• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam dokumen Persepsi Mahasiswa Terhadap Kesadaran Gender (Halaman 100-200)

8.1 Kesimpulan

Persepsi mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat tahun masuk 2006 yang telah mengikuti Mata Kuliah Gender dan Pembangunan sebagian besar adalah tinggi. Sosialisasi primer yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat persepsi mahasiswa terhadap kesadaran gender hanya jenis kelamin. Sedangkan sosialisasi primer lainnya seperti agama, suku bangsa, tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, dan tingkat penghasilan orang tua tidak memiliki hubungan secara signifikan dengan persepsi terhadap kesadaran gender.

Begitu pula dengan sosialisasi sekunder yang dialami mahasiswa baik tempat tinggal, kegiatan organsisasi, interaksi dengan media massa, hubungan dengan teman, nilai mutu gender dan indeks prestasi kumulatif tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan persepsi terhadap kesadaran gender.

8.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengukur perbedaan persepsi mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti Mata Kuliah Gender dan Pembangunan untuk mengetahui secara jelas perbedaan dan manfaat mengikuti Mata Kuliah Gender dan Pembangunan bagi persepsi mahasiswa terhadap kesadaran gender.

72

DAFTAR PUSTAKA

Agusni, Sulikanti. 2005. Kekuatan Koperasi dalam Pemberdayaan Perempuan. http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/VOL15_01/Kekuatan_Koperasi_ Dlm_Pemberdayaan_1.pdf. Diakses 18 April 13.00

Berger & Luckmann. 1990. Tafsir Sosial atas Kenyataan: sebuah risalah tentang sosiologi pengetahuan/; penerjemah, Hasan Basari; Pengantar, Frans M. Parera. Jakarta: LP3ES

BPS. 2006. Profil Gender Kota Sibolga 2006.

http://sumut.bps.go.id/sibolga/PUBLIKASI/GENDER06/BAB%201.pdf DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Professional Books. Jakarta Effendi, Sofian. 2005. Strategi Menghadapi Liberalisasi Pendidikan Tinggi.

http://72.14.235.132/search?q=cache:CQ8sc4zIu6kJ:sofian.staff.ugm.ac.id/arti kel/Strategi-Menghadapi-Liberalisasi-Pendidikan-

Tinggi.pdf+pendidikan+%22pdf%22&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=fir efox-a Diakses 4 mei 2009 12:50

Fajar, A. Malik. 2008. Peran Pendidikan Dalam Demokratisasi.

http://72.14.235.132/search?q=cache:tLuQuuG4oHkJ:puslitjaknov.org/data/mi sc/Makalah_Utama_Pleno_MalikFadjar_Peran_Pendidikan_Dalam_Demokrati sasi.1.pdf+peran+pendidikan&cd=10&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a Diakses 4 mei 2009 12:50

Hastuti, Endang Lestari. 2004. Hambatan Sosial Budaya dalam Pengarusutamaan Gender di Indonesia.

73 ak/(8)%2520soca-endang-

hambatan%2520sosbud(1).pdf+hak+gender&cd=14&hl=id&ct=clnk&gl=id&cl ient=firefox-a Diakses 18 April 2009 13.00

IPB. 2008. Panduan Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Karsidi. 2000. Otonomi Daerah Dan Peran Perguruan Tinggi.

http://72.14.235.132/search?q=cache:97vRvlrC1BsJ:www.uns.ac.id/data/0017. pdf+peran+perguruan+tinggi&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a Diakses 18 April 2009 13.00

Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan. 2000. Instruksi Presiden RI No. 9

tahun 2009 tentang “ Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan

Nasional”. Republik Indonesia Mufidah. 2002. Konsep Gender.

http://www.batukota.go.id/slibmedia/Arsip%20Pembangunan/3149- 01%20KONSEP%20GENDER.pdf. Diakses 18 April 2009 13.00

Mugniesyah, Siti Sugiah M. 2005. Komunikasi Gender. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Mulyanna, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Munandar, S.C. Utami. 1994. Hakikat Gender: Suatu Tinjauan Psikologis. Makalah Seminar Sehari Kesadaran Gender dan Pembangunan Pendidikan.

