• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini memuat beberapa kesimpulan atas analisis dan perhitungan yang telah dilakukan.

BAB II

SISTEM APLIKASI DVB/MPEG-2 PADA

KOMUNIKASI SATELIT PALAPA C-2

2.1 Sistem Komunikasi DVB/MPEG-2

Perangkat jaringan Digital Video Broadcasting (DVB)/Moving Picture Expert Groups (MPEG-2) yang digunakan adalah Multiple Channel Per Carrier (MCPC). MCPC MPEG-2 adalah system akses video digital yang beroperasi sebagai jaringan distribusi point to multi point dengan menghasilkan kualitas TV Broadcasting 625 line layer lebar (PAL).

Sistem ini digunakan untuk memenuhi kualitas pelayanan telekomunikasi yang tinggi dari sebuah system video broadcasting ke pelanggan-pelanggan yang tersebar di seluruh area cakupan satelit Palapa C-2. Untuk mencapai tujuan tersebut sistem ini perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Biaya operasional rendah. 2. Instalasi yang cepat dan mudah. 3. Pengoperasian yang mudah.

Sistem MCPC MPEG-2 Palapa C-2 merupakan suatu platform DVB netral dan terbuka yang memungkinkan jaringan stasiun penyiaran TV, operator DTH serta Video/Internet Content Provider untuk mendistribusikan video dan data content melalui Satelit Palapa C-2 dengan cepat dan biaya rendah, menggunakan sebuah atau lebih sistem kanal. Sistem ini dapat digunakan untuk menyiarkan 7 kanal TV digital, yang secara

ekonomis jelas menguntungkan penyedia program TV. Dari sistem MPEG-2 yang dikembangkan, untuk aplikasi-aplikasi satelit menggunakan DVB-S sebagai standar yang sekarang ini digunakan pada satelit Palapa C-2.

Aplikasi layanan MCPC MPEG-2 Palapa C-2 diantaranya sekarang digunakan oleh stasiun televisi dalam maupun luar negeri diantaranya METRO TV, GLOBAL TV, TV-5 (Perancis), MQ TV yang kesemuanya menggunakan platform DVB/MPEG-2. Di samping itu sistem MCPC MPEG-2 dapat juga digunakan sebagai layanan :

1. Video kanal digital dan Video on Demand 2. Sistem DTH berikut operasionalnya.

3. Layanan pelatihan dan pembelajaran jarak jauh. 4. Informasi berita.

2.2 Transmisi Sinyal Televisi Digital Melalui Satelit Palapa C-2

Jika dibandingkan dengan sistem transmisi satelit analog maka transmisi satelit digital tetap menggunakan prinsip yang sama, yang berbeda adalah bagaimana pengiriman datanya menggunakan channel coding. Pada stasiun TV yang mengganti sistem transmisi satelit analog dengan sistem transmisi satelit digital dengan menggunakan satelit yang sama dan juga pada transponder yang sama. Perubahan yang dilakukan hanyalah mengganti sistem encodernya dengan sistem pengolahan digital.

Spesifikasi DVB-S dilakukan dengan menambahkan sebuah infrastruktur encoding untuk mentransmisikan paket-paket MPEG melalui satelit. Dimana langkah-langkah codingnya sebagai berikut :

1. Sistem di-inverse pada setiap delapan bit sinkronisasi pertama (byte pertama di dalam 188 byte MPEG transport stream/TS) untuk framing.

2. Sebuah Reed Solomon (RS) kode Forward Error Correcting (FEC) ditambahkan untuk menambah koreksi error pada transmisi. Hal ini akan menambah jumlah bit-bit yang ditransmisikan sekitar 12% tetapi ekstra bit-bit-bit-bit ini dapat digunakan untuk mengkoreksi error di dalam bit-bit yang masuk. Hal ini disebut outer coding karena layer-layer lanjutan digunakan.

3. Konvolusi interleaving digunakan untuk mensejajarkan order dari byte-byte yang ditransmisikan. Ini mengeluarkan efek-efek error jadi diperlukan kode FEC untuk mengkompensasikan. Sistem koreksi error lebih lanjut ditambahkan karena itu disebut inner code (menggunakan sebuah kode konvolusi yang diselipkan). Sistem koreksi error yang kedua ini dapat diatur sesuai dengan jumlah overhead yang digunakan untuk menyesuaikan fleksibilitas dari error yang dibutuhkan oleh service provider dan link individual.

