BAB III. TEKNIK PENILAIAN RISIKO 42
B. Kerugian Potensial
1. Daftar Kerugian Potensial
Dari kegiatan identifikasi risiko akan dihasilkan/dibuat suatu daftar mengenai kerugian potensiil yang mungkin menimpa suatu organisasi baik profit maupun non profit. Daftar ini disebut ”daftar kerugian potensiil” atau ”check list”.
Dari daftar tersebut akan diketahui kerugian apa saja dan bagaimana terjadinya yang mungkin dapat menimpa organisasi, sehingga dapat dipakai sebagai dasar di dalam menentukan kebijaksanaan pengendalian risiko.
Seluruh kerugian potensiil yang mungkin menimpa suatu organisasi pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok:
a. Kerugian atas harta (property losses).
b. Kerugian berupa kewajiban kepada pihak ketiga (liability losses).
c. Kerugian personil (personal losses).
2. Kerugian Atas Harta a. Pembagian Jenis Harta
Kerugian harta adalah kerugian yang menimpa ”harta milik” organisasi.
Dimana untuk kepentingan penanggulangan risiko harta dibagi ke dalam:
1) Aset tetap, yaitu harta yang terdiri dari tanah dan bangunan yang ada di atasnya.
2) Aset bergerak, yaitu barang-barang yang tidak terikat pada tanah, yang selanjutnya dapat dibagi lagi ke dalam:
a) barang-barang yang digunakan untuk melakukan aktivitas produksi dan aktivitas-aktivitas organisasi lainnya, yang meliputi antara lain: bahan baku dan pembantu, peralatan, suku cadang dan sebagainya,
b) barang-barang yang akan dijual, misalnya: hasil produksi (organisasi industri), barang dagangan (organisasi perdagangan), surat-surat berharga (pialang), uang (bank) dan sebagainya.
3. Penyebab Kerugian
Penyebab kerugian terhadap harta yang dibedakan ke dalam:
a. Bahaya fisik, yaitu bahaya yang menimbulkan kerugian, yang bukan berasal dari ulah manusia. Umumnya bahaya yang timbul karena kekuatan alam, seperti: kebakaran, angin topan, gempa bumi yang dapat merusak harta.
b. Bahaya sosial, yaitu bahaya yang timbul karena:
1) adanya penyimpangan tingkah laku manusia dari norma-norma kehidupan yang wajar, misalnya: pencurian, penggelapan, penipuan dan sebagainya,
2) adanya penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh manusia secara kelompok, misalnya: pemogokan, kerusuhan dan sebagainya.
c. Bahaya ekonomi, yaitu bahaya-bahaya yang disebabkan oleh kekuatan eksternal maupun internal organisasi, misalnya: mismanajemen, resesi ekonomi, perubahan harga, persaingan dan sebagainya.
Dalam kaitan ini Manajer Risiko lebih menitik-beratkan perhatiannya pada bahaya fisik dan bahaya sosial, karena dari situlah umumnya risiko murni bersumber.
Kerugian harta yang bersumber dari bahaya sosial dapat berasal dari orang dalam organisasi sendiri, misalnya: korupsi, manipulasi dan mungkin pula dilakukan oleh orang lain, misalnya: pencurian, penipuan dan sebagainya.
Kerugian yang disebabkan oleh perbuatan pegawai sendiri (penggelapan/korupsi) biasanya disebabkan adanya ketidakjujuran dari pegawai yang bersangkutan. Dimana pegawai menggunakan harta milik organisasi untuk kepentingannya sendiri. Ketidakjujuran pegawai dapat dikategorikan ke dalam:
a. penggelapan yang sudah dipersiapkan dengan matang; biasanya mereka yang menerima pekerjaan di suatu organisasi sudah dengan maksud untuk memudahkan mencuri harta milik organisasi, biasanya bahaya kerugiannya besar,
b. penggelapan yang dilakukan oleh pegawai yang mempunyai kebutuhan (keuangan) yang mendesak, sehingga yang bersangkutan membenarkan keputusannya untuk menggelapkan harta milik organisasi, biasanya
kerugiannya tidak begitu besar,
c. penggelapan yang dilakukan karena berbagai alasan, yang bukan bermaksud memperkaya diri, misalnya: kleptomania, balas dendam dan tekanan-tekanan psikologis lainnya, biasanya pencurian yang dilakukan dalam skala kecil, sehingga bagi organisasi tidak begitu membahayakan (merugikan).