Mansour, Fakih. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: INSISTPress.

Nauly, Meutia. 2002. Konflik Peran Gender pada Laki-laki : Teori dan Pendekatan Empirik.

74 http://72.14.235.132/search?q=cache:IcfwvgCheEJ:library.usu.ac.id/download/ fk/psikologiMeutia.pdf+peran+gender&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=fi refox-a Diakses 18 April 2009 13.00

Rahmawati,Ade. 2006. Motivasi Berprestasi Mahasiswa Ditinjau Dari Pola Asuh. http://library.usu.ac.id/download/fk/06009830(1).pdf Diakses 18 April 209 13.00

Riduwan dan Akdon.2006.Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika. Bandung: Alfabeta.

Sudarta, Wayan. 2004. Peranan Perempuan dalam Pembangunan Berwawasan Gender.

http://72.14.235.132/search?q=cache:D26tcbOOIsMJ:ejournal.unud.ac.id/abs trak/peran%2520perempuan.pdf+kewajiban+gender&cd=10&hl=id&ct=clnk &gl=id&client=firefox-a Diakses 18 April 2009 13.00

Suwardjono. 2005. Belajar-Mengajar di Perguruan Tinggi: Redefinisi Makna Kuliah. http://inparametric.com/bhinablog/download/Artikel1.pdf Diakses 18 April 2009 13.00

Umar, Nasarudin. 1999. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur-an. Jakarta : Paramadina

Wiliam, Dede dan De Vries. 2006. Gender Bukan Tabu (Catatan Perjalanan Fasilitasi Kelompok Perempuan di Jambi). Bogor, Indonesia: Center for International Forestry Research (CIFOR)

75

LAMPIRAN

76 Lampiran 1. Kuesioner

KUESIONER

Persepsi Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Gender dan Pembangunan Terhadap Tingkat Kesadaran Gender

Petunjuk: Mohon saudara/i mengisi identitas pribadi Anda sesuai dengan informasi di bawah ini. Istilah dengan memberi jawaban tertulis untuk pertanyaan semi terbuka, dan isikan nomor pilihan jawaban untuk pertanyaan tertutup pada kolom jawaban yang tersedia.

I. Identitas Mahasiswa jawaban

1. Nama 2. NIM

2. Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan 3. Agama 1. Islam 2. Kristen 3. Katolik

4. Hindu 5. Budha 4. Suku Bangsa:

1. Batak 2. Minangkabau 3. Jawa 4. Sunda 5. Tionghoa 6. Lainnya, sebutkan

5. No. HP

6.Tempat Tinggal selama kuliah

1. Kost/Kontrakan

2. Rumah orang tua atau kerabat 7.Kegiatan Organisasi

(yang pernah atau masih Anda ikuti)

(Jawaban bisa lebih dari

1. Osis 2. PMR/Dokter kecil/sejenis 3. Pramuka

4. Organisasi kerohanian/sejenisnya 5. BEM/DPM

77 satu) 6. Himpunan Profesi,sebutkan....

7. Lainnya,sebutkan.... 8. Media massa yang

sering digunakan untuk hiburan dan informasi. (jawaban bisa lebih dari satu)

1. Koran 2. Majalah 3. Televisi 4. Radio 5. Internet 6. Tabloid

9. Nilai mutu Mata Kuliah Gender dan Pembangunan

1. A 2. B 3. C 4. D 5.E

10. Indeks Prestasi Kumulatif

11. Teman dekat 1. Punya 2. Tidak Punya (jika punya lanjut ke pertanyaan berikutnya)

12. Hal yang diceritakan dengan teman dekat. (jawaban boleh lebih dari satu)

1. Tentang kejadian penting saja

2. Tentang kehidupan pribadi seperti kekasih dan lainnya.

3. Tentang kejadian yang dialami setiap hari 4. Tentang permasalahan kuliah

5. Tentang kesulitan ekonomi

II. Karakteristik Keluarga Jawaban

1. Pendidikan Ayah 1. Tidak sekolah 2. SD 3. SLTP 4. SMU 5. Diploma 6. Sarjana

78 7. Lainnya,sebutkan...

