• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II Landasan Teori Landasan Teori

C. Kesejahteraan Pemegang Saham dan Manajemen Laba

Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk menciptakan nilai bagi pemiliknya (shareholder) dengan jalan memaksimalkan kekayaan pemilik. Dalam mencapai tujuan tersebut, pemilik sering kali memiliki keterbatasan dalam pengelolaan perusahaan. Hal tersebut memicu pemilik untuk menyerahkan tanggung jawab atas pengelolaan perusahaan kepada pihak kedua yaitu manajemen. Sebagai orang yang profesional, diharapkan dapat bertindak atas nama pemilik untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu kesejahteraan para pemegang saham.

Pendekatan kesejahteraan pemegang saham mengestimasi nilai ekonomi suatu investasi melalui pendiskontoan aliran kas prediksian menurut biaya modalnya. Aliran kas ini menjadi landasan bagi pengembalian pemegang saham yang berupa dividen dan harga saham. Kesejahteraan pemegang saham adalah nilai ekuitas (value of the equity) yang merupakan bagian dari nilai perusahaan (corporate value). Jadi kesejahteraan pemegang saham adalah nilai perusahaan setelah dikurangi utang (Yudianti, 2005).

Pemegang saham memperoleh kesejahteraan antara lain melalui harga saham yang dimilikinya mengalami peningkatan, dan saat pembagian dividen. Pada umumnya pemegang saham, terutama yang bertujuan memegang saham jangka panjang, akan memperoleh kesejahteraan memadai apabila harga saham yang dipegangnya menunjukkan kenaikan. Kenaikan harga saham berarti return pemegang saham juga meningkat. Kenaikan harga saham bisa disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kenaikan harga saham adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba.

Pada perusahaan yang akan melakukan akuisisi, biasanya manajemen cenderung melakukan manajemen laba. Perusahaan yang melakukan manajemen laba bisa perusahaan pengakuisisi (Kusuma, 2003; Usadha, 2003; Aisa, 2010; Wangi, 2010) atau perusahaan target (Sukartha, 2007; Chen, 2011; Walton, 2007). Pada kasus ini manajemen laba dilakukan oleh perusahaan target bertujuan untuk mengubah laba yang

dihasilkan oleh perusahaan dengan cara income increasing, sehingga kinerja perusahaan terlihat bagus, dan menarik perhatian pihak pengakuisisi. Kinerja perusahaan yang baik, tentu saja akan mempengaruhi kenaikan harga saham perusahaan target, dan harga saham yang mengalami perubahan juga akan mempengaruhi return saham yang akan diterima oleh pemegang saham perusahaan target.

Morck et al. (1990) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa motivasi perusahaan dalam mengakuisisi perusahaan target akan menghasilkan kinerja yang buruk bagi perusahaan pengakuisisi. Hasil penelitian ini berkaitan dengan teori keagenan bahwa manajemen cenderung untuk meningkatkan laba perusahaannya sehingga posisinya semakin kuat sekaligus memperoleh insentif yang lebih tinggi. Dengan demikian, manajemen termotivasi untuk mengakuisisi perusahaan dalam tahap pertumbuhan walaupun membayar dengan harga yang lebih tinggi pada perusahaan target dalam proses tender offer. Kondisi ini tentu saja menguntungkan perusahaan target. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ardiati (2005) yang menemukan bahwa manajemen laba yang dilakukan perusahaan berpengaruh terhadap return saham, Penelitian Rachmawati dan Tandelilin (2000) menemukan mengenai pengaruh pengumuman merger dan akuisisi terhadap return saham perusahaan target di Bursa Efek Jakarta menyimpulkan bahwa pemegang saham perusahaan target memperoleh kemakmuran dari aktivitas merger dan akuisisi. dan juga penelitian Sukartha (2007) yang menemukan bahwa manajemen laba

berpengaruh terhadap kesejahteraan pemegang saham perusahaan target. D. Kinerja Perusahaan Pengakuisisi dan Manajemen Laba Perusahaan

Target

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun, 2006). Kinerja menunjukkan efisiensi dan efektivitas serta inovasi dalam pencapaian oleh pihak manajemen dan divisi-divisi yang ada dalam organisasi (IAI, 2002). Kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar, serta keinginan untuk berprestasi. Dengan melihat kinerja kita bisa mengetahui kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kinerja perusahaan pengakuisisi pada penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba baik dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut maupun dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik. Untuk mengukur rasio ini digunakan beberapa rasio yaitu :

1. Return on Total Assets (ROA)

ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba.

2. Return on Common Stockholders Equity (ROE)

ROE digunakan untuk melihat tingkat investasi dengan menggunakan dana yang dimiliki oleh perusahaan.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja. Salah satunya yaitu dengan melakukan manajemen laba. Dengan melakukan manajemen laba, manajemen dapat menaikkan atau menurunkan laba sehingga dapat mempengaruhi kinerja perusahaan tersebut. Manajemen laba yang dilakukan dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang menaikkan laba, dan dilakukan oleh perusahaan target.

Kristiani dan Gie (1999) meneliti bagaimana pengaruh akuisisi terhadap kinerja perusahaan pengakuisisi. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui kinerja perusahaan yang melakukan akuisisi, membandingkan kinerja pengakuisisi pada tahun sebelum terjadinya akuisisi dengan periode sebelumnya. Kinerja perusahaan pengakuisisi di ukur dengan rasio keuangan, yang meliputi: rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, rasio profitabilitas setelah akuisisi. Hasil dari penelitian tersebut ditemukan bahwa perusahaan pengakuisisi mengalami penurunan rasio likuiditas, aktivitas, profitabilitas. Hal ini didukung oleh penelitian Payamta (2004), Roswita (2009) yang juga menemukan bahwa kinerja perusahaan justru mengalami penurunan setelah melakukan akuisisi. Penelitian yang dilakukan oleh Aisa (2007) juga menemukan bukti bahwa manajemen laba dilakukan di sekitar akuisisi yaitu 1 tahun sebelum pengumuman akuisisi, dan 1 tahun sesudah terjadinya akuisisi.

Manajemen laba dalam proses akuisisi hanya bertujuan untuk menarik perhatian perusahaan pengakuisisi, sehingga manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan target akuisisi tidak akan berlangsung lama, karena laporan keuangan perusahaan target setelah proses akuisisi akan dikonsolidasikan dengan perusahaan induk (pengakuisisi). Hal ini dikarenakan perusahaan yang awalnya target akuisisi telah menjadi anak perusahaan sehingga laporan keuangannya harus dikonsolidasi dengan perusahaan induk. Kemungkinan manajemen labayang dilakukan perusahaan target berkurang karena tujuannya untuk melakukan manajemen laba telah tercapai, serta kemungkinan adanya pengawasan langsung dari auditor pihak perusahaan pengakuisisi, sehingga sangat sulit bagi perusahaan target untuk melakukan manajemen laba. Berkurangnya manajemen laba oleh perusahaan target dapat mengakibatkan kinerja perusahaan target mengalami penurunan. Kinerja perusahaan target yang menurun dapat mempengaruhi kinerja perusahaan pengakuisisi.

Dokumen terkait