• Tidak ada hasil yang ditemukan

DATA PENGUJIAN DAN ANALISA

4.1 Data Pengujian Kekentalan Minyak Pelumas

Berikut adalah data-data hasil pengujian kekentalan minyak pelumas yang dilakukan di Laboratorium Fisika Lanjutan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, pengujian kekentalan pada penelitian ini menggunakan bola jatuh menurut Hoeppler.

Tabel 4.1 Data hasil pengujian massa pengukuran minyak pelumas Enduro SAE 20W/50

Bahan Volume Pengukuran

(cm)3

Masa Pengukuran (gram) Minyak Pelumas Enduro

SAE 20W/50 100 86,25

Tabel 4.2 Data hasil pengujian massa pengukuran minyak pelumas Federal

Bahan Volume Pengukuran

(cm)3

Masa Pengukuran (gram) Minyak Pelumas Federal

SAE 20W/50 100 85,5

Table 4.3 Data hasil pengukuran kekentalan minyak pelumas Oli Enduro SAE 20W/50 dengan menggunakan Viskometer Bola jatuh Menurut Hoepler

Temperatur Waktu bola jatuh bola baja, t (detik) Pengujian

= 4,9 detik

Table 4.4 Data hasil pengukuran kekentalan minyak pelumas Oli Federal SAE 20W/50 dengan menggunakan Viskometer Bola jatuh Menurut Hoepler

Temperatur Waktu bola jatuh bola baja, t (detik) Pengujian

5 5 4,9 4,9 4,7 4,7 4,7 4,6 4,5 4,5 47,5

= 4,75 detik

4.2 Data Pengujian Distribusi Tekanan

Pengujian distribusi tekanan pada bantalan luncur dilakukan di laboratorium Mesin Fluida Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara. Alat yang digunakan adalah Alat Uji Bantalan Luncur TM25 buatan TecQuipmant Ltd, Inggris.

Data-data hasil pembacaan tekanaan pada papan manometer peralatan banatalan luncur TecQuipment TM25 menggunakan minyak pelumas Federal Oil SAE 20W/50), serta minyak pelumas oli kemasan Enduro SAE 20W/50.

Perlu diketahui bahwa titik 1.2,3,4 dan 5 berada pada arah aksial (lebar bantalan), sedanakan distribusi tekanan di sekeliling lingkaran (objek utama penelitian ini) ditunjukan oleh titik pengujian 3,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15 dan 16. Masing-masing titik pada keliling bantalan

Tabel 4.6 Data pembacaan manometer pengujian distribusi tekanan pada bantalan luncur yang menggunakan minyak pelumas oli Enduro SAE 20W/50 No. Kecepatan Poros (rpm) Titik Awal Pengujian

Pembacaan manometer pada setiap Nomor Pipa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 1000 650 720 770 780 775 730 760 640 520 480 460 485 480 535 605 680 770 2 1250 650 800 860 875 870 805 870 710 475 325 275 340 410 510 605 700 805 3 1500 650 840 900 920 910 845 920 745 460 255 190 275 365 685 605 715 830 4 1750 650 860 920 940 930 870 945 770 450 215 150 240 345 475 600 720 845 5 2000 650 875 930 955 945 885 965 785 445 180 130 220 335 475 600 725 850

Tabel 4.7 Data pembacaan manometer pengujian distribusi tekanan pada bantalan luncur yang menggunakan minyak pelumas oli Federal SAE 20W/50 No. Kecepatan Poros (rpm) Titik Awal Pengujian

Pembacaan manometer pada setiap Nomor Pipa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 1000 650 760 820 830 835 765 810 640 520 480 460 485 480 535 605 680 770 2 1250 650 835 908 915 905 835 925 710 475 325 275 340 410 510 605 700 805 3 1500 650 870 930 950 940 875 970 745 460 255 190 275 365 685 605 715 830 4 1750 650 880 945 970 955 890 995 810 450 215 150 240 345 475 600 720 845 5 2000 650 890 950 975 965 900 1005 820 410 180 130 220 335 475 600 725 850

4.3 Analisa Hasil Pengijuan Kekentalan Minyak Pelumas

Analisa pengujian kekentalan minyak pelumas dilakukan pada data hasil penujian dengan temperature 400C.