2. Pendidikan Ibu 1. Tidak sekolah 2. SD 3. SLTP 4. SMU 5. Diploma 6. Sarjana 7. Lainnya,sebutkan...

3. Pekerjaan Ayah 1. Tidak Bekerja 2. PNS 3. Guru/dosen 4. TNI/Polri 5. Buruh 6. Swasta 7. Pedagang

8. Lainnya, sebutkan....

4. Pekerjaan Ibu 1. Tidak Bekerja 2. PNS 3. Guru/dosen 4. TNI/Polri 5. Buruh 6. Swasta

7. Pedagang

8. Lainnya, sebutkan.... 5. Penghasilan Orang tua 1. < Rp. 1.000.000

2. Rp. 1.000.000 – 5.000.000 3. > Rp. 5.000.000

Tandailah pernyataan di bawah ini, yang sesuai dan benar menurut Anda, dengan memberikan tanda ( ) pada setiap kolom!

Persepsi Mahasiswa peserta Mata Kuliah Gender dan Pembangunan Terhadap Tingkat Kesadaran Gender

79 SS : Sangat Setuju

S : Setuju N : Netral TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan Keterangan

STS TS N S SS

Seputar Alokasi Peran

1. Laki-laki hanya berperan sebagai pencari nafkah dalam keluarga.

2. Perempuan hanya berperan sebagai pengurus kebutuhan anak dan rumah tangga.

3. Komandan Tingkat (KOMTI) kelas adalah jabatan yang seharusnya diperankan oleh laki- laki.

4. Ketua BEM adalah jabatan yang seharusnya diperankan oleh laki-laki.

5. Ketua DPM adalah jabatan yang seharusnya diperankan oleh laki-laki.

80 seharusnya diperankan oleh laki-laki.

7. Ketua kepanitian acara kampus adalah jabatan yang seharusnya diperankan oleh laki-laki. Seputar Hak

1. Laki-laki dan perempuan memiliki hak yang berbeda untuk mengakses pendidikan dalam kehidupan kampus.

2. Laki-laki dan perempuan memiliki hak yang berbeda dalam mengemukakan pendapat dan membuat keputusan.

3. Laki-laki dan perempuan memiliki hak yang berbeda untuk menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi kampus

4. Laki-laki dan perempuan memiliki hak yang berbeda dalam mendapatkan pelayanan akademik di kampus.

Seputar Kewajiban

1. Kewajiban laki-laki hanyalah sebagai pencari nafkah.

2. Kewajiban perempuan hanyalah mengurus anak dan keperluan rumah tangga.

3. Meningkatkan pendidikan dan pemberdayan perempuan hanyalah kewajiban perempuan. 4. Memperjuangkan emansipasi dan hak-hak

81 perempuan hanyalah kewajiban perempuan.

Seputar Tanggung Jawab

1. Laki-laki hanya bertanggung jawab atas perekonomian keluarga.

2. Perempuan hanya bertanggung jawab atas segala urusan anak dan rumah tangga seperti memasak, membereskan rumah, dan mengasuh anak.

3. Kebersihan dan keindahan kelas kuliah adalah tanggung jawab perempuan.

4. Tanggung jawab seseorang dibedakan berdasarkan jenis kelamin.

Seputar Harapan

1. Laki-laki diharapkan dapat menjadi pemimpin organisasi kampus.

2. Hanya perempuan yang diharapkan selalu berdandan dan memperhatikan penampilan fisik untuk menyenangkan pasangan/lawan jenis. 3. Laki-laki diharapkan memiliki sifat maskulin. 4. Perempuan diharapkan memiliki sifat feminin.

