• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.4.1. Teori dan Konsep Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial dan bukan semata – mata terbebas dari penyakit atau

kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. (WHO, 1992 : Familly and Reproductive Health). Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya. ( ICPD Kairo, 1994 ).

Reproduksi sehat adalah kondisi di mana wanita dan pria sebagai pasangan suami istri dapat berhubungan seksual secara aman, dengan atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan , dan bila kehamilan diinginkan wanita hamil pada umur yang tepat dan dengan jarak kelahiran yang cukup sehingga dimungkinkan menjalani kehamilan dengan aman. Perkembangan dan perubahan alat reproduksi adalah pertumbuhan alat reproduksi pria dan wanita dari masa kanak – kanak sehingga remaja. Masa pertumbuhan ini khususnya di awal reproduksi, yaitu pada masa remaja menyebabkan perubahan jasmani dan rohani ( BKKBN, 2009).

Kesehatan reproduksi meliputi bidang yang sangat luas sehingga batasanya sulit ditentukan. Kesehatan reproduksi sangat penting artinya karena:

1. Merupakan masalah vital dalam kesehatan, untuk kedua gender.

2. Kesehatan reproduksi merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan karena alat reproduksi ini langsung berhubungan dengan dunia luar sehingga mudah terjadi masalah yang akan mempengaruhi funginya dalam kehidupan utama manusia.

3. Masalah kesehatan reproduksi sebagian besar berkaitan dengan ilmu kebidanan dan penyakit kandungan dalam arti sempit.

4. Memelihara kesehatan reproduksi memerlukan kerjasama multidisiplin, sehingga fungsinya dapat dipertahankan (Manuaba, 2011).

2.4.2. Hak – hak Kesehatan Reproduksi

Hak – hak reproduksi merupakan hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap berbagai metode keluarga berencana yang pernah mereka pilih, aman, efektif, terjangkau , serta metode – metode pengendalian kelahiran lainnya yang mereka pilih dan tidak bertentangan dengan hukum serta perundang – undangan yang berlaku.

Hak – hak kesehatan reproduksi meliputi hal – hal berikut ini. 1. Hak untuk hidup.

2. Hak atas kebebasan dan keamanan.

3. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi. 4. Hak atas kerahasiaan pribadi.

5. Hak untuk bebas berfikir.

6. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan.

7. Hak memilih bentuk keluarga, dan hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.

8. Hak untuk memutuskan kapankah dan akankah mempunyai anak. Hak mendapatkan pelayanan dan perlidungan kesehatan.

9. Hak mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan ilmu pengetahuan. 10. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisispasi dalam politik.

2.4.3. Perkembangan dan Perubahan Organ Reproduksi

Perkembangan dan pertumbuhan organ reproduksi mengalami masa pertumbuhan mulai dari anak – anak hingga remaja. Masa pertumbuhan ini, khususnya diawal masa reproduksi, yaitu pada masa remaja menyebabkan perubahan jasmani dan rohani baik bagi pria maupun wanita (BKKBN, 2009).

Tabel 2.1. Ciri – ciri Perubahan Jasmani pada Awal Reproduksi

PRIA WANITA

• Volume suara membesar • Membesarnya kelenjar gondok

• Tumbuh bulu atau rambut pada tempat – tempat tertentu

• Tumbuh jerawat diwajah

• Buah dada mulai membesar

• Mendapat haid atau menstruasi setiap bulan

• Tumbuh bulu atau rambut pada tempat – tempat tertentu

• Tumbuh jerawat di wajah Tabel 2.2. Ciri – ciri Perubahan Rohani Memasuki Masa Reproduksi

PRIA WANITA

• Sering bermimpi tentang hal – hal yang ada hubunganya dengan birahi atau seks, sehingga mengeluarkan air mani (mimpi basah )

• Bertingkah laku yang menarik perhatian wanita

• Menaruh perhatian pada wanita

• Bertingkah laku yang menarik perhatian pria

Tabel 2.3. Alat Reproduksi

PRIA WANITA

Bagian Luar • Zakar

Kantong zakar (scrotum) Bagian Dalam

Buah Zakar (testis) jumlahnya sepasang

• Epididimis (menghasilkan sperma)

Saluran mani (Vas Deverens) • Saluran kantung air mani

(Vesikular siminalis) • Kelenjar prostat

Kelenjar Cowperi (grandula cowperi)

Saluran kencing(uretra) Produk Kelamin Pria

Air mani (semen)

Sel maani (spermatozoa)

Bagian Luar

Bibir besar ( labia mayor) Bibir kecil ( labia minor ) Klentit ( Klitoris)

Liang Senggama ( Introitus Vaginae)

