٣٤
﴾
“hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat,
sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu
mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri
mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub
[1],
terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu
mandi...”(QS. an-Nisa’[4]: 43).
[1] menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat Ini
termuat juga larangan untuk bersembahyang
bagi orang junub yang belum mandi.
a. Rukun Mandi
Pertama, Niat, niat merupakan syarat mutlak
diterima atau ditolaknya suatu ibadah. Segala perbuatan
tergantung pada niatnya. Oleh karenanya ketika
seseorang mau mandi menghilangkan hadas besar/hadas
haid harus diawali dengan niat yaitu kesengajaan dalam
hati untuk menghilangkan hadas besar/hadas menstruasi
karena Allah. Niat Mandi karena haid:
ُتْيَوَن
ٍَْسُغْلا
ِعْفَرِل
ِثَدَح
ِضْيَحْلا
ِلله
ىَلاَعَت
“Saya niat mandi untuk menghilangkan hadats haid
karena Allah Ta'ala”
Kedua, membasuh seluruh anggota badan, mengalirkan
air keseluruh bagian badan yang mungkin dapat dialiri air
tanpa kecuali, bagian yang tampak dan juga bagian badan
yang tidak tampak seluruh bagian itu harus dibersihkan,
oleh karena itu, seseorang juga diwajibkan berkumur dan
39
niat yaitu kesengajaan dalam hati untuk menghilangkan hadas besar/hadas menstruasi karena Allah. Niat Mandi karena haid:
“Saya niat mandi untuk menghilangkan hadats haid karena Allah Ta’ala”
Kedua, membasuh seluruh anggota badan, mengalirkan air
keseluruh bagian badan yang mungkin dapat dialiri air tanpa kecuali, bagian yang tampak dan juga bagian badan yang tidak tampak seluruh bagian itu harus dibersihkan, oleh karena itu, seseorang juga diwajibkan berkumur dan membersihkan hidungnya karena memasukkan air kedalam mulut dan hidung bukan merupakan sesuatu yang sulit. Jika dalam keadaan darurat, misalnya ada luka maka bisa tidak membasuh bagian badan yang luka atau patah tulang, cukup dengan mengusap pada bagian atas perban.
Diantara dalil yang menunjukkan bahwa mengguyur seluruh tubuh dengan air adalah rukun mandi adalah hadits Ummu Salamah. Ia mengisahkan, “aku bertanya, wahai Rasulullah, aku adalah wanita yang suka mengepang rambutku, apakah
aku harus melepaskannya ketika mandi junub? tidak perlu,
jawab Nabi. Lalu beliau bersabda, “cukup bagimu menyiram air pada kepalamu sebanyak tiga kali siraman, kemudian engkau menyiramkan air ke seluruh tubuhmu lantas membersihkannya”. (HR. Muslim)
Thaharah Bagi Wanita Haid
3
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan
jika kamu junub Maka mandilah ....”(Q.S. al-Maidah
[5]:6)
Dalam ayat yang lain dijelaskan:
اَهُّيَأَٰٓ َي
َنيِذَّلٱ
۟اوُنَماَء
اَل
۟اوُبَرْقَت
َة وَلَّصلٱ
َو
ْمُتنَأ
ىَر َكُس
ىَّتَح
۟اوُمَلْعَت
اَم
َنوُلوُقَت
اَلَو
اًبُنُج
اَّلِإ
ىِرِباَع
َس
ٍيِب
ىَّتَح
ِسَتْغَت
۟اوُل
﴿
٣٤
﴾
“hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat,
sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu
mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri
mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub
[1],
terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu
mandi...”(QS. an-Nisa’[4]: 43).