82 Lampiran 2. Panduan Wawancara

1. Apakah alasan anda memilih Mata Kuliah Gender dan Pembangunan? 2. Apa yang anda ketahui tentang gender, kesadaran gender, dan kesetaraan

gender?

3. Bagaimana cara keluarga anda mendidik anak laki-laki dan perempuan?

4. Apakah terjadi pembedaan perlakuan di dalam keluarga anda khususnya antara anak laki-laki dan anak perempuan dalam seputar alokasi peran, hak, kewajiban, tanggung jawab, dan harapan? Jelaskan!

5. Bagaimana pengaruh ajaran agama anda dalam mengenalkan dan menanamkan kesadaran gender (seputar alokasi peran, hak, kewajiban, tanggung jawab, dan harapan)?

6. Apakah budaya yang berlaku di suku anda membedakan perlakuan terhadap laki-laki dan perempuan? Setujukah anda apabila terjadi pembedaan antara laki- laki dan perempuan khususnya seputar alokasi peran, hak, kewajiban, tanggung jawab, dan harapan? Jelaskan!

7. Menurut anda, bagaimana pengaruh media massa dalam membentuk kesadaran gender seseorang ?

8. Menurut anda, bagaimana pengaruh teman dekat dalam membentuk kesadaran gender seseorang?

9. Apakah di organisasi kampus yang anda ikuti terjadi pembedaan antara laki-laki dan perempuan khususnya seputar alokasi peran, hak, kewajiban, tanggung jawab, dan harapan? Setujukah anda apabila terjadi pembedaan antara laki-laki dan perempuan khususnya seputar alokasi peran, hak, kewajiban, tanggung jawab, dan harapan? Jelaskan!

83 10. Menurut anda, bagaimana pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya Mata

84 Lampiran 3. Struktur Organisasi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat

Ketua Departemen : Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS Sekretaris : Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS

Staf pengajar Departemen Sains KPM berhimpun pada tiga bagian yaitu: Bagian Komunikasi dan Penyuluhan

Kepala : Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS Sekretaris : Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Bagian Kependudukan, Agraria, dan Ekologi Politik

Kepala : Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS Sekretaris : Dr. Ir. Arif Satria, MS

Bagian Sosiologi Pedesaan dan Pengembangan Masyarakat Kepala : Dr. Ir. M.T. Felix Sitorus, MS

Sekretaris : Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS

Untuk pengelolaan kegiatan fungsional, Departemen Sains KPM didukung tiga komisi, yaitu:

Komisi Penelitian, Pemberdayaan Masyarakat, dan Publikasi Kepala : Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, MSc Sekretaris : Ir. Rilus Kinseng, MA

Komisi Akademik

Kepala : Dr. Ir. Pudji Muljono, MS Sekretaris : Ir. Hadiyanto, MS

85 Komisi Kemahasiswaan Hubungan Alumni dan Promosi

Kepala : Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi Sekretaris : Ir. Yatri Indah Kusumastuti, Msi

86 Lampiran 4. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kesadaran Gender dan Jenis

Kelamin Crosstabs

[DataSet1]

Case Proces sing Sum m ary

70 83.3% 14 16.7% 84 100.0%

tingkat persepsi terhadap kesadaran gender * jenis kelamin

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

tingkat persepsi terhadap ke sadaran ge nder * jenis kelam in Crosstabulation Count 4 35 39 17 14 31 21 49 70 tinggi sedang tingkat persepsi terhadap

kesadaran gender Total laki-laki perempuan jenis kelamin Total Chi-Square Tests 16.347b 1 .000 14.293 1 .000 17.044 1 .000 .000 .000 16.113 1 .000 70 Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fis her's Ex act Test Linear-by-Linear As sociation N of V alid Cases Value df As ymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Computed only f or a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9. 30.