Bagian Dalam

• Liang Senggama /kemaluan • Mulut rahim

Rahim ( uterus)

Saluran telur (Tuba Fallopi) Indung Telur ( ovarium )

2.4.4. Anatomi Organ Reproduksi

Organ reproduksi wanita bagian luar terdiri dari: 1. Bibir luar (labia mayora)

2. Bibir dalam (labia minora)

3. Klitoris adalah bagian yang penuh dengan ujung – ujung saraf sehingga sangat peka terhadap rangsangan sentuhan .

4. Uretra ( lubang saluran kencing ) yang dihubungkan dengan kandung kencing. 5. Liang senggama atau lubang kemaluan ( vagina ) pada gadis – gadis yang belum

pada saat senggama yang pertama kali sehingga terjadi perdarahan, akan tetapi ada wanita yang tidak mengalami perdarahan seperti itu, penyebabnya antara lain: hymen yang elastis (bersifat mulur): hymen yang robek sebelum senggama, misalnya karena olah raga, terjatuh, dan sebagainya.

Bagian Dalam terdiri dari :

1. Liang senggama (vagina), mempunyai 3 fungsi: a. Jalan keluarnya haid

b. Jalan masuk penis dalam senggama c. Jalan keluarnya bayi waktu melahirkan

2. Mulut rahim (serviks) yang menghubungkan vagina dan rahim

3. Rahim (uterus). Jaringan sebesar telur ayam. Pada dinding rahim ini, dibesarkan sel telur yang sudah dibuahi sehingga menjadi bayi dan siap untuk dilahirkan 4. Indung telur (ovarium) yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron

serta sel – sel telur. Sel – sel telur biasanya dilepas satu persatu pada waktu tertentu (biasanya 23 hari sekali)

Organ reproduksi pria terdiri dari : 1. Testis, menghasilkan :

a. Hormon – hormon testosteron dan androgen b. Spermatozoa yang berjumlah ratusan juta

2. Saluran Vas deferens yang menghubungkan testis dengan kelenjar prostat 3. Kelenjar prostat, tempat penyimpanan spermatozoa untuk sementara

4. Uretra:

a. Tempat keluarnya air mani b. Tempat kelurnya air seni

5. Kandung kencing (Bahiyatun, 2011).

2.4.5. Upaya untuk Mempertahankan Kesehatan Reproduksi 1. Upaya promotif Kesehatan Reproduksi

a. Pemberian Asuhan Antenatal (nutrisi ibu hamil : empat sehat lima sempurna) b. Perawatan dan pelayanan kesehatan bayi dan anak.

c. Penatalaksanaan kesehatan remaja (KB remaja, pelayanan aborsi yang bersih dan aman)

2. Upaya Preventif Kesehatan Reproduksi a. Pencegahan penyakit menular seksual b. Pencegahan penyakit HIV dan AIDS c. Pelayanan Aborsi yang bersih dan aman

d. Pelayanan persalinan, nifas, dan menyusui yang bersih dan aman

e. Pelayanan KB yang prima sehingga kesuburan dapat kembali dengan aman dan bersih

f. Penggalangan suasana kerja aman dan bersih sehingga kesehatan reproduksi dapat berfungsi dengan baik tanpa menimbulkan cacat bagi generasinya. 3. Upaya kuratif Kesehatan Reproduksi

a. Pemberian terapi adekuat untuk mengatasi infeksi reproduksi sehingga fungsinya berjalan baik

b. Pelayanan terhadap pasangan infertilitas.

c. Pelayanan terhadap keganasan reproduksi sehingga fungsinya sebagian masih dapat dipertahankan.

4. Upaya Rehabilitatif Kesehatan Reproduksi:

a. Melayani kesehatan psikologis, sehingga dapat memahami dampak terapi yang telah diberikan

b. Pelayanan terapi fisik, sehingga alat reproduksinya mampu berfungsi dengan baik

Agar kesehatan reproduksi optimal diperlukan kerjasama multidisiplin, sehingga tujuan untuk mempertahankan kesehatan reproduksi tercapai (Manuaba,2011).

2.4.6. Tujuan dan Sasaran Kesehatan Reproduksi 1. Tujuan Umum

Mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015 melalui peningkatan pengetahuan, kesadaran sikap dan perilaku remaja dan orang tua agar peduli dan bertanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga, serta memberikan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus (BKKBN, 2002). Sasaran program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) adalah agar seluruh remaja dan keluarganya memiliki pengetahuan, kesadaran sikap dan perilaku keehatan reproduksi sehingga menjadikan remaja siap sebagai keluarga berkualitas pada tahun 2015 (BKKBN, 2002).

Dokumen terkait