• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan maka penulis dapat menarik ke simpulan sebagai berikut :

1. Kebijakan Politik Ketahanan Pangan Pemerintahan SBY-Boediono terdiri dari 3 kebijakan utama yaitu kebijakan ketersediaan pangan, kebijakan ked pangan dan kebijakan pangan dan gizi, serta diikuti kebijakan umum lainya di dalam KUKP (kebijakan umum ketahanan pangan) yang berisi 4 butir penting yaitu meningkatkan ketersediaan pangan, mengembangkan system distribusi pangan, meningkatkan kualitas konsumsi pangan serta membangun system pendukung ketahanan pangan yang kondusif.

2. Kebijakan utama dalam kebijakan politik ketahanan pangan pemerintahan SBY-Boediono yaitu Kebijakan ketersediaan pangan, kebijakan kedaulatan pangan dan kebijakan pangan dan gizi merupakan kebijakan yang bertujuan melanjutkan dan meningkatkan kebijakan-kebijakan yang menjadi kebijakan ketahanan pangan pemerintaha SBY-JK pada periode sebelumnya.

3. Kebijakan ketersediaan pangan adalah kebijakan yang berisi aturan dan perturan pemerintahan yang menghasilkan program-program dalam meningkatkan ketersediaan pangan dan mencapai tujuan utama

pemerintahan SBY-Boediono dalam sektor pangan dan pertanian yaitu mencapai kedaulatan pangan dan Swasembada beras dengan menghasilkan lebih dari 10 juta ton beras pertahun sebagai hasil surplus produksi beras serta swasembada jagung, kedele dan gula sebagai target produksi pada akhir pemerintah SBY-Boediono 2014. Kebijakan keterjangkuan pangan adalah kebijakan yang bertujuaan untuk meningkatkan kualitas distribusi bahan pangan dari produsen hingga konsumen dan meningkatkan daya jangkau masyarakat dalam memperoleh kebutuhan pangan terutama ketika permintaan pasar yang tinggi ditengah kurangnya keteresedian bahan pangan, khususnya pada hari raya besar, dan libur. Kebijakan terakhir adalah kebijakan pangan dan gizi yaitu kebijakan yang mengatur tentang kandungan gizi yang terkandung dalam bahan pangan yang dikonsumsi masyarakat dan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pangan

4. Berdasarkan analisis penulis kebijakan tersebut dapat dijelaskan dengan cara manganalisis isi dari setiap kebijakan dengan menggunakan teori analisis kebijakan William H. Dunn dengan tiga pendekatan yaitu secara empiris, valuatif dan normatif. Dari tiga pendekatan tersebut dapat dihasilkan kesimpulan bahwa secara empiris, valuatif, dan normatif kebijakan ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan dan kebijakan

pangan dan gizi adalah kebijakan yang pro-terhadap rakyat dan pembangunan di Indonesia terutama peningkatan kualitas seumber daya manusia.

5. Kebijakan ketersediaan pangan memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya krisis pangan dengan menjaga ketersedian stok kebutuhan pangan di setiap daerah, dan mengeluarkan program,-program dalam meningkatkan produksi pangan baik sektor pertanian maupun peternakan yang terkait dalam upaya pemenuhan pangan agar ketersediaan pangan tetap terjaga walaupun tingginya kebutuhan pasar (masyarakat) akan pangan. Secara valuatif kebijakan ketersediaan pangan memberikan keuntungan bagi dua pihak yaitu pemerintah dan masyarakat. Bagi pemerintah dengan terjaganya ketersediaan pangan maka pemerintah mendapat keuntungan secara ekonomis yaitu dengan membatalkan kebijakan impor kebutuhan pangan, sedangkan bagi masyarakat sendiri, masyarakat dapat membeli kebutuhan pangan dengan harga yang stabil di saat tingginya permintaan masyarakat akan kebutuhan pangan. Secara normatif kebijakan ketersediaan pangan dapat diwujudkan melalui program-program dan kegiatan pemerintah dalam meningkatkan produksi kebutuhan pangan melalui peningkatan padan kebijakan revitalisasi pertanian, meningkatkan kualitas varietas bibit, dan upaya pembelian

domestic terhadap produksi kebutuhan pangan sehingga harga tetap stabil dan terpenuhinya stok.