87 Lampiran 5. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kesadaran Gender dan Agama Crosstabs

[DataSet1]

Case Proces sing Sum m ary

70 83.3% 14 16.7% 84 100.0%

tingkat persepsi terhadap kesadaran gender * agama

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

tingkat persepsi terhadap k esadaran gender * agam a Cros stabulation

Count 37 2 0 0 39 29 0 1 1 31 66 2 1 1 70 tinggi sedang tingkat persepsi terhadap

kesadaran gender Total

islam protestan katolik budha agama Total Chi-Square Tests 4.109a 3 .250 5.601 3 .133 1.144 1 .285 70 Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear As sociation N of V alid Cases Value df As ymp. Sig. (2-sided)

6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .44.

88 Lampiran 6. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kesadaran Gender dan Suku

Bangsa

Crosstabs

[DataSet1]

tingkat persepsi terhadap k esadaran gende r * s uku bangsa Cros stabulation

Count 2 4 14 9 0 10 39 3 2 12 10 1 3 31 5 6 26 19 1 13 70 tinggi sedang tingkat persepsi terhadap

kesadaran gender Total

batak minangkabau jaw a sunda tionghoa lainnya suku bangsa Total Chi-Square Tests 4.993a 5 .417 5.534 5 .354 1.215 1 .270 70 Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear As sociation N of V alid Cases Value df As ymp. Sig. (2-sided)

6 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .44.

89 Lampiran 7. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kesadaran Gender dan Tempat

Tinggal

Crosstabs

[DataSet1]

Case Proces sing Sum m ary

70 83.3% 14 16.7% 84 100.0%

tingkat persepsi * tempat tinggal

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

tingkat persepsi * tem pat tinggal Crosstabulation Count 33 6 39 26 5 31 59 11 70 tinggi sedang tingkat persepsi Total kost rumah orang tua tempat tinggal Total Chi-Square Tests .007b 1 .932 .000 1 1.000 .007 1 .932 1.000 .593 .007 1 .933 70 Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fis her's Ex act Test Linear-by-Linear As sociation N of V alid Cases Value df As ymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Computed only f or a 2x2 table a.

1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4. 87.

90 Lampiran 8. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kesadaran Gender dan Pekerjaan

Orang Tua

Crosstabs

[DataSet1]

Case Proce ssing Sum m ary

70 83.3% 14 16.7% 84 100.0%

tingkat perseps i * pekerjaan ayah

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

tingkat persepsi * pekerjaan ayah Cros stabulation Count 3 14 2 2 0 12 2 4 39 3 9 0 2 4 10 1 2 31 6 23 2 4 4 22 3 6 70 tinggi sedang tingkat persepsi Total

tidak bekerja PNS guru/dosen TNI/Polri buruh sw asta pedagang w irasw asta pekerjaan ayah Total Chi-Square Tests 7.452a 7 .383 9.699 7 .206 .020 1 .886 70 Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear As sociation N of V alid Cases Value df As ymp. Sig. (2-sided)

12 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .89.

91 Lanjutan

Crosstabs

Case Proces sing Sum m ary

70 83,3% 14 16,7% 84 100,0%

tingkat persepsi * pekerjaan ibu

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

tingkat persepsi * pe kerjaan ibu Crosstabulation

Count 17 10 5 0 2 4 1 39 21 3 1 2 3 0 1 31 38 13 6 2 5 4 2 70 tinggi sedang tingkat persepsi Total

tidak bekerja pns guru/dosen buruh sw asta pedagang w irasw asta pekerjaan ibu Total Chi-Square Tests 12,303a 6 ,056 14,912 6 ,021 ,741 1 ,389 70 Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear As sociation N of V alid Cases Value df As ymp. Sig. (2-sided)

10 cells (71,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,89.