4. Signal dibentuk dan dimodulasikan menggunakan skema Quadrature Phase Shift Keying (QPSK).

5. Output dari modulator QPSK dimasukkan pada Up Converter untuk ditempatkan sesuai dengan frekuensi transponder yang digunakan.

6. High Power Amplifier (HPA) akan menguatkan daya yang dipancarkan sesuai dengan prasayarat yang digunakan.

7. Receiver akan melakukan proses kebalikan dari proses-proses di atas untuk memperoleh bentuk informasi video/audio.

2.3 Moving Picture Expert Groups (MPEG)

Dimana fungsi dari sistem MPEG ini untuk menentukan algoritma serta perangkat transport aliran (transport stream) untuk sistem kompresi TV digital, yang kini

distandarkan sebagai MPEG-2 dimana sistem ini mempunyai range yang lebih luas, serta lebih fleksibel. Sedangkan MPEG-2 adalah salah satu teknik kompresi video dan audio dalam sistem digital yang dapat diaplikasikan pada berbagai standar, yang cocok untuk aplikasi-aplikasi yang berbeda yang memiliki kesamaan-kesamaan prinsip bahkan dapat diterapkan untuk HDTV (High Definition TV). MPEG singkatan dari Moving Picture Expert Groups yang dibentuk oleh ISO (International Standard Organization) untuk membuat sistem atau standar kompresi. Kompresi ini sendiri adalah suatu cara untuk mengekspresikan informasi (dalam hal ini video dan audio) menggunakan data yang lebih sedikit dari aslinya.Di dalam proses redudansi dalam sistem kompresi dikelompokkan menjadi :

1. Spasial Redudansi yaitu redudansi yang terdapat pada bidang datar gambar dimana pada umumnya pixel yang berdekatan memiliki nilai yang sama.

2. Temporal Redudansi yaitu redudansi dimana terdapat kesamaan antara dua gambar yang berurutan.

Kekuatan MPEG-2 dalam sistem ini terdiri dari sejumlah perangkat coding-coding yang dapat dikombinasikan untuk memenuhi kebutuhan aplikasi. Cara peng-coding-an sudah termasuk dalam kompresi data, sehingga decoder secara otomatis hanya menangani data yang telah ditetapkan oleh encoder untuk dilakukan pengcodean kembali.

Aplikasi kompresi dalam dunia televisi sebenarnya sudah dilakukan pada awla perkembangan televisi dengan menggunakan sistem interlace. Interlace adalah cara kompresi sederhana yang dapat meredudansi bandwith dengan ratio 2 : 1.

Kompresi Sinyal Video

MPEG-2 memiliki fleksibilitas yang besar karena bit rate yang dibutuhkan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dan aplikasi. Pada bit rate dan resolusi yang

rendah, MPEG-2 dpat digunakan untuk video conference dan ada banyak format video digital dan masing-masing memiliki bit rate yang berbeda, sebagai contoh High Definition System yang memiliki bit rate sekitar 6 kali lebih tinggi dari sistem standar.

Sebagai konsekuensinya mengetahui hanya output bit rate coder belumlah cukup bahkan tidak terlalu berguna. Yang lebih penting adalah nilai faktor kompresi yang merupakan perbandingan input bit rate dengan bit rate terkompresi.

Ada dua macam kompresi yaitu spasial dan temporal. Kompresi video dapat mengambil keuntungan dari dua macam teknik kompresi ini. Di dalam MPEG redudansi temporal pertama-tama di redudance oleh adanya persamaan-persamaan diantara dua gambar yang berurutan. Sedapat mungkin gambar-gambar yang ada dibuat atau diprediksi menggunakan gambar yang telah dikirim sebelumnya.

Jika teknik ini digunakan maka hanya diperlukan mengirim perbedaan gambar dengan yang telah dikirim sebelumnya yang akan mengeliminasi perbedaan antar gambar actual dan prediksi. Perbedaan gambar termasuk kompresi spasial. Intra-coding (intra=within=dalam) adalah suatu teknik yang memanfaatkan redudansi spasial, atau redudansi pada gambar. Sedangkan inter-coding (inter=between=antara) adalah teknik yang memanfaatkan temporal redudansi.

Kompresi Sinyal Audio

Kompresi audio memisahkan atau membagi spektrum audio dalam band-band dengan menggunakan filter atau transformasi. Akan membutuhkan data yang lebih sedikit jika level band-band tersebut dinyatakan dengan bit yang rendah.