6. Kebijakan Keterjangkaun pangan adalah kebijakan yang secara empiris (sebab dan akibat) mengontrol harga, distribusi dan daya jangkau masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan, yang disebabkan bahwa Indonesia pernah mengalami masa krisis pangan dan ekonomi sehingga daya beli masyarakat akan kebutuhan pokok sangat lemah terutama di hari hari raya dan libur, selain itu kebijakan keterjangakauna pangan meningkatkan daya jangkau masyarakat yang tinggal diwilayah rawan bencana dengan meningkatkan stok kebutuhan pangan diwilayah-wilayah tersebut. Dalam hal distribusi pemerintah menjalankan dan mengawasi proses distribusi kebutuhan pangan dengan lebih ketat agar, proses distribusi kebutuhan pangan dari produsen ke masyarakat tidak dijadikan sarana tindakan kriminal dan upaya melawan hukum bagi pihak yang mencari keuntungan dengan memanfaatkan proses distribusi pangan. Secara valuatif ada dua keuntungan yang dihasilkan sebagai feedback dari kebijakan keterjangkauan pangan pertama keuntungan yang diperoleh pemerintah, jika daya jangkau masyarakat terhadap kebutuhan pokok tinggi maka secara financial Indonesia telah mampun menjaga kemakmuran dan meningkatkan kualitas kehidupan di Indonesia,

sedangkan keuntungan kedua adalah keuntungan yang diperoleh masyarakat, yaitu masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya tanpa takut akan tingginya harga kebutuhan pokok yang disebabkan faktor proses distribusi dan tingginya permintaan terhadap ketersediaan pangan. Sedangkan berdasarkan pendekatan Normatif usaha pemerintah dalam mengapilkasikan kebijakan keterjangkauan pangan dengan mengadakan program operasi pasar di saatn tingginya harga pangan dan mengadakan program raskin (beras miskin) agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan utama dalam pangan yaitu karbohidrat.

7. Kesimpulan yang dapat dianalisis dari kebijakan Pangan dan gizi adalah secara empiris (sebab dan akibat) kebijakan pangan dan gizi bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi yang terkandung di dalam pangan yang dikonsumsi seluruh masyarakat Indonesia, karena pada masa pemerintahan sebelumnya Indonesia mengalami kasus gizi buruk khususnya di daerah yang rawan bencana kekeringan seperti NTT dan Irian jaya (Papua) dan diharapkan memberikan efek positif (akibat) yaitu menurunnya tingkat gizi buruk dan mal nutrisi pada masyarakat menengah kebawah dan wilayah yang terancam gizi buruk. Secara Valuatif usaha pemerintah dalam meningkatkan kualitas pangan memberikan keuntungan dalam sektor ekonomi dengan tingginya minat masyarakat terhadap

pembelian bahan pangan yang tinggi akan gizi, dan masyarakat memperoleh makanan yang memiliki gizi tinggi sesuai dengan biaya (cost) yang dikeluaran. Secarar normatif, pemerintah mengimplementasikan kebijakan ini melalui program-program seperti pemberian susu formula bagi bayi, balita dan ibu menyusui, serta peningkatan kualitas beras raskin.

8. Dari analisis penulis dapat disimpulkan bahwa kebijakan politik ketahanan pangan pemerintahan SBY-Boediono adalah kebijakan politik yang baik, berdasarkan isi dan tujuan pemerintahan SBY-Boediono dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi pangan yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan dan meningkatakn pendapatan Negara.Kedaulatan pangan adalah isu penting bagi semua negara di dunia internasional, dengan harapan krisis pangan adalah kunci dalam mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kemajuan sebuah negara. dengan ansumsi bahwa dengan terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat, maka masyarkat memilik kesempatan untuk memenuhi kebutuhan lainya terutama pendidikan, dengan terpenuhinya standar pendidikan dan meningkatnya kualitas pendidikan masyarakat Indonesia maka semakin meningkatnya kualitas masyarakat Indonesia