1. Minyak pelumas oli Enduro SAE 20W/50

(7,7-0,8625).12,54 (6,8375).12,54    = 420,137 cP

2. Minyak pelumas oli Federal SAE 20W/50

(7,7-0,855).12,54 (6,845).12,54    = 407,72243 cP Dimana:

Massa jenis bola uji (gram/cm3)

Massa jenis pengukuran minyak pelumas (gram/cm3) Waktu rata-rata jatuhnya bola baja (detik)

K = konstanta bola baja (gram) µ = Kekentalan dinamik (cP)

(sumber : Fisika untuk universitas edisi ke-7 jilid 1)

Enam belas titik pengujian pada peralatan bantalan luncur Tec Quipment TM25 menunjukkan distribusi tekanan yang terjadi di sekeliling bantalan luncur. Observasi pada manometer akibat adanya tekanan di sekeliling bantalan luncur, sehingga data yang didapat adalah kenaikan permukaan minyak dalam satuan mm oli, oleh karena itu didapat nilai dari tekanan yang terjadi di sekeliling bantalan:

Dimana:

P = Tekanan (Pa)

= massa jenis minyak pelumas (kg/m3) g = gaya gravitasi (9,81 m/det2)

h1 = tinggi permukaan minyak hasil pengamatan (m)

h2 = tinggi mula-mula permukaan minyak pada manometer (m)

(Sumber: Analisa karakteristik bantalan luncur terhadap minyak pelumas, tugas sarjana, departemen teknik mesin USU, Medan 2003)

Pada titik 1.

Menggunakan minyak pelumas oli Enduro SAE 20W/50 putaran 1000 rpm P = 862,5 . 9,81 (0,720 – 0,65)

= 862,5 . 9.81 . (0,07) = 592,27 Pa

Menggunakan minyak pelumas oli Federal SAE 20W/50 putaran 1000 rpm P = 855 . 9,81 (0,760 – 0,65)

= 855 . 9.81 (0,11) = 922,63 Pa

Dengan cara yang sama, maka nilai tekanan untuk setiap putaran poros pada masing-masing titik pengujian dalam satuan Pascal akan didapat. Hasilnya diberikan dalam table 4.11 sampaidengan 4.12 berikut.

Tabel 4.8 Data tekanan yang terjadi di sekeliling bantalan yang menggunakan minyak pelumas oli kemasan Enduro SAE 20W/50

Kecepatan Poros (rpm)

Distribusi Tekanan Pada Setiap Pengujian pada Bantalan (Pa)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1000 592 1015 1100 1058 676.9 930.7 -84.6 -1100 -1438 -1607 -1396 -1438 -973 -380 253 1015 1250 1269 1777 1904 1861 1311 1861 507.7 -1481 -2749 -3172 -2622 -2030 -1184 -380 423 1311 1500 1607 2115 2285 2200 1650 2285 803.8 -1608 -3342 -3892 -3172 -2411 296 -380 549 1523 1750 1776 2285 2454 2369 1861 2496 1015 -1692 -3680 -4230 -3469 -2580 -1480 -423 592 1649 2000 1903 2369 2581 2496 1988 2665 1142 -1735 -3976 -4399 -3638 -2665 -1480 -423 634 1692

Tabel 4.9 Data tekanan yang terjadi di sekeliling bantalan yang menggunakan minyak pelumas oli kemasan Federal SAE 20W/50

Kecepatan Poros (rpm)

Distribusi Tekanan Pada Setiap Pengujian pada Bantalan (Pa)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1000 922 1426 1510 1552 964.6 1342 -83.9 -1090 -1425 -1593 -1383 -1425 -964 -377 251 1006 1250 1551 2164 2223 2139 1552 2307 503.3 -1468 -2726 -3145 -2600 -2013 -1174 -377 419 1300 1500 1845 2349 2516 2432 1887 2684 796.8 -1594 -3313 -3858 -3145 -2390 293 -377 545 1509 1750 1929 2474 2684 2558 2013 2894 1342 -1678 -3648 -4193 -3438 -2558 -1467 -419 587 1635 2000 2013 2516 2726 2642 2097 2978 1426 -2013 -3942 -4361 -3606. -2642 -1467 -419 629 1677

