• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II METODE PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

II.6. Kerusakan Pada Perkerasan

Perkerasan yang telah didesain dengan metode tertentu ataupun dengan bahan perkerasan yang baik, pada akhirnya akan menemukan titik jenuh, dimana ketahanan perkerasan dalam menerima beban kendaraan dalam masa layan tertentu akan mengalami kerusakan. Ada yang mengalami kerusakan pada waktu masa layan (umur rencana) yang telah direncanakan, adapun yang mengalami kerusakan di awal atau sebelum akhir umur rencana yang telah ditetapkan.

Kerusakan dalam bentuk yang sederhana umumnya lebih mudah diidentifikasikan sebab-sebabnya.

64 Kerusakan perkerasan jalan dapat disebabkan oleh (Hary, 2007) :

 Beban lalu-lintas yang berlebihan.

 Kondisi tanah dasar (subgrade) yang tidak stabil, sebagai akibat dari sistem pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat-sifat tanah dasar yang memang jelek.

 Kondisi tanah pondasi yang kurang baik, lunak atau mudah mampat, bila jalan terletak pada timbunan.

 Kondisi lingkungan, yaitu termasuk akibat suhu udara dan curah hujan yang tinggi.

 Material dari struktur perkerasan dan pengolahan yang kurang baik.

 Penurunan akibat pembangunan utilitas di bawah lapisan perkerasan.

 Drainase yang buruk, sehingga berakibat naiknya air ke lapisan perkerasan akibat isapan atau kapilaritas.

 Kadar aspal dalam campuran terlalu banyak, atau terurainya lapis aus oleh akibat pembekuan dan pencairan es.

 Kelelahan (fatigue) dari perkerasan, pemadatan, atau geseran yang berkembang pada tanah dasar, lapis pondasi bawah (subbase), lapis pondasi (base) dan lapis permukaan.

 Dalam perkerasan kaku, kondisi beton yang memburuk disebabkan oleh berkurangnya mutu kekuatan pada perkerasan beton akibat material pembentuk yang tidak awet, proses beku-cair, reaksi agregat alkali dan lain- lain. Kerusakan perkerasan kaku juga bisa diakibatkan oleh melengkung atau tidak tepatnya kelurusan batang ruji (dowel) dan tegangan-tegangan yang timbul akibat ekspansi dan penyusutan. Selain itu, perkerasan rusak oleh

65 akibat: pemompaan (pumping), pecahnya bagian sudut pelat, rusaknya sambungan dan lain-lain.

Banyak bentuk kerusakan yang dapat terjadi pada perkerasan. Jenis-jenis kerusakan perkerasan lentur, umumnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

 Deformasi : bergelombang, alur, ambles, sungkur, mengembang, benjol, dan turun.

 Retak : memanjang, melintang, diagonal, reflektif, blok, kulit buaya, dan bentuk bulan sabit.

 Kerusakan tekstur permukaan : butiran lepas, kegemukan, agregat licin, terkelupas, dan stripping.

 Kerusakan lubang, tambalan dan persilangan jalan rel.

 Kerusakan di pinggir perkerasan : pinggir retak/pecah dan bahu turun.

Pada subbab ini akan di bahas mengenai kerusakan pada perkerasan, yaitu perkerasan lentur. Dengan bahasan kerusakan yang dikhususkan pada kerusakan alur (rutting).

Dalam buku Hary Christady Hardiyatmo (2007) menjelaskan bahwa alur (rutting) adalah deformasi permukaan perkerasan aspal dalam bentuk turunnya perkerasan kearah memanjang pada lintasan roda kendaraan (lihat gambar 2.19 dan 2.20). Distorsi permukaan jalan yang membentuk alur-alur terjadi akibat beban lalu lintas yang berulang-ulang pada lintasan roda sejajar dengan as jalan. Gerakan ke atas perkerasan dapat timbul di sepanjang pinggir alur.