[1] menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat Ini
termuat juga larangan untuk bersembahyang
bagi orang junub yang belum mandi.
a. Rukun Mandi
Pertama, Niat, niat merupakan syarat mutlak
diterima atau ditolaknya suatu ibadah. Segala perbuatan
tergantung pada niatnya. Oleh karenanya ketika
seseorang mau mandi menghilangkan hadas besar/hadas
haid harus diawali dengan niat yaitu kesengajaan dalam
hati untuk menghilangkan hadas besar/hadas menstruasi
karena Allah. Niat Mandi karena haid:
ُتْيَوَن
ٍَْسُغْلا
ِعْفَرِل
ِثَدَح
ِضْيَحْلا
ِلله
ىَلاَعَت
“Saya niat mandi untuk menghilangkan hadats haid
karena Allah Ta'ala”
Kedua, membasuh seluruh anggota badan, mengalirkan
air keseluruh bagian badan yang mungkin dapat dialiri air
tanpa kecuali, bagian yang tampak dan juga bagian badan
yang tidak tampak seluruh bagian itu harus dibersihkan,
oleh karena itu, seseorang juga diwajibkan berkumur dan
40
b. Cara mandi dan Anjuran dalam mandi:
Memulai dengan membaca basmalah, berniat menghilangkan hadats besar, membasuh kedua tangannya hingga pergelangan sebanyak tiga kali, lalu membasuh farjinya dan bagian badan yang terkena kotoran, kemudian wudhu seperti wudhu untuk shalat, hanya saja basuhan untuk kedua kakinya diakhirkan menunggu sampai selesai mandi. Setelah itu mengguyurkan air keatas kepalanya dan seluruh anggota badannya sebanyak tiga kali dengan niat mandi dari hadats yang mewajibkan mandi. Membasuh anggota badan sebaiknya dimulai dari bagian kanan terlebih dahulu.
Beberapa Hadits tata cara mandi yang diajarkan Rasulullah SAW. 1. Hadits dari Aisyah RA : “Jika Nabi mandi junub, beliau
mulai dengan mencuci kedua tangannya. Kemudian beliau berwudhu seperti berwudhu untuk shalat, kemudian beliau masukkan jari jemarinya ke dalam air, lalu menyela-nyela pangkal rambutnya dengan air tersebut. Kemudian menuangkan air (dalam suatu riwayat: hingga ketika beliau merasa telah membasahi kulit kepalanya maka beliau menuangkannya) ke atas kepalanya sebanyak tiga kali cidukan dengan kedua tangannya, kemudian beliau menuangkan air
keseluruh tubuhnya”. (HR. Muslim, Abu Dawud, an-Nasa’i,
at-Tirmdzi, dan Ibnu Majah)
41
2. Maimunah RA berkata, “aku menyiapkan air untuk mandi Nabi (dan aku menutupinya). Beliau memulai dengan mencuci tangannya dua atau tiga. Kemudian beliau menuangkan air (dengan tangan kanannya) pada tangan kirinya lalu mencuci kemaluannya dan bagian yang terkena mani). Setelah itu, beliau menggosokkan tangannya ke lantai atau ke dinding (lalu mencuci tangannya). Kemudian beliau berkumur-kumur memasukkan air ke dalam hidung, mencuci wajah, kedua tangan dan mencuci kepalanya, kemudian menuangkan air ke seluruh tubuhnya. Ketika aku memberikan secarik kain maka beliau mengisyaratkan dengan tangannya demikian,
dan tidak menerimanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Dari ‘Aisyah RA, bahwa seorang wanita bertanya kepada Nabi SAW., tentang mandi dari haid. Maka beliau memerintahkannya tata cara bersuci, beliau bersabda: “hendaklah dia mengambil sepotong kapas atau kain yang diberi minyak wangi kemudian bersucilah dengannya. Wanita itu berkata: “bagaimana caranya aku bersuci dengannya?”beliau bersabda: “Maha Suci Allah bersucilah!” maka ‘Aisyah menarik wanita itu kemudian berkata: “ikutilah (usaplah) olehmu bekas darah itu dengannya (potongan
kain/kapas).”(HR. Muslim: 332)
4. Hadits dari ‘Aisyah RA bahwa Asma’ binti Syakal r.a., bertanya kepada Rasulullah SAW., tentang mandi haid, maka beliau bersabda: “hendaklah salah seorang dari kamu menyiapkan
42
air dari perasan daun bidara, lalu bersucilah dengannya secara sempurna. kemudian dia menuangkan air di atas kepalanya lalu menggosok-gosokkannya dengan kuat sehingga sehingga membasahi akar-akar rambut, setelah itu, menuangkan air lalu menyiramkan air ke seluruh tubuhnya. Kemudian hendaklah ia mengambil sepotong kain atau kapas yang telah dibubuhi minyak wangi, lalu bersihkanlah dengannya.