Gambar 4.1 Grafik distribusi tekanan lapisan minyak pelumas arah aksial pada bantalan luncur menggunakan minyak pelumas Enduro SAE 20W/50

Gambar 4.2 Grafik distribusi tekanan lapisan minyak pelumas arah aksial pada bantalan luncur menggunakan minyak pelumas Federal SAE 20W/50

Lembar diskusi untuk grafik 4.1 - 4.2

Untuk grafik distribusi tekanan minyak pelumas arah aksial pada bantalan luncur yang menggunakan minyak pelumas oli Enduro SAE 20W/50 dan minyak pelumas oli Federal SAE 20W/50 adalah sebagai berikut:

1. Pada gambar grafik 4.1 yang menggunakan minyak pelumas oli Enduro SAE 20W/50. Tekanan minyak pelumas pada titik 1 belum sampai pada tekanan 800 Pa. Sedangkan pada pada gambar grafik 4.3 yang menggunakan minyak pelumas oli Federal SAE 20W/50, tekanan minyak pelumas pada titik 1 sudah mencapai tekanan 800 Pa.

2. Pada setiap putaran untuk kedua jenis minyak pelumas, tekanan maksimum terjadi pada titik 3 dan kembali turun sampai ke titik 5.

Pada grafik arah aksial pada bantalan luncur tidak terjadi penurunan tekanan minyak pelumas pada bantalan luncur sampai posisi minus karena, posisi titik 1,2,3,4,dan 5 berada pada arah aksial (lebar) bantalan dan titik tersebut terletak di atas pada bantalan. Sehingga titik 1,2,3,4 dan 5 pada tekanan atmosfer sehingga tidak terjadi vacum (kedap udara)

   

Gambar 4.3 Grafik ditribusi tekanan Sommerfeld hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan minyak pelumas Enduro 20W/50

   

 

Gambar 4.4 Grafik ditribusi tekanan Sommerfeld hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan minyak pelumas Enduro 20W/50

   

 

Gambar 4.5 Grafik ditribusi tekanan Sommerfeld hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan minyak pelumas Enduro 20W/50

‐5000 ‐4000 ‐3000 ‐2000 ‐1000 0 1000 2000 3000 0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330

oli enduro putaran 1750 rpm

oli enduro  putaran  1750 rpm      

Gambar 4.6 Grafik ditribusi tekanan Sommerfeld hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan minyak pelumas Enduro 20W/50

   

Gambar 4.7 Grafik ditribusi tekanan Sommerfeld hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan minyak pelumas Enduro 20W/50

   

 

Gambar 4.8 Grafik ditribusi tekanan Sommerfeld hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan minyak pelumas Fedaral 20W/50

   

 

Gambar 4.9 Grafik ditribusi tekanan Sommerfeld hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan minyak pelumas Federal 20W/50

   

Gambar 4.10 Grafik ditribusi tekanan Sommerfeld hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan minyak pelumas Fedaral 20W/50

   

Gambar 4.11 Grafik ditribusi tekanan Sommerfeld hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan minyak pelumas Federal 20W/50

   

 

Gambar 4.12 Grafik gabungan ditribusi tekanan Sommerfeld hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan minyak pelumas Fedaral 20W/50

   

Gambar 4.13 Grafik gabungan ditribusi tekanan Sommerfeld hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan minyak pelumas Enduro 20W/50

   

 

Gambar 4.14 Grafik gabungan ditribusi tekanan Sommerfeld hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan minyak pelumas Fedaral 20W/50

 

Lembar diskusi untuk grafik 4.8 - 4.12

Untuk grafik distribusi tekanan minyak pelumas arah aksial pada bantalan luncur yang menggunakan minyak pelumas oli Enduro SAE 20W/50 dan minyak pelumas oli Federal SAE 20W/50 adalah sebagai berikut:

1. Terjadi gerakan penurunan tekanan minyak pelumas terhadap bantalan luncur, penurunan tekanan dimulai dari titik 8 posisi angular 900, sampai titik 14 posisi angular 2700. Untuk minyak pelumas oli Enduro SAE 20W/50 terjadi penurunan tekanan khusus pada putaran 1000 terjadi pada titik 7 posisi angular 600. Penurunan tekanan pada minyak pelumas oli Enduro SAE 20W/50 terjadi sampai titik 14 posisi angular 2700.