Kejahatan yang dilakukan oleh pihak luar, yang didorong oleh keinginan untuk mencuri biasanya perlu dibedakan ke dalam:
a. yang dilakukan oleh pencuri yang profesional, yang biasanya melakukan pencurian setelah mengamati situasi dari sasaran secara seksama, demi kelancaran dan keamanan kejahatannya, umumnya jumlah kerugiannya besar,
b. yang dilakukan oleh pencuri amatiran, yaitu pencurian-pencurian yang dilakukan hanya karena kecenderungan menuruti kata hati, bukan didorong oleh keinginan untuk mencuri, tetapi oleh keinginan lain, seperti:
kebutuhan yang mendesak, kekacauan mental (kleptomani), biasanya kerugian yang ditimbulkan tidak begitu besar.
4. Macam-macam Kerugian atas Harta
Kerugian yang menimpa harta karena terjadinya peril dapat dibedakan ke dalam:
a. Kerugian langsung.
b. Kerugian tidak langsung.
c. Kerugian net income.
Kerugian langsung adalah kerugian yang langsung dapat dikaitkan dengan peril yang menimpa harta tersebut, yaitu kerugian yang diderita karena rusaknya atau hancurnya harta yang terkena peril, misalnya gedung terbakar, dimana kerugiannya berupa nilai dari gedung tersebut, yang besarnya sama dengan nilai pembangunan kembali atau biaya perbaikan terhadap gedung yang bersangkutan.
Kerugian tidak langsung adalah kerugian yang disebabkan oleh berkurangnya nilai, kerusakan atau tidak berfungsinya barang lain selain yang terkena peril.
Contoh:
a. Makanan, minuman, obat-obatan menjadi rusak dikarenakan lingkungan yang berubah disebabkan oleh peril yang telah menimpa harta lain (misalnya gardu instalasi listriknya terbakar) sehingga lemari pendingin tidak berfungsi.
b. Harta yang terdiri dua komponen atau lebih, apabila salah satu komponennya rusak, maka nilai dari komponen yang lain ikut menjadi berkurang, meskipun sebetulnya tidak rusak, misalnya kerusakan mesin mobil menyebabkan nilai jual kendaraan menjadi turun.
c. Suatu gedung rusak berat, tetapi tidak seluruhnya rusak artinya masih ada bagian-bagian yang tidak mengalami kerusakan dan bila dibangun kembali gedung harus dibongkar seluruhnya. Kerugian tidak langsungnya : biaya pembongkaran dan pembangunan kembali bagian gedung yang
sebetulnya tidak rusak.
d. Bila rusaknya satu alat produksi mengakibatkan beberapa pegawai terpaksa harus menganggur untuk beberapa hari dan mereka itu umumnya harus tetap dibayar upah/gajinya. Kerugian tidak langsungnya adalah gaji /upah pegawai yang harus nganggur tersebut.
Kerugian net income (= pendapatan dikurangi biaya), yaitu penurunan net income suatu organisasi, karena hilangnya / berkurangnya manfaat suatu harta, baik sebagian maupun seluruhnya karena peril, sampai harta tersebut diganti atau dipulihkan seperti semula. Sebab hal itu akan mengakibatkan di satu pihak pendapatan organisasi menurun dan di lain pihak biayanya naik.
Meskipun jenis kerugian ini sering jauh lebih besar daripada kerugian langsung maupun tidak langsung, tetapi banyak organisasi yang tidak / kurang menyadari adanya kerugian ini. Hal ini dikarenakan manajer risiko lebih sukar untuk mengidentifikasi dan mengukur kerugian net income, karena banyaknya variabel yang terlibat, yang tidak mudah untuk mengidentifikasi dan mengukurnya.
5. Manfaat Daftar Kerugian Potensiil
Daftar kerugian potensiil bagi suatu organisasi pada hakekatnya merupakan:
a. Daftar yang dapat menunjang pencapaian berbagai tujuan, yang berkaitan dengan pengelolaan bisnis/organisasi pada umumnya. Jadi tidak hanya untuk kepentingan manajemen risiko saja.
b. Suatu cara yang sistimatis guna mengumpulkan informasi mengenai organisasi-organisasi lain, yang mungkin ada kaitannya dengan operasional organisasinya.
