• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KEHIDUPAN

2.10. Kesenian Tradisional Masyarakat Simalungun

Kesenian adalah suatu hasil ciptaan manusia yang menunjukkan rasa keindahan. Setiap etnis pasti mempunyai kesenian yang mempunyai karakteristik masing-masing. Demikian juga halnya dengan masyarakat Simalungun. Kesenian tersebut yaitu : seni musik, seni tari, seni rupa.

Sama halnya dengan Desa Sondi Raya. Desa ini juga mempunyai kesenian-kesenian yang sudah ada sejak dahulu hanya saja sudah sangat jarang dipergunakan saat ini. Dalam hal

mengadakan acara kesenian tradisional juga. Mereka biasanya mengadakan acara kesenian sekali dalam setahun yaitu setiap akhir bulan Desember. Acara ini mereka sebut dengan acara marsombuh sihol. Kegiatan yang dilakukan hanyalah sesuatu yang berbentuk hiburan saja yaitu bernyanyi dan menari yang diiringi oleh keyboard. Lagu-lagu yang biasa dinyanyikan adalah lagu-lagu daerah baik lagu lama dan juga lagu baru yang pada saat itu sedang musimnya. Mereka mengadakan ini untuk menyambut tahun baru sekalian menyambut warga yang sudah lama merantau karena biasanya setiap tahun selalu ada saja warga yang pulang untuk berlibur. Pelaksana dari acara kesenian ini adalah para pemuda yang tinggal di daerah setempat.

2.10.1. Seni Musik

Masyarakat Simalungun memiliki dua jenis musik yaitu musik vokal/seni suara (inggou) dan musik instrumental (gual). Musik vokal (inggou) ada dua jenis yaitu, musik vokal solo dan musik vokal berkelompok (nyanyian kelompok). Musik vokal solo disebut Doding sedangkan musik vokal kelompok (nyanyian kelompok) yang dibawakan secara berkelompok atau bersama disebut Ilah. Seperti yang diungkapkan dalam tesis Setia Dermawan Purba bahwa ada berbagai jenis nyanyian Simalungun diantaranya taur-taur dan simanggei, ilah, doding-doding, urdo-urdo dan tihta, tangis dan tangis-tangis, manalunda, orlei dan mandogei. Musik instumental (gual) yang terdapat di Simalungun juga terbagi atas dua yaitu bentuk yang ensambel (gonrang) dan bentuk tunggal atau solo instrumental.

Gonrang Simalungun terbagi dua yaitu gonrang bolon atau gonrang sipitu-pitu dan gonrang sidua-dua. Gonrang bolon (bolon=besar) atau gonrang sipitu-pitu (pitu=tujuh) adalah ensambel yang menggunakan alat musik dalam jumlah yang besar yaitu sebanyak tujuh buah. Ensambel yang terdapat dalam gonrang bolon adalah tujuh buah gendang masing-masing

memiliki ukuran yang berbeda, satu buah sarune sebagai pembawa melodi gual (lagu), dua buah ogung yang terdiri dari ogung sibanggalan (besar) dan ogung sietekan (kecil), dan dua buah mongmongan yang terdiri dari mongmongan sibanggalan (besar) dan momgmongan sietekan (kecil). Sedangkan gonrang sidua-dua adalah sebuah ensambel yang terdiri dari dua alat tabuh. Sidua-dua berarti sepasang alat tabuh. Secara umum gonrang sidua-dua dipakai untuk acara-acara seperti pernikahan, selamatan memasuki rumah baru dan perayaan-perayaan sejenis lainnya (A. D. Jansen, 2003: 38).

Alat musik berbentuk tunggal seperti sordam, saligung, sulim, tulila, sarunei buluh, sarunei bolon, arbab, hodong-hodong, garantung, sitalasayak. Alat musik ini ada yang digunakan untuk upacara-upacara adat ataupun juga sebagai sarana hiburan.

Pada masa sekarang ini pelaksanaan upacara perkawinan musik gonrang sudah sangat jarang dipergunakan malah hampir tidak pernah ada. Saat ini yang selalu dipergunakan adalah musik keyboard dan musik terompet. Ini terbukti dari setiap upacara pernikahan yang penulis lihat. Semua upacara sudah tidak lagi memakai musik gonrang tapi sudah menggunakan musik keyboard. Mereka memakai musik keyboard ini karena sudah kebanyakan orang ketika mengadakan upacara pernikahan selalu memakai musik keyboard. Malahan di Desa ini sudah ada tiga group musik keyboard karena melihat banyaknya peminat yang menyukai musik keyboard ini.

2.10.2.Seni Tari

Seni Tari yaitu segala gerakan yang berirama yang bertujuan untuk menyatakan keindahan, dan untuk mencurahkan rasa suka dan duka. Demikian halnya dengan masyarakat Simalungun yang juga memiliki seni tari mereka menyebutnya dengan Tor-tor. Tor-tor

Simalungun mempunyai gaya dasar tari ondok-ondok dan ser-ser (Skripsi Rosevlin, 2005 : 42). Sebagian nama-nama tarian Simalungun yang sudah ada dari dahulu sampai sekarang yaitu tortor sombah, tortor dihar, tortor mardogei.

Tortor sombah yaitu torotor untuk menyambut tamu ataupun penghormatan kepada tamu atau rombongan yang baru datang. Bila tortor ini selesai diperlihatkan kepada para tamu barulah yang lain dapat menarikan sesuatu tarian yang diingini dengan gual yang diminta. Gual untuk mengiringi tortor ini disebut gual rambing-rambing.

Torotor dihar yaitu lanjutan dari tortor sombah tapi dengan cara yang berbeda. Para panortor (penari) manortor dengan cara memegang sebilah pedang yang terhunus yang diayunkan kekanan dan kekiri. Maksudnya ini adalah untuk menghalau hal-hal yang tidak baik terhadap apa yang akan dikerjakan ataupun menghalau yang akan mengganggu para tamu. Gual untuk mengiringi tortor ini disebut dengan gual porang.

Tortor mardogei yaitu tortor yang berbentuk hiburan. Tortor ini biasa dipakai saat panen bersama ataupun juga biasa dipakai oleh muda-mudi yang dilakukan sekali dalam setahun saat bulan purnama. Acara ini biasa disebut dengan rondang bittang.

2.10.3.Seni Rupa dan Sastra

Seni rupa (Gorga), yaitu lukisan, ukiran, ragam hias yang dibuat untuk menunjukan keindahan atau menyatakan maksud-maksud tertentu. Ragam-ragam hias Simalungun ini dibagi berdasarkan tempatnya, misalnya ragam hias yang terdapat pada jenis hiou (kain adat), ragam hias yang terdapat pada rumah adat, ragam hias yang terdapat pada peralatan-peralatan dan ragam hias yang terdapat pada mistik (Skripsi Rosevlin, 2005 : 43). Dalam upacara perkawinan bisa dilihat di kain adat yang mempunyai ukiran-ukiran seni Simalungun.

Sastra, yaitu kata-kata yang diutarakan dalam nasehat-nasehat yang berbentuk umpama (perumpamaan), limbaga (pepatah), hata bura-bura (kata cacian), dan hata sindiran (kata sindiran). Dalam upara perkawinan perumpamaan biasa digunakan pada saat pembuka upacara ataupun juga pada saat memberikan nasehat-nasehat kepada yang memiliki upacara.

Dokumen terkait