Maka Asma’ bertanya: “bagaimana wanita membersihkan
dengan kapas itu?” beliau bersabda: “Maha Suci Allah”
bersihkanlah dengannya, jawab nabi. Aisyah kemudian menjelaskan kepada Asma: “yaitu bersihkanlah bekas darah
(vagina) itu dengannya”. (HR. Bukhari Muslim)
Imam An-Nawawi berkata (1/628):
“jumhur ulama berkata (bekas darah) adalah farji (kemaluan).” beliau berkata (1/627): “diantara sunah bagi wanita yang mandi dari haid adalah mengambil minyak wangi kemudian menuangkan pada kapas, kain atau semacamnya, lalu memasukkannya ke dalam farjinya setelah selesai mandi, hal ini disukai juga bagi wanita-wanita yang nifas karena nifas
adalah haid.”(Dinukil dari Jami’ Ahkaam an-Nisaa’: 117 juz: 1).
43
Syaikh Mushthafa Al-’Adawy berkata:
“Wajib bagi wanita untuk memastikan sampainya air ke pangkal rambutnya pada waktu mandinya dari haid baik dengan menguraikan jalinan rambut atau tidak. Apabila air tidak dapat sampai pada pangkal rambut kecuali dengan menguraikan jalinan rambut maka dia (wanita tersebut) menguraikannya-bukan karena menguraikan jalinan rambut adalah wajib-tetapi agar air dapat sampai ke pangkal
rambutnya”(Dinukil dari Jami’ Ahkaam An-Nisaa’ hal:
121-122 juz: 1 cet: Daar As-Sunah).
Dari uraian di atas, maka secara rinci, urutan mandi wajib setelah selesai haid adalah sebagai berikut:
1. Niat, sebelum mengguyurkan air ke seluruh tubuh harus dimulai dengan niat mandi untuk menghilangkan hadas besar atau hadas haid
2. Membersihkan farji dan bagian tubuh lainnya yang terkena kotoran.
3. Disunatkan berwudlu sebelum mandi
4. Menyiramkan air dengan rata ke seluruh tubuh dari kepala hingga ujung kaki dengan seksama, karena tidak boleh ada sehelai rambutpun yang tertinggal tak tersiram air
44
4.2. Larangan bagi Wanita Haid
1. Larangan bagi wanita haid yang disepakati para ulama
a. Larangan shalat dan tidak wajib mengqodhonya
“apabila datang masa haidmu maka tinggalkanlah
shalat”(HR. Bukhari)
“kami pernah mengalami haid pada masa Rasulullah kemudian kami suci, maka, beliau memerintahkan kami mengqadha puasa dan tidak memerintahkan kami
mengqadha shalat”(Sunan an-Nasa’i: IV:504) .
b. Larangan berpuasa dan wajib mengqodhonya
“bukankah salah seorang diantara kamu (kaum wanita) apabila memasuki masa haid tidak shalat dan tidak pula
puasa? (para shahabiyah) menjawab “benar”. (HR. Bukhari)
“kami pernah mengalami haid pada masa Rasulullah kemudian kami suci, maka, beliau memerintahkan kami mengqadha puasa dan tidak memerintahkan kami
mengqadha shalat”(Sunan an-Nasa’i: IV:504) .
c. Larangan Thawaf (mengelilingi ka’bah)
Aisyah pernah mengalami haid ketika berhaji. Kemudian
Nabi saw. Bersabda kepadanya, “lakukanlah segala sesuatu
yang dilakukan orang yang berhaji selain dari melakukan
thawaf di Ka’bah hingga engkau suci.”(HR. Bukhari no. 305
dan Muslim no. 1211).
45
d. Larangan Melakukan hubungan seksual Allah Ta’ala berfirman:
Mereka bertanya kepadamu tentang haid, katakanlah, haid itu adalah suatu kotoran, “oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari (hubungan intim dengan) wanita di
waktu haid.”(QS. Al Baqarah: 222).
“lakukanlah apa saja kecuali berhubungan seksual” (HR. Muslim, Abu Dawud, at-Tirmizi, an- Nasa’i dan Ibnu Majah) .
e. Larangan bagi suami untuk menjatuhkan talak saat isteri