2. Sedangkan untuk minyak pelumas oli Federal SAE 20W/50 penurunan tekanan pada grafik terjadi pada titik 8 posisi angular 900 sampai titik 13 posisi angular 2400.

3. Gerakan penurunan tekanan pada grafik terjadi karena pengaruh tekanan atmosfer, yaitu berada di bawah tekanan atmosfer atau berada pada posisi vacuum (kedap uadar). Terjadi vacuum juga bias dipengaruhi oleh titik observasi pada bantalan luncur yaitu titik 8,9,10,11,12 dan 13 posisi angular 900,1200,1500,1800,2100 dan 2400 berada pada bantalan luncur. 4. Grafik kembali naik dimulai dari titik 14 posisi angular 2700 sampai titik 3

posisi angular 3600/00, berada di atas pada bantalan luncur dan berada pada tekanan atmosfer. Tetapi pada minyak pelumas oli Enduro SAE 20W/50 gerakan naik dimulai pada titik 15, karena titik 14 masih dalam keadaan vacum.

4.5 Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Menggunakan Persamaan

Tekanan Sommerfeld

Hasil percobaan di analisa menggunakan persamaan tekanan Sommerfeld. Persamaan tekanan Sommerfeld untuk bantalan luncur adalah sebagai berikut (persamaan 2.26):

Jika nilai diganti dengan K, maka persamaan menjadi:

(Sumber: Mata kuliah teknik pelumasan, A.Halim Nasution.M,Sc. Departemen Teknik Mesin USU)

Dari grafik ditentukann titik tekanan maksimum max, pada kasus ini adalah pada max = 1949,9 Pa.

Oleh karena itu:

(Sumber: Mata kuliah teknik pelumasan, A.Halim Nasution.M,Sc. Departemen Teknik Mesin USU)

Dari kurva pengujian bantalan luncur menggunakan minyak pelumas SAE 20W/50 pada putaran 1000 rpm:

Dimana:

Untuk mendapatkan nilai yang memenuhi, masing-masing harga tersebut dimasukkan ke dalam persamaan di bawah ini:

= 0,43 K = 1110,6 P

Dengan cara yang sama nilai dan k dapat diperoleh untuk masing-masing pengujian dan hasilnya pada table berikut.

Table 4.15 Nilai ( ) dan (k) terhadap minyak pelumas Enduro 20W/50.

Putaran poros (rpm) ( 0 ) (P-Po) max (Pa) K (Pa) 1000 1711,4 0,43 1110,6 1250 2256,0 0,43 1464,0 1500 2489,3 0,43 1613,0 1750 2567,1 0,43 1663,4 2000 2606,0 0,43 1688,6

Table 4.15 Nilai ( ) dan (k) terhadap minyak pelumas Federal 20W/50.

Putaran poros (rpm) ( 0 ) (P-Po) max (Pa) K (Pa) 1000 3667,3 0,43 2376,4 1250 4176,3 0,43 2706,2 1500 4334,2 0,43 2808,5

1750 4373,6 0,43 2834,0

2000 4413,0 0,43 2859,6

4.6 Analisa Beban Bantalan Luncur

Beban total sepanjang bantalan luncur sesuai persamaan yang diberikan oleh Sommerfeld (persamaan 2.27) adalah :

Dimana:

L = panjang efektif bantalan = 0,007 R = jari-jari poros = 0,025 m

K = angka Sommerfeld untuk bantalan luncur Maka persamaan diatas dapat dibuat menjadi

Beban total yang terjadi pada pengujian bantalan luncur terhadap minyak pelumas SAE 20W/50: Pada putaran 1000 rpm: = 0,43 K = 1110,6 Maka : = 13,5 N Pada putaran 1250 rpm: = 0,43 K = 1464,0 Maka : = 17,8 N Pada putaran 1500 rpm: = 0,43 K = 1613,0 Maka : = 19,7 N Pada putaran 1750 rpm:

= 0,43 K = 1663,4 Maka : = 20,3 N Pada putaran 2000 rpm: = 0,43 K = 1688,6 Maka : = 20,6 N

Dengan cara yang sama dilakukan perhitungan untuk setiap putaran poros.

