Tourismnews.com (2012) Mari Elka Pangestu

21

bertemu dengan sejumlah lembaga pemerintah dan non-pemerintah yang menangani pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif. Salah satu lembaga yang dikunjungi adalah Korean Film Council (KOFIC). Mari Elka Pangestu menjajaki kemungkinan kerja sama dengan lembaga tersebut terkait dengan pengembangan animasi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan dan film. Pada kesempatan itu, Mari Pangestu berdiskusi dengan Kepala KOFIC Kim Eui-Suk untuk membahas pengembangan dan manajemen film di Republic of Korea serta kemungkinan kerja sama antar kedua negara dalam mengembangkan industri filmnya.

Sejak tahun 2000, film Korea memasuki pasar Indonesia baik dalam bentuk drama atau film layar lebar, baik melalui bioskop blitz megaplex atau beberapa stasiun televisi swasta seperti Indosiar, Trans TV, ANTV, SCTV, dll. Hanya saja kerjasama film baru dilakukan pada level People to People. Beberapa perusahaan film Republic of Korea yang menjalin kontrak kerjasama dengan stasiun televise Swasta Indonesia.

Pada tahun 2009, film Republic of Korea mulai diputar di layar lebar Indonesia melalui Festival Film Korea selama 7 hari di bioskop Blitz Megaplex yang diselenggarakan langsung oleh Kedutaan Besar Korea untuk Indonesia. Sementara itu, pada tahun 2013 festival serupa kembali digelar di dua kota berbeda, Jakarta dan Bandung dan menghabiskan tiket sebanyak 4000 tiket di wilayah Jakarta (beritasatu.com). Dalam festival ini, menurut direktur Korean Cultural Centre, Kim Seok Gi, Festival Film Korea

22

menjadi unsur penting dalam memperluas hubungan kedua negara. Festival ini akan dilanjutkan dengan Indonesia Film Festival di Republic of Korea pada musim gugur, yaitu bukan September 2013 dalam rangka pertukaran budaya kedua negara (gatra.com)

2.1.3 Pembukaan pusat Kebudayaan Korea (Korea Cultural Centre)

Dokumen terkait