92 Lampiran 9. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kesadaran Gender dan Interaksi

Media Massa Nonparametric Correlations [DataSet1] Nonparametric Correlations [DataSet1] Correlations 1.000 -.088 . .467 70 70 -.088 1.000 .467 . 70 70

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed) N kegiatan organisas i tingkat persepsi Spearman's rho kegiatan organis asi tingkat persepsi Correlations 1.000 -.171 . .157 70 70 -.171 1.000 .157 . 70 70

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed) N tingkat persepsi interaksi dengan media massa Spearman's rho tingkat persepsi interaksi dengan media massa

93 Lampiran 10. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kesadaran Gender dan Nilai

Mutu Mata Kuliah Gender dan Pembangunan

Nonparametric Correlations [DataSet1] Correlations 1.000 .049 . .687 70 70 .049 1.000 .687 . 70 70

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed) N

tingkat persepsi

nilai mutu gender Spearman's rho

tingkat persepsi

nilai mutu gender

94 Lampiran 11. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kesadaran Gender dan Indeks

Prestasi Kumulatif

Nonparametric Correlations

[DataSet1] E:\LAST PROJECT\data1.sav

Correlations 1,000 ,021 . ,866 70 70 ,021 1,000 ,866 . 70 70

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed) N

tingkat persepsi

indeks prestasi kumulatif Spearman's rho tingkat persepsi indeks prestasi kumulatif

95 Lampiran 12. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kesadaran Gender dan

Hubungan dengan Teman

Nonparametric Correlations [DataSet1] Correlations 1.000 .144 . .235 70 70 .144 1.000 .235 . 70 70

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed) N tingkat persepsi hubungan dengan teman dekat Spearman's rho tingkat persepsi hubungan dengan teman dekat

96 Lampiran 13. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kesadaran Gender dan Tingkat

Pendidikan Orang Tua

Nonparametric Correlations [DataSet1] Nonparametric Correlations [DataSet1] Correlations 1.000 .155 . .200 70 70 .155 1.000 .200 . 70 70

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed) N tingkat persepsi pendidikan ayah Spearman's rho tingkat persepsi pendidikan ayah Corre lations 1.000 .164 . .175 70 70 .164 1.000 .175 . 70 70

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed) N tingkat persepsi pendidikan ibu Spearman's rho tingkat persepsi pendidikan ibu

97 Lampiran 14. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kesadaran Gender dan Tingkat

Penghasilan Orang Tua

Nonparametric Correlations [DataSet1] Correlations 1.000 .149 . .219 70 70 .149 1.000 .219 . 70 70

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed) N

tingkat persepsi

penghas ilan orang tua Spearman's rho

tingkat persepsi

penghas ilan orang tua

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori oleh Raden Ajeng Kartini yang lebih menekankan pada faktor pendidikan, karena beliau berharap apabila perempuan Indonesia mempunyai pendidikan, akan terbuka peluang bagi mereka untuk menjadi lebih bermartabat dan sejahtera. Setelah Indonesia merdeka, kaum perempuan tidak pernah berhenti berjuang bersama kaum laki-laki dalam mengisi kemerdekaan. Disadari bahwa keberhasilan pembangunan nasional di Indonesia, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah atau swasta maupun masyarakat, sangat tergantung dari peran laki- laki dan perempuan.

Menurut Dzuhayatin (1997) dalam Nauly (2002), pada kenyataannya, perempuan di Indonesia telah diberi peluang yang sama dengan laki-laki di bidang pendidikan, namun persepsi masyarakat terhadap perempuan tidak mengalami perubahan yang berarti. Lebih lanjut Dzuhayatin (1997) dalam Nauly (2002) menjelaskan, masih kuatnya anggapan bahwa pendidikan pada perempuan tujuannya adalah agar ia lebih mampu mendidik anak-anaknya. Perempuan tetap saja dianggap sebagai the second sex. Perempuan direndahkan ketika ia hanya di rumah dan dieksploitasi ketika mereka berada di tempat kerja. Persepsi demikian tidak hanya dianut oleh kalangan awam, tetapi juga oleh para cendekiawan. Hal yang lebih memprihatinkan lagi yaitu pemerintah juga membenarkan persepsi tersebut dalam

2 kebijakan pembangunan yang diungkapkan dalam panca tugas perempuan: sebagai istri dan pendamping suami, sebagai pendidik dan pembina generasi muda, sebagai pekerja yang menambah penghasilan negara dan sebagai anggota organisasi masyarakat, khususnya organisasi perempuan dan organisasi sosial (Dzuhayatin 1997 dalam Nauly 2002).