Daftar beban total bantalan untuk ke empat Janis minyak pelumas dapat dilihat pada table berikut:

Table 4.19 Beban total pada bantalan luncur terhadap minyak pelumas Enduro SAE 20W/50 Putaran poros (rpm) K P (Newton) 1000 0,43 1110,6 13,5 1250 0,43 1464,0 17,8 1500 0,43 1613,0 19,7

1750 0,43 1663,4 20,3 2000 0,43 1688,6 20,6

Tabel 4.20 Beban total pada bantalan luncur terhadap minyak pelumas Federal SAE 20W/50 Putaran poros (rpm) K P (Newton) 1000 0,43 2376,4 29 1250 0,43 2706,2 33 1500 0,43 2808,5 34,3 1750 0,43 2834,0 34,6 2000 0,43 2859,6 34,9

4.7 Pembahasan Terhadap Grafik Distribusi Tekanan

4.7.1 Pengaruh putaran poros terhadap tekanan pada bantalan

Berdasarkan hasil percobaan terhadap 2 sampel jenis minyak pelumas Enduro dan Federal, pada grafik dapat dilihat perbedaan tekanan yang berbeda pada setiap putaran poros.

Tekanan minyak pelumas Enduro SAE 20W/50 pada bantalan luncur lebih rendah dibandingkan dengan tekanan minyak pelumas Federal SAE 20W/50. Pengaruh perbedaan tekanan diantara kedua jenis sampel minyak pelumas ini karena perbedaan kekentalan, dan penambahan aditif pada oli kemasan yang tidak sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatan aditif.

4.7.2 Tekanan maksimum dan minimum pada bantalan setiap putaran poros

 Minyak pelumas Enduro SAE 20W/50 Putaran 1000 rpm

Pmax = 930,7 (pada titik 6 posisi angular 300) Pmin = -1607,6 (pada titik 10 posisi angular 1500) Putaran 1250 rpm

Pmax = 1861 (pada titik 6 posisi angular 300) Pmin = -3172,9 (pada titik 10 posisi angular 1500) Putaran 1500 rpm

Pmax = 2285 (pada titik 6 posisi angular 300) Pmin = -3892,1 (pada titik 10 posisi angular 1500) Putaran 1750 rpm

Pmax = 2496 (pada titik 6 posisi angular 300) Pmin = -4230,6 (pada titik 10 posisi angular 1500) Putaran 2000 rpm

Pmax = 2665 (pada titik 6 posisi angular 300) Pmin = -4399,8 (pada titik 10 posisi angular 1500)

 Minyak pelumas Federal SAE 20W/50 Putaran 1000 rpm

Pmax = 1342 (pada titik 6 posisi angular 300) Pmin = -1593,6 (pada titik 10 posisi angular 1500) Putaran 1250 rpm

Pmax = 2307 (pada titik 6 posisi angular 300) Pmin = -3145,3 (pada titik 10 posisi angular 1500) Putaran 1500 rpm

Pmin = -3858,3 (pada titik 10 posisi angular 1500) Putaran 1750 rpm

Pmax = 2894 (pada titik 6 posisi angular 300) Pmin = -4193,8 (pada titik 10 posisi angular 1500) Putaran 2000 rpm

Pmax = 2978 (pada titik 6 posisi angular 300) Pmin = -4361,5 (pada titik 10 posisi angular 1500)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian tekanan minyak pelumas pada bantalan luncur menggunakan minyak pelumas Enduro SAE 20W/50 dan Federal SAE 20W/50 adalah sebagai berikut:

1. Kekentalan (Viscositas) minyak pelumas Enduro dengan Federal berbeda walaupun memiliki SAE yang sama. Dari hasil penelitian atau pengujian kekentalan (Viscositas) minyak pelumas Enduro lebih tinggi dibandingkan dengan Federal.

2. Perbedaan kekentalan antara minyak pelumas Fedderal dengan Endruo terjadi karena ada kemungkinan penambahan aditif yang terlalu banyak atau berlebihan yang dilakukan oleh produsen karena penambahan aditifharus sesuai dengan rekomendasi pabrikan pembuat aditif tersebut.

Karena aditif dapat memberikan sifat yang baru pada minyak pelumas yang tidak dimikili sebelumnya.

3. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh karakteristik distribusi tekanan minyak pelumas Enduro dan Minyak pelumas Federal yaitu:

a. Karakteristik distribusi tekanan minyak pelumas Enduro SAE 20W/50 pada bantalan luncur lebih baik dibandingkan dengan jenis minyak pelumas yang lainnya yang telah diuji.

b. Tekanan yang semakin kecil akibat putaran poros ditingkatkan mengakibatkan titik tengah poros ban bantalan semakin memusat. Sehingga lapisan tipis minyak pelumas pada bantalan akan semakin

tebal, yang mengakibatkan berkurangnya tekanan pada dinding bantalan luncur.

4. Peningkatan tekanan terjadi pada minyak pelumas Enduro. Dengan peningkatan tekanan minyak pelumas pada bantalan luncur dapat mengakibatkan usia bantalan luncur menjadi lebih singkat.

5. Berdasarkan hasil penelitian, dari grafik distribusi tekanan Sommerfield terlihat jelas bahwa tekanan minyak pelumas Enduro lebih tinggi dibandingkan minyak pelumas Federal.

5.2 Saran

1. Pengaruh temperatur sangat besar terhadap kekentalan minyak pelumas, oleh karena itu diperlukan alat untuk mengukur kekentalan minyak pelumas saat mesin beroperasi.

2. Getaran terjadi pada alat uji dapat mengganggu pembacaan tekanan pada manometer, oleh karena itu diharapkan pada penelitian selanjutnya diperlukan analisa untuk mengetahui pengaruh getaran tersebut.

3. Diperlukan penelitian lanjutan pada bantalan luncur untuk mengetahui pengaruh penambahan aditif pada minyak pelumas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arnell, R. D., “Tribology: Principles and Design Applications”, MacMilland Education Ltd, London, 1991.

2. Hamrock, Bernard. J., “Fundamentals of Fluid Film Lubrication:, 2nd edition, Marcel Dekker, Inc., New York, 2004.

3. Harnoy, Avraham, “Bearing Design in Machinery: Engineering Tribology and Lubrication”, Marcell Dekker, Inc., New York 2003.

4. Hori, Yukio, “Hidrodynamic Lubrication”, Springer-Verlag Tokyo, Tokyo, 2006.

5. Lansdown, A.R, “Lubrication and Lubricant Selection: A Partical Guide”, 3rd edition, Profesional Engineering Publishing, London and Bury St Edmuds, 2004

6. Ludena, K. C., “Friction, Wear, Lubrication : A Textbokk in Trilogy”, CRC Press LLC., Michigan, 1996.

7. Mott, Robert L. “Machine Elements In Mechanical Design”, 4th Edition, Pearson Education, New Jersey, 2004.

8. Nasution, A. H.,”Prinsip Pelumasan dan Minyak Pelumas Mineral- Diktat Kuliah”, Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU, Medan, 1989.

9. Naele, MJ, “Lubrication and Reability Handbook”, Butterworth-Heinmann, Oxford, 2001

10.NN, “TM25 Journal Bearing Demonstration”, Manual Book, TQ Education and Training Ltd., Nottingham, 2000.

11.O’Connor, James J. and Boyd, John, “Standard Handbook of Lubrication Engineering” McGraw-Hill, Inc., New York, 1968.

12.Shigley, Joseph E, “Mechanical Engineering Design”, 7th edition, McGraw-Hill, New York, 2004.

13.Sinurat, Amechrisler, “Analisa Karakteristik Bantalan Luncur Terhadap Variasi Minyak Pelumas Multigrade”, Tugas Sarjana, Departemen Teknik Mesin USU, Medan, 2003.

14.Smith, D. M., “Journal Bearings in Turbomachinery”, Champman and Hall Ltd., London, 1969.

15.Stolarski, T.A., “ Tribology in Machine Design”, Butterworth-Heinemann, Oxford, 2000.

16.Sularso, Kiyatsu Suga, “Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”, Pradnya Paramita, Jakarta, 1987.

17.Totten, George E., “Handbook of Lubrication and Tribology : Volume I

Application and Maintenance”, 2nd edition, CRC Press Taylor and Francis

Group.

18.Zemansky, Sears, “Fisika untuk Universitas”, edisi ke-7, jilid 1, Binacipta, Bandung, 1991.

Dokumen terkait