66 Gambar 2.15 Alur Pada Jalan Raya (1)

Gambar 2.16 Alur Pada Jalan Raya (2)

Alur biasanya baru nampak jelas ketika hujan dan terjadi genangan air di dalamnya. Menurut Asphalt Institute MS-17, sebab-sebab terjadinya alur adalah seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.17 Alur disebabkan oleh pemadatan (deformasi tanah dasar) atau perpindahan campuran aspal yang tidak stabil. Faktor penyebab kerusakan adalah sebagai berikut :

67

 Pemadatan lapis permukaan dan pondasi (base) kurang, sehingga akibat beban lalu lintas lapis pondasi memadat lagi.

 Kualitas campuran aspal rendah, ditandai dengan gerakan arah lateral dan ke bawah dari campuran aspal di bawah beban roda berat.

 Gerakan lateral dari satu atau lebih dari komponen pembentuk lapis perkerasan yang kurang padat. Contoh terjadinya alur pada lintasan roda yang disebabkan oleh deformasi dalam lapis pondasi atau tanah dasar. Tanah dasar lemah atau agregat pondasi (base) kurang tebal, pemadatan kurang, atau terjadi pelemahan akibat infiltrasi air.

Gambar 2.17 Skema Terjadinya Alur

Setelah melihat pengertian dan faktor penyebab kerusakan perkerasan lentur berupa alur, bentuk kerusakan seperti ini harus segera diperbaiki. Karena apabila kerusakan alur dibiarkan terus menerus, perkerasan yang mengalami kenaikan dari posisi awal desain (kenaikan masih kecil) lama kelamaan akan naik secara berlebihan di sepanjang alur yang terjadi. Sehingga ketinggian perkerasan disepanjang alur akan

68 dua kali lipat tingginya dari posisi awal desain perkerasan tersebut. Selain itu apabila alur ini digenangi oleh air akan menyebabkan kerusakan tambah meluas yang akan mengakibatkan kecelakaan pada kendaraan (dapat terjadi slip atau ambles ketika melintas di sepanjang alur). Hal ini tentunya mengurangi kenyamanan dan keselamatan dalam berkendara.

Untuk melakukan perbaikan kerusakan perkerasan berupa alur seperti ini dapat dilakukan perbaikan berupa lapis tambah (overlay). Pada perbaikan lapis tambah ini menggunakan campuran aspal panas (hot mix). Seperti yang diketahui overlay merupakan bentuk perbaikan yang dilakukan pada permukaan perkerasan saja. Oleh karena itu bagian perkerasan yang terjadi alur di ratakan kemudian dilakukan pelapisan permukaan dengan hot mix. Proses perbaikan seperti ini sering dipakai untuk perbaikan sementara. Selain perbaikan dengan lapis tambah, apabila penyebab kerusakan alur terjadi karena kurangnya daya dukung lapis pondasi (base) atau tanah dasar terhadap beban kendaraan, perbaikan yang cocok adalah dengan melakukan perencanaan perkerasan kembali pada perkerasan tersebut.

Shahin (1994) dalam buku Hary Christady Hardiyatmo (2007), memberikan tabel tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI, identifikasi dan pemilihan perbaikannya.

69 Tabel 2.16Tingkat Kerusakan Perkerasan Aspal, Identifikasi dan Pilihan Perbaikan Alur

Tingkat Kerusakan

Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan

L Kedalaman alur rata-rata 1/4 - 1/2 in

(6 – 13 mm).

Belum perlu diperbaiki; mill dan lapisan tambahan. M Kedalaman alur rata-rata 1/2 - 1 in

(13 – 25,5 mm).

Penambalan dangkal, parsial atau di seluruh kedalaman, mill dan lapisan tambah

H Kedalaman alur rata-rata 1in. (25,4 mm)

Penambalan dangkal, parsial atau di seluruh kedalamn, mill dan lapisan tambah

Dokumen terkait