Transformasi dan partisipasi perempuan dituntut lebih aktif sejak kebijakan pemerintah yang dikeluarkan melalu Instruksi Presiden No.9/2000 tentang Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG). Dengan terbitnya Inpres ini, pemerintah diharuskan mereformulasi kebijakan yang bias gender menjadi responsif gender dan ini tercermin dalam program/proyek/kegiatan di berbagai bidang pembangunan. Berdasarkan Inpres No.9/2000 disebutkan bahwa gender merupakan konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. Sedangkan kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan juga keamanan nasional, dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Dengan definisi tersebut maka perempuan, selain juga laki-laki, diharapkan dapat ikut serta secara aktif berkiprah dalam pembangunan sesuai dengan kemampuannya, jadi bukan berarti memberikan pengecualian ataupun kuota, khususnya pada perempuan. Strategi yang harus ditempuh agar kebijakan pembangunan nasional responsif gender adalah melalui pengarusutamaan gender. Oleh karena itu, melalui Inpres No. 9 tahun 2000, ditegaskan bahwa strategi pengarusutamaan gender adalah sebagai salah satu strategi pembangunan nasional.

3 Van Gliken (2004) dalam Effendi (2005) menyatakan bahwa pendidikan mempunyai 3 tugas pokok, yakni menciptakan, mentransfer dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. Pendidikan juga sangat vital peranannya dalam mentransfer nilai-nilai dan jati diri bangsa (van Glinken 2004 dalam Effendi 2005). Maka bisa dipahami jika dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia, pendidikan dalam arti proses maupun kelembagaannya dicatat sebagai motor penggerak sekaligus sumber inspirasi dari pergerakannya. Dalam hal ini tokoh-tokoh pergerakan nasional berkeyakinan, bahwa untuk menuju Indonesia merdeka dan mewujudkan cita-cita kemerdekaannya sebagaimana yang diabadikan dalam Pembukaan UUD. 1945, haruslah didukung oleh warga negaranya yang berpendidikan. Bahkan sejarah pergerakan nasional pun telah mencatat bahwa gerakan kebangkitan nasional bukanlah digerakkan oleh gegap gempitanya massa, melainkan oleh sekelompok pemuda, pelajar dan mahasiswa (Fajar 2008).

Menurut Karsidi (2000), perguruan tinggi memiliki peranan makro, yaitu: 1. Perguruan tinggi memiliki peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi

perubahan-perubahan suatu masyarakat. Peran dan fungsi perguruan tinggi dapat diwujudkan dalam bentuk membangun gerakan pembelajaran masyarakat untuk mendorong segera terciptanya transformasi sosial.

2. Kini, masih saja terjadi jarak yang lebar antara perguruan tinggi dengan basis- basis perubahan masyarakat yang ada. Tidaklah berlebihan sekiranya perguruan tinggi diharapkan dapat berperan lebih progresif dalam mempengaruhi perubahan masyarakat secara lebih sistematis dan berdampak luas di masa-masa mendatang. Untuk itu, kedekatan perguruan tinggi dan masyarakat harus diusahakan melalui program kemitraan kelompok-kelompok masyarakat dengan perguruan tinggi.

4 3. Perguruan tinggi dituntut untuk menentukan dan memilih kebijakan yang benar-

benar strategis bagi perubahan-perubahan masyarakat yang lebih baik dan bagi penyelesaian masalah-masalah mendasar bangsa saat ini, baik di tingkat nasional maupun lokal.

Namun demikian, kemajuan yang telah dicapai masih menyisakan permasalahan yang memprihatinkan, yaitu peranserta kaum perempuan belum dioptimalkan. Berbagai pembedaan peran, fungsi, tugas dan tanggung jawab, serta kedudukan antara laki-laki dan perempuan, baik secara langsung maupun tidak

Dalam dokumen Persepsi Mahasiswa Terhadap Kesadaran Gender (Halaman 100-200)

Dokumen terkait