2.4 Sistem Dasar Transmisi Televisi

Dalam siaran televisi, informasi video (gambar) yang terlihat diubah menjadi sinyal listrik. Variasi aliran listrik dibuat dari nilai kuat atau lemahnya cahaya sesuai dengan sinyal video yang menjadi sumbernya. Penyiaran televisi sangat mirip dengan penyiaran radio, kecuali pada televisi terdapat tambahan modulasi video untuk sinyal gambarnya. Sinyal audio (suara) yang berkaitan juga ditransmisikan pada sebuah gelombang pembawa (carrier). Sistem transmisi televisi pada dasarnya terdiri dari dua bagian besar yaitu :

1. Sistem penyiaran (master control). 2. Sistem transmisi.

Sistem penyiaran atau master control berfungsi sebagai pusat untuk menerima dan mengatur segala sesuatu yang akan ditransmisikan oleh perangkat transmisi. Sumber-sumber gambar dan suara dapat berasal dari video tape recorder, studio, microwave maupun dari downlink satelit. Semua sumber tersebut dimasukkan pada perangkat mixer. Output dari mixer selanjutnya diteruskan ke perangkat transmisi RF yang kemudian akan ditransmisikan baik melalui pemancar teresterial maupun satelit.

Blok digram sederhana dari sistem transmisi dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

2.4.1 Prinsip Kerja Televisi

Kata televisi berarti melihat dari jauh. Di dalam sistem TV broadcasting, informasi visual yang terlihat dirubah menjadi sinyal listrik yang ditransmisikan ke pesawat penerima. Variasi aliran listrik dibuat menjadi nilai kuat lemah cahaya sesuai dengan sinyal video. Pada alat penerima, sinyal video digunakan untuk mengatur citra di layer tabung gambar. Pada televisi monochrome, gambar direproduksi dalam warna hitam putih dan abu-abu. Pada televisi warna, semua warna-warna alami ditambahkan sebagai kombinasi warna merah, hijau dan biru sebagai warna pokok gambar.

Pada awalnya televisi dirancang sebagai cara baru dalam penyiaran program hiburan (entertainment) dan berita (news) disertai gambar seperti kebanyakan dilakukan penyiaran radio yang berbentuk suara. Siaran komersial masih merupakan bagian terbesar penggunaan sarana siaran televisi.

Dengan demikian kemampuan memproduksi kembali gambar-gambar, tulisan (text), kerja grafis dan informasi visual lainnya telah menjadi demikian penting oleh karena sebagian besar aplikasi tersebut kini dipersatukan. Anda dapat menyaksikan acara dari luar negeri yang direlay melalui satelit TV atau memutar rekaman kaset video, atau bisa juga sebuah video game dihubungkan dengan pesawat televisi. Dalam hal yang sama pesawat televisi juga digunakan sebagai alat peraga (display).

2.4.1.1 Perbedaan Audio Dengan Video

Citra (gambar) dikonversikan menjadi sinyal sebuah listrik untuk sebuah bidang sempit pada satu waktu. Lalu signal video yang dihasilkan tabung kamera membentuk suatu variasi scanning (pengatur) waktu secara berurutan

untuk setiap bidang yang berbeda. Sebagai akibatnya, dibutuhkanlah suatu prosedur scanning (pengatur) agar dapat mencakup seluruh gambar yang diinginkan, titik demi titik dari kiri ke kanan dan baris demi baris dari atas ke bawah.

Kerja scanning demikian cepat, karena cepatnya variasi perubahan, sinyal video mempunyai frekuensi yang tinggi mendekati kira-kira 4 MHz. Selanjutnya prosedur scanning membutuhkan synchronizing pulse yang digunakan bersama sinya video, sebagai pengatur waktu scanning pada kamera dan tabung gambar. Pada tabung gambar, bidang tercahaya, baying-bayang dan warna yang sempit tersebut diatur pada posisi yang tepat agar didapat seluruh gambar yang lengkap.

2.4.1.2 Baseband Sinyal Video dan Audio

Untuk sebuah sinyal informasi video atau audio, rentang (range) dari variasi frekuensi disebut baseband. Frekuensi ini sebenarnya berkaitan dengan informasi visual yang diinginkan, tanpa ada komplikasi tambahan seperti encoding atau modulasi untuk fugsi-fungsi khusus. Dalam sistem audio, frekuensi baseband untuk audio kualitas terbaik (high fidelity audio) hanya menggunakan rentang dari 50 samapi 15.000 Hz saja. Pada sistem video, rentang frekuensi baseband dari 0 Hz smpai 4 MHz dipakai untuk mengarahkan aliran arus. Sinyal baseband audio dapat dihubungkan ke loud speaker untuk menghasilkan ulang suara yang diinginkan, demikian juga sinyal baseband video dapat dihubungkan dengan tabung gambar untuk menghasilkan ulang gambar yang diinginkan. Alasan mengkonversikan informasi suara dan gambar

ke dalam sinyal listrik baseband (baseband electric signals) adalah karena sinyal video dan audio dapat diperkuat (amplified).