Jadi daftar kerugian potensiil sangat bermanfaat bagi kegiatan pengelolaan organisasi secara keseluruhan, tidak hanya di bidang penanggulangan risiko saja.
Sedangkan manfaat daftar kerugian potensiil bagi Manajer Risiko antara lain :
a. Mengingatkan Manajer Risiko tentang kerugian-kerugian yang dapat menimpa unit kerjanya.
b. Sebagai tempat mengumpulkan informasi yang akan menggambarkan, dengan cara apa dan bagaimana, kebijakan khusus yang dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi risiko potensiil yang dihadapi unit kerjanya.
c. Sebagai bahan pembanding dalam mereviu dan mengevaluasi program penanggulangan risiko yang telah dibuat, yang dapat mencakup:
kebijakan organisasi, pengamanan-pengamanan yang telah dilakukan, kerugian-kerugian yang timbul dan sebagainya.
6. Klasifikasi Kerugian Potensiil
Seluruh kerugian potensiil yang dapat menimpa setiap unit kerja pada pokoknya dapat diklasifikasikan ke dalam:
a. Kerugian atas harta kekayaan/kekayaan negara (property exposures) yang meliputi:
1) Kerugian yang langsung dapat dihubungkan dengan biaya penggantian atau perbaikan terhadap harta yang terkena peril (gedung yang terbakar, peralatan yang dicuri, kerugian negara akibat wabah covid-19). Jenis kerugian ini disebut ”kerugian langsung”.
2) Kerugian yang tidak dapat secara langsung dihubungkan dengan peril yang terjadi. Jenis kerugian ini disebut ”kerugian tidak langsung”.
Contoh:
a) Rusaknya bahan-bahan yang disimpan dalam lemari pendingin (cold storage), karena tidak berfungsinya alat pendingin akibat gardu listriknya rusak disambar petir.
b) Upah yang harus tetap dibayar, pada saat organisasi tidak berproduksi, karena ada alat-alat produksinya yang terkena peril.
c) Turunnya tarif kost di sekitar area PKNSTAN akibat moratorium penerimaan mahasiswa baru.
3) Kerugian atas pendapatan, tidak tercapainya target penerimaan karena terkena peril.
Contoh:
a) Batalnya kontrak penjualan, karena organisasi tidak berproduksi untuk sementara waktu, sebab alat produksinya mengalami rusak berat.
b) Turunnya potensi penerimaan pajak akibat wabah corona.
b. Kerugian berupa kewajiban kepada pihak lain (liability losses / exposures):
Adalah kerugian yang berupa kewajiban kepada pihak lain yang merasa dirugikan, akibat kesalahan dari manajemen/staf atau kebijakan pejabat publik.
Contoh:
1) Ganti rugi yang harus diberikan oleh organisasi angkutan umum kepada penumpang yang cedera akibat kecelakaan, yang disebabkan oleh kesalahan pengemudinya.
2) Pembayaran tuntutan ganti rugi kepada pihak lain yang menang gugatan di pengadilan.
c. Kerugian personil (personnel losses/exposures):
Kerugian akibat peril yang menimpa personil atau orang-orang yang menjadi anggota dari pegawai organisasi (termasuk keluarganya).
Contoh:
1) Kematian, ketidakmampuan karena cacat, ketidak mampuan karena usia tua dari pegawai atau pimpinan organisasi.
2) Kerugian yang menimpa keluarga pegawai akibat kematian, ketidakmampuan dan pengangguran.
Dengan melihat jenis dan kondisi dari kerugian potensiil yang demikian itu, maka seorang Manajer Risiko harus selalu:
1) mempelajari dan mengevaluasi peristiwa-peristiwa kerugian yang telah diderita.
2) mengikuti dan mempelajari peristiwa-peristiwa kerugian yang dilaporkan lewat publikasi-publikasi.
3) menghadiri pertemuan-pertemuan para manajer di dalam intern organisasi, pertemuan dengan Manajer-manajer Risiko di tingkat regional, nasional maupun internasional.