• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kotak 10. Sistem Kerja Sama Usaha Penggemukan Ternak Sapi Potong

B. Dampak terhadap Iklim Usaha

VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Hasil studi ini menunjukkan bahwa posisi tawar petani di wilayah Timor Barat masih sangat lemah. Meskipun tidak ada regulasi pemerintah yang secara langsung memengaruhi struktur pasar ataupun melarang masuknya pelaku usaha baru, namun struktur pasar komoditas pertanian untuk produk yang diperdagangkan antarpulau atau diekspor cenderung bersifat monopsoni karena berbagai faktor. Jumlah pedagang antarpulau (berskala besar) yang jumlahnya terbatas mendominasi pembentukan harga, sementara kecil sekali pengaruh pedagang perantara yang jumlahnya cukup banyak terhadap pembentukan harga komoditas. Walaupun akhir-akhir ini cukup banyak pedagang dan eksportir datang ke Kupang, perkembangan ini belum memberikan keuntungan yang nyata kepada petani. Hal ini antara lain disebabkan terbatasnya informasi mengenai lokasi produk pertanian, buruknya infrastruktur jalan di sebagian daerah, dan terlalu banyaknya pos pemeriksaan yang berakibat meningkatnya pungutan tidak resmi serta ketidakpastian biaya dan waktu pengangkutan komoditas.

Keberadaan pasar tradisional yang umumnya beroperasi sehari dalam seminggu, belum mendukung pemasaran komoditas pertanian untuk tujuan antarpulau. Padahal komoditas tersebut merupakan sumber pendapatan utama petani. Sebagian besar produk yang dijual di pasar mingguan di wilayah perdesaan adalah produk yang didatangkan dari daerah lain untuk keperluan konsumsi penduduk. Komoditas lokal yang dijual di pasar mingguan kebanyakan adalah tanaman pangan, sayuran dan hasil industri rumah tangga untuk keperluan konsumsi sehari-hari.

Posisi tawar petani yang rendah semakin diperburuk dengan pemberlakuan pungutan terhadap perdagangan berbagai komoditas pertanian, khususnya komoditas yang diperdagangkan antarpulau. Minat pemda kabupaten/kota untuk terus meningkatkan atau mempertahankan PAD tidak berubah dibandingkan sebelum era otonomi daerah. Beberapa jenis retribusi yang seharusnya sudah dihapus diubah menjadi SPK atau retribusi untuk mengganti biaya administrasi tanpa memberikan pelayanan yang memadai. Besarnya pungutan dibandingkan dengan harga komoditas yang diperdagangkan memang relatif kecil. Namun, ada indikasi bahwa peningakatan pungutan akan menurunkan proporsi harga yang diterima petani. Perizinan dan peraturan juga mendorong adanya pemeriksaan yang berlebihan dan munculnya pungutan tidak resmi, yang mengganggu perdagangan berbagai komoditas pertanian, terutama untuk tujuan antarpulau/ekspor. Umumnya, jenis pungutan yang diberlakukan pemda kabupaten/kota terhadap komoditas tanaman pangan dan perkebunan semakin berkurang. Sementara jenis pungutan terhadap produk hasil hutan, ternak besar, dan hasil perikanan tidak banyak berubah. Berkurangnya jumlah pungutan/retribusi tidak banyak diketahui oleh petani dan pedagang karena tidak diinformasikan ke publik secara baik. Selain itu, informasi perubahan prosedur perizinan dan tarif pungutan tidak dapat diakses secara mudah oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Hasil studi juga menunjukkan bahwa perbaikan iklim usaha di daerah sangat terkait dengan kebijakan dan peraturan dari Pemerintah Pusat karena beberapa peraturan daerah mengacu pada peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat. Oleh karenanya,

Pemerintah Pusat masih memiliki peran yang cukup penting dalam penciptaan iklim usaha yang baik di daerah.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kontribusi SPK dan pungutan lainnya terkait sektor pertanian terhadap PAD sangat kecil, dan diperkirakan upaya apa pun yang dilakukan untuk meningkatkan PAD dari pungutan perdagangan hasil pertanian tidak akan memberi tambahan pendapatan yang cukup berarti bagi APBD. Di sisi lain, keberadaannya cenderung berdampak negatif terhadap perdagangan komoditas pertanian dan harga yang diterima petani/produsen yang umumnya miskin. Oleh karena itu, selayaknya pemda mempertimbangkan ulang berbagai kebijakan pungutannya. Pemahaman pemda tentang desentralisasi dan otonomi yang menitik beratkan pada desentralisasi dari sisi pengeluaran harus diubah ke lebih menitikberatkan pada sisi pengeluaran. Karena sebagian besar sumber dana APBD berasal dari Pemerintah Pusat, sebaiknya pemda lebih menekankan pada upaya menggerakkan perekonomian lokal, menciptakan lapangan kerja baru dan memperbaiki pendapatan masyarakat pada umumnya; daripada mengupayakan peningkatan PAD. Dalam konteks tersebut, berikut ini adalah beberapa usulan upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah:

a. Peninjauan ulang terhadap berbagai peraturan dan perizinan yang ada untuk memastikan apakah benar-benar dilaksanakan sesuai dengan tujuannya. Upaya ini harus diikuti dengan penghapusan pungutan tidak resmi dan selalu mengkaitkan pungutan dengan pelayanan yang diberikan. Meskipun besarnya pungutan resmi hanya merupakan bagian kecil saja dari harga produk, namun upaya untuk mengurangi pungutan dan perizinan/peraturan akan menurunkan kemungkinan adanya pemeriksaan yang berlebihan yang mendorong munculnya pungutan tidak resmi.

b. Pencabutan berbagai perizinan/peraturan dan pungutan harus dilaksanakan dan disosialisaikan secara luas kepada seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat umum. Prosedur perizinan dan besarnya pungutan harus diketahui masyarakat secara transparan, misalnya dengan memasang poster di tempat umum, di kantor kecamatan dan desa/kelurahan, serta diumumkan melalui radio dan televisi daerah.

c. Upaya khusus juga harus dilakukan untuk meminimalkan pemeriksaan dan menghilangkan ketidakpastian karena adanya pungutan informal. Apabila pemeriksaan diperlukan untuk alasan keamanan, akan lebih baik apabila jumlah pos pemeriksaan dikurangi dengan membuat pos pemeriksaan yang terintegrasi dengan sektor terkait yang ditempatkan di lokasi strategis, serta menempatkan petugas pengawas yang ditugaskan tanpa melibatkan petugas yang tidak terkait kewenangan tersebut. Prosedur pemeriksaan, petugas pengawas, dan denda atas pelanggaran peraturan harus diinformasikan secara terbuka dan transparan kepada publik.

d. Peningkatan pemahaman pemda termasuk anggota DPRD mengenai perbedaan antara retribusi, biaya administrasi, dan SPK. Selain itu, diperlukan pula perbaikan dalam pendokumentasian regulasi agar mudah diakses oleh aparat terkait, pihak-pihak yang berkepentingan, dan masyarakat umum.

e. Untuk memaksimalkan harga yang diterima petani/produsen, harus diupayakan untuk meningkatkan persaingan pasar dengan mengundang banyak pedagang atau pengusaha. Hal ini bisa dilakukan dengan meningkatkan akses jalan, meningkatkan peran pasar dalam tata niaga produk lokal melalui pelibatan masyarakat lokal dan memfasilitasi pembangunan pasar komoditas khusus(musiman), serta menginformasikan keberadaan produk lokal untuk menarik pembeli dari daerah lain atau bahkan dari luar negeri.