9. Maka kebijakan politik pangan pemerintahan SBY-Boediono 2009-2014 melalui KUKP (Kebijakan umum Ketahanan Pangan) telah memiliki peran dan fungsi yang baik sebagai kebijakan yang mengatur ketahanan pangan yang berfungsi dalam pembangunan sumber daya manusia. Yaitu secara empiris (sebab yang dihasilkan pengalaman sebelumnya) kebijakan ketahanan pangan memiliki poin yang mengatur ketersediaan pangan dalam kebijakan ketersediaan pangan, Secara Valuatif (nilai) melalui kebijakan keterjangkauan pagan yaitu kebijakan yang mengatur agar masyarakat dapat menjangkau kebutuhan pangannya dan secara Normatif melalui kebijakan pangan dang gizi, yaitu pangan yang diperoleh masyarakat memiliki kualitas gizi yang baik sehinga menghasilkan sumber daya manusia yang baik bagi Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Aripin, Bustanul & Rachbini, didik. 2001, Ekonomi politik dan kebijakan public, Jakarta:Widiasarana Indonesia.

Agustino Leo.2008.Dasar-Dasar kebijakan Publik.Bandung: Alfabeta

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian sosial : Format-format kuantitatif dan kualitatif. Surabaya: Airlangga University Pers.

Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta : Kencana

Bustanul Aripin & didik j Rachbini. 2001. Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik, Indonesia, Jakarta : Widiasarana

Bustanul Arifin.2004.Analisis Ekonomi Pertaninan Indonesia ,Jakarta : Kompas. Dantes, Nyoman. 2009. Metode Penelitian,Yogyakarta: Andi Offset

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Ed. Kedua.Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Gunawan, Imam S. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Greg Barton. 2002. Abdurrahman Wahid, Muslim democrat, Indonesian president: a view from the inside,Sydney: UNSW

Hamdi, Muchlis. 2013. Kebijakan Publik Proses, Analisis, dan Partisipasi. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia

Leon A Mearss “Kebijakan Pangan” dalam Anne Both.1990Ekonomi orde

baru.Jakarta : Elex media Komputindo

Nugraoho, Riant. 2008. Public Policy. Jakarta: Elex media Komputindo

Nugroho, Riant. 2011. Public Pilicy: dinamika kebijakan- analisis kebijakan manajemen kebijakan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Parson , Wayne. 2005. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, alih bahasa oleh Tri Wibowo Budi Santoso. Jakarta: Kencana Racbini, Didik J. Dkk. 2001. Ekonomi Politi dan Kebijakan Publik. Jakarta: PT Grasindo

Sinaga , Rudi Salam. 2012. Pengantar Ilmu Politik. Medan: Penerbit Graha Ilmu Soewadji Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana

Media.

Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik, Jakarta : Kompas Gramedia

Suryana, MS. 2012. Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional. Palembang.UNSRI

Wahono Francis. 1994. “Dinamika Ekonomi Desa sesudah 25 tahun Revolusi Hijau.” Dalam Prisma, edisi 3 maret 1994.Jakarta.1994.Prisma

Zainal, said Abidin. 2004. Kebijakan Publik, Jakarta: Yayasan Pancur Siwah Lain-lain Web : https://www.academia.edu http://www.bps.go.id3 http://boedionomendengar.com http://kedaulatanpangan.net http://kamusbisnis.com http://id.wikipedia.org/wiki http://pangan.agroprima.com http://www.anggaran.depkeu.go.id http://news.detik.com http://profil.merdeka.com/

http://www.presidensby.info http://www.setneg.go.id/

Jurnal Dan Skripsi :

Sri Gusti Ayu.2010.Kebijakan Pemerintahan SBY-JK dalam konteks politik pangan 2004-2009.Medan:FISIPUSU

Achmad Suryana.2012.Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional. Palembang:UNSRI.Pers

Undang-undang Dan Kebijakan

Kebijakan Umum Ketahanan Pangan SBY-Boediono Undang-Undang NO 45 tahun 2004

Undang-undang Nomor 18 tahun 2009

Dokumen terkait