2.4.1.3 Scanning Horizontal dan Vertikal

Gambar televisi di scan secara berurutan horizontal garis demi garis satu persatu seperti diperlihatkan pada gambar berikut :

Gambar 2.2 Scanning Horizontal

Scanning reproduksi gambar televisi membedakan pembentukan reproduksi dengan cetaka foto, (potert). Dalam sebuah potret, keseluruhan gambar direproduksi pada suatu waktu. Sedangkan pada televisi, gambar direproduksi pixel demi pixel hingga membentuk suatu garis dan dilanjutkan dengan garis berikutnya hingga proses pembuatan sebuah frame selesai dilanjutkan dengan frame berikutnya dan seterusnya.

Proses scanning televisi dimulai dari bagian atas kiri pada gambar, semua elemen gambar di scanning dalam barisan yang berurutan dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah, satu garis pada satu saat. Metode ini disebut Horizontal Scanning.

Jumlah scanning TV pada sistem konvensional banyaknya berbeda-beda, tergantung dari sistemnya (PAL, SECAM, NTSC). Untuk sistem NTSC jumlah scanning sebesar 525 garis, PAL 625 garis dan SECAM 819 garis. Karena Jepang sebagai pelopor dalam industri televisi sistem HDTV dan sebelumnya menggunakan sistem NTSC, maka pada HDTV dipilih jumlah scanning kira-kira dua kali dari sistem NTSC yaitu 1125 garis. Alasan dipilih jumlah scanning sebesar 1125 garis memudahkan untuk mengkonversikan sinyal gambar.

2.4.1.4 Standar Penerima Televisi

Standar TV internasional yang ada, berlandaskan pada prinsip yang sama yaitu :

1. Penglihatan 2. Garis Scanning 3. Pengulangan gambar

4. Transmisi color (gambar) sebagai bagian terpisah dari luminance (warna dan chrominance (hitam putih).

Ada dua standar dasar yang ditentuka untuk program penerima TV yaitu : 1. Standar FCC, yang mempunyai :

- Lines/frame sebesar 525. - Field/secand 60.

- Sistem colour NTSC. - Video Bandwith 4,2 MHz. - Colour Subcarrier 3,58 MHz. 2. Standar CCIR - Lines/frame 625 - Field/secand 50 - Sistem colour PAL

- Video bandwidth 5 / 5,5 / 6 MHz - Colour Subcarrier 4,43 MHz

2.4.1.5 Blok Diagram dan Cara Kerja Penerima Televisi

Frekuensi down link dengan range 3700 MHz sampai 4200 MHz pada band C-Band adalah frekuensi carrier sinyal satelit yang diterima oleh TVRO. Di bawah ini akan diberikan blok digram sistem penerima TV satelit serta cara kerjanya.

Dengan modulasi standar, sinyal satelit tersebut berupa sinyal gambar, sinyal suara dan sinyal pembawa. Sinyal-sinyal tersebut diterima oleh antenna parabola dimana energinya dipusatkan pada titik fokus antenna. Kemudian sinyal ini diperkuat oleh perangkat Low Noise Blok (amplifier) yang berfungsi menerima sinyal down link satelit dalam orde pikowatt ke pesawat penerima televisi.

Gambar 2.3 Blok diagram penerima TV satelit

2.4.1.6 Penerima Satelit (Receiver)

Alat penerima ini sudah bisa dihubungkan langsung ke pesawat televisi, penerima ini menerima sinyal C band (4 GHz) dari down converter dan mengolahnya menjadi sinyal gambar dan suara yang dapat ditangkap oleh pesawat televisi.

Keluaran dari down converter menghasilkan frekuensi 4000 MHz. Output ini didapatkan dari pencampuran frekuensi satelit dengan frekuensi oscillator down converter, keluaran dari down converter tersebut dikuatkan oleh penguat IF (Intermediate Frequency) dan diberikan pada filter band pass, kemudian filter band pass tersebut masuk pada penguat IF berikutnya dan melalui filter jalur bawah (LPF) sehingga dihasilkan sinyal baseband. Dimana sinyal baseband yang pertama diberikan diskriminator video dan yang kedua diberikan pada diskriminator audio.

Diskriminator Video adalah rangkaian penyeleksi gambar, disini gambar yang diterima dari satelit kemungkinan masih kotor dan frekuensinya masih amat tajam, karena terbawa oleh gelombang elektromagetik yang sangat tinggi. Keluaran dari rangkaian penyeleksi gambar ini merupakan gambar video yang siap ditayangkan. Biasanya dapat langsung diberikan pada televisi monitor

ataupun diumpankan pada rangkaian demodulator untuk dipancarkan ke antenna TV.

Diskriminator audio adalah rangkaian penyeleksi audio (suara), rangkaian ini bertugas membersihkan suara dari frekuensi FM pembawa suara yang dikirimkan oleh satelit, rangkaian ini merupakan rangkaian pembanding dengan oscillator yang dihasilkan oleh diskriminator audio tersebut.

2.4.1.7 Antena Parabola Untuk Penerima Televisi

Antena untuk penerima televisi adalah antenna reflector yang digunakan untuk menerima sinyal gelombang mikro yang diterima oleh antenna parabola adalah sinyal lemah yang berfrekuensi 4 GHz. Sinyal ini sudah termasuk kelas super high frekuensi atau disebut frekuensi C-Band. Sehingga sinyal tersebut perambatannya berupa garis lurus seperti sifat cahaya yang dinamakan line of sight.

Jenis antenna parabola untuk penerima TV sering digunakan type focal feed pada pemantulan fokus. Ada juga dipakai bentuk Cassegrain yang biasanya untuk ukuran yang besar. Berikut ini kita dapat lihat jenis antenna parabola focal feed dan Cassegrain.

Penggunaan antenna parabola untuk menerima sinyal TV langsung dari satelit, antenna parabola mempunyai karakteristik :

1. Memiliki daerah liputan yang besar.

2. Beroperasi pada frekuensi 4 GHz disbanding dengan antenna UHF dan VHF yaitu 50-850 MHz.

3. Mempunyai diameter antenna 8 ft atau 2,4 m dengan penguat antena penerima sebesar 38 dB pada G/T stasiun bumi penerima TVRO sebesar 18 dB/K.

4. Mampu menyediakan lebih banyak kanal /saluran sekaligus.

2.5 Sistem Transmisi Satelit Untuk Televisi Digital

Gambaran sistem transmisi satelit untuk televisi digital dapat dilihat pada blok diagram berikut :

Gambar 2.5 Blok diagram sistem transmisi televisi satelit digital

Pada sistem digital, perangkat master control dan perangkat transmisi semuanya dalam format digital. Semua sumber video dan audio yang masih menggunakan format analog harus diubah menjadi format digital. Untuk itu input yang masih berupa analog harus dilakukan proses digitalisasi terlebih dahulu. Proses digitalisasi itu meliputi proses sampling, kuantisasi dan coding. Sekali dalam format digital maka penyimapanan,

pengolahan, dan integrasi dengan media pengiriman yang lain akan menggunakan format digital hingga pada si penerima.

Kunci perbedaan antara transmisi analog dan digital adalah pada transmisi digital outputnya berupa diskrit yang di-switch antara dua state. Sedangkan pada sistem analog menggunakan sistem kontinyu. Proses switch diskrit disebut channel coding yang ekuivalen dengan modulasi sistem analog. MPEG telah mendefinisikan sistem kompresi dan data format untuk video digital, tapi sayangnya spesifikasi-spesifikasi ini yang telah diadopsi dalam skala yang luas hanya mencakup sistem data representasi untuk format kompresi video digital, jadi diperlukan spesifikasi tambahan untuk membuat sistem broadcasting yang lengkap. Proyek spesifikasi video digital telah dikembangkan oleh ISO-IEC dan menambahkan layer serta infrastruktur yang diperlukan untuk merealisasikan sistem full video broadcasting yang dapt mentransmisikan format MPEG dengan kapasitas yang sama dan dapat mencakup semua standar yang ada saat ini.

2.6 Kalkulasi Link

Path analisis (link budget) adalah analisis perhitungan panjangnya suatu lintasan (link). Yang dimaksud disini adalah untuk menetapkan parameter-parameter operasi yang digunakan seperti misalnya power output pemancar, diameter antena, noise figure penerima dan lain-lain.

Dalam merencanakan suatu sistem komunikasi satelit yang baik dan handal, harus direncanakan suatu link budget yang baik. Link budget merupakan suatu perhitungan daya dan bandwith yang digunakan suatu stasiun bumi dalam mengirim sinyal informasi ke satelit dan pengiriman balik oleh satelit menuju stasiun bumi lainnya. Link budget ini terdiri dari dua bagian yaitu up-link budget dan down-link budget. Up-link merupakan

perhitungan link dari stasiun bumi ke satelit sedangkan down-link budget merupakan perhitungan link dalam arah sebaliknya.

Dalam merencanakan suatu link budget terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas suatu link komunikasi seperti :signal loss, noise, interference,rain

attenuation dan efek-efek non linear pada penguat seperti intermodulation noise. Untuk

memperoleh perhitungan link budget yang optimal faktor-faktor yang mempengaruhi di atas harus diperhiotungkan secara benar, di samping parameter-parameter dasar seperti : EIRP, C/N, Gain antena, Space loss, SFD, PFD, G/T dan hal-hal lainnya yang dapat berpengaruh pada kualitas sinyal.

2.6.1 Equivalent Isotropic Radiated Power (EIRP)

EIRP merupakan daya keseluruhan yang dipancarkan oleh suatu antena pemancar. EIRP ini merupakan fungsi dari penguatan antena pengirim (GT) dan daya pancar yang dikirim ke antena (PT). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

EIRPdBW = PT + GT ……… (2.1) Dimana :

PT = daya yang dikirim ke antena (input antena) dalam dBW GT = penguatan antena pemancar dalam dBi

2.6.2 Penguatan Antena (Antenna Gain)

Sebuah antena pemancar memfokuskan daya (power) yang akan ditransmisikan ke arah antena penerima. Jika tidak fokus maka daya ini akan menyebar ke segala arah secara merata. Hal ini disebut sebagai isothropic radiation. Pemfokusan antena

pemancar ini akan menghasilkan penguatan antena pemancar yang disebut isothropic

gain.

Untuk komunikasi satelit yang biasa menggunakan antena parabola berlaku rumus penguatan antena sebagai berikut :

GdBi = 10 log η + 20 log f + 20 log d + 20,4 dB ……….(2.2) Dimana :

η = efisiensi antena

d = diameter antena dalam satuan meter (m) f = frekuensi operasional dalam satuan GHz

Persamaan ini memperlihatkan bahwa semakin besar diameter antena maka penguatannya akan semakin besar, begitu juga dengan frekuensinya.

2.6.3 Figure of Merit (G/T)

Dalam sistem komunikasi satelit ukuran baik atau buruknya suatu penerimaan biasanya dinyatakan dengan Figure of Merit atau Gain to Noise Temperatue Ratio (G/T). Figure of Merit adalah perbandingan antara penguatan antena penerima (G) terhadap temperature sistem penerima (T sistem). Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

G/Tsistem = Gant(dBi) - 10 log Tsys temp ……….. (2.3) Dimana :

G = penguatan antena dalam satuan dB Tsys temp = temperatur sistem dalam satuan 0K

Besar G/T tergantung pada diameter antena dan sangat menetukan kepekaan sinyal yang diterima.

2.6.4 Rugi-rugi Daya (Losses)

Propagasi antara stasiun bumi dan satelit memiliki redaman atau rugi-rugi di sepanjang lintasannya. Rugi-rugi ini antara lain terdiri dari free space loss (FSL),

atmospheric losses dan rain effect.

FSL merupakan redaman yang dialami oleh sinyal selama propagasi sejauh jarak satelit ke stasiun bumi, dapat dirumuskan sebagai berikut :

FSL = 20 log D + 20 log f + 92,4 dB ……… (2.4) Dimana :

D = Jarak antara pengirim dan penerima dalam satuan Km f = Frekuensi dalam satuan GHz

Atmosferic losses merupakan penyerapan gelombang mikro oleh gas-gas yang ada di atmosfir seperti kabut ataupun oksigen. Nilainya tergantung pada frekuensi, sudut elevasi, tinggi dari permukaan bumi, dan kelembaman. Nilainya akan semakin kecil untuk sudut elevasi yan tinggi sehingga sering diabaikan.

2.6.5 Noise Power

Sinyal yang diterima dari satelit sangatlah lemah. Sinyal ini diiringi oleh gangguan yang disebut noise. Kadangkala noise lebih tinggi dari sinyal itu sendiri. Ini disebabkan adanya noise bumi, noise kosmis dan noise atmosfir. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk menekan serendah mungkin noise yang diterima. Pada sistem

Dokumen terkait