• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran penulis untuk proses pengembangan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

6

2.1 Vacum Cleaner

Penghisap debu ialah perkakas rumah tangga yang berfungsi sebagai ‘sapu elektronik’. Sistem kerjanya menggunakan pompa udara untuk menciptakan keadaan kosong untuk menghisap debu dan kotoran, biasanya dari lantai. Sebagian besar rumah dengan lantai berkarpet di negara berkembang memiliki penghisap debu sebagai pembersih. Kotoran dikumpulkan dengan sistem penyaringan maupun siklon untuk kemudian dibuang. Sejumlah uji telah menunjukkan bahwa penghisapan debu dapat membunuh 100% kutu muda dan 96% kutu dewasa. Bagi mereka yang memiliki aktivitas tinggi sekaligus menjunjung tinggi kepraktisan hidup, kehadiran teknologi untuk kegiatan membersihkan rumah adalah suatu hal yang mutlak. Salah satunya adalah Vacuum cleaner. Saat ini banyak vacuum cleaner atau lazim kita sebut penghisap debu menampilkan teknologi kebersihan yang mutakhir yang membuat pekerjaan

rumah menjadi lebih ringan. Dengan kemampuannya yang amat efisien, mesin-mesin penghisap debu dari berbagai merek menawarkan tingkat penyaringan yang berkualitas tinggi, yaitu menangkap partikel-partikel debu dan zat-zat pencemar di udara penyebab komplikasi alergi dan asma. Dengan daya hisapnya yang tinggi namun tetap mudah ketika bermanuver. Penghisap debu sudah dianggap sebagai pembantu terbaik di rumah.

Desain Vacuum Cleaner saat ini banyak yang ramping sehingga bisa mencapai celah dan bisa membersihkan debu serta kotoran dengan singkat dan cepat. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan di pasar Eropa yang menyebutkan, 70 persen wanita lebih suka membersihkan rumah secara instan dan baru seminggu sekali melakukan pembersihan menyeluruh. Vacuum cleaner modern bisa dipakai untuk menghisap debu di permukaan sofa, meja atau jok mobil. Sebagian merk dagang vacuum cleaner menggunakan teknologi cyclonic system untuk mencegah debu menghambat filter. Teknologi lain yang saat ini sedang banyak berkembang baterai Vacuum cleaner memiliki daya tahan baterai pemakaian selama 15-20 menit untuk membersihkan area seluas hingga 80 meter persegi. [7]

Gambar 2.1 Vacum Cleaner Mini

2.2 Limit Switch

Limit Switch adalah sensor peraba yang bersifat mekanis dan mendeteksi sesuatu setelah terjadi kontak fisik. Penggunaan sensor ini biasanya digunakan untuk membatasi gerakan maksimum sebuah mekanik. Contohnya pada penggerak lengan di mana limit switch akan aktif dan memberikan masukan pada CPU untuk menghentikan gerak motor di saat lengan sudah ditarik maksimum. Sensor ini juga

seringkali digunakan untuk sensor cadangan bilamana sensor yang lain tidak berfungsi. Contohnya pada bagian pinggir dari sebuah robot, pada saat sensor infrared gagal berfungsi untuk mendeteksi adanya halangan, maka limit switch akan mendeteksi dan memerintahkan motor untuk berhenti saat terjadi kontak fisik.

[3]

Gambar 2.2 Sensor Limit Swicth 2.2.1 Cara Kerja Limit Switch

Limit switch biasa disebut mikroswitch merupakan sakelar yang akan bekerja saat mendapat tekanan atau gesekan pada luas atau tangkai. Pada limit switch biasanya terdapat tangkai yang berupa tangkai atau plunyer ataupun roda sebagai sakelarnya. limit switch dirancang hanya untuk beroperasi apabila batas yang sudah ditentukan sebelumnya sudah dicapai. Sakelar-sakelar tersebut aktif jika terminal menyentuh objek.

2.2.2 Bentuk Limit Switch

Kontak-kontak sebuah limit switch dilengkapi dengan pegas sehingga dalam keadaan normal, kontak jalur bersama tersambung ke kontak yang disebut normal-tertutup (normally closed/nc). kontak ke tiga adalah kontak normal-terbuka (normally open/no). dibawah ini adalah kontak limit switch:

a. Terminal bersama (common)

b. Terminal Norman tertutup (normally closed/nc) c. Terminal normal terbuka (normally open/no)

Limit switch ini ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan keadaan benda agar dapat menyentuh tangkai dari limit switch tersebut, pengguaan jenis kontaktor juga disesuaikan dengan benda yang akan dijadikan penyentuh tangkai dari limit switch agar kontaktor tidak cepat patah atau rusak. Terminal normal terbuka (NO) berfungsi sebagai penghubung, sedangkan terminal normal tertutup (NC) berfungsi sebagai pemutus. Apabila tekanan yang menyentuh tangkai tertarik, maka kontak limit switch akan kembali ke posisi semula. Adapun konfigurasi dari limit switch bisa di lihat pada gambar 2.3

Gambar 2.3 Limit switch

2.2.3 Bentuk Rangkaian Limit Switch

Rangkaian limit switch hanya membutuhkan sebuah resistor. agar mendapatkan logika 1 pada saat limit switch tidak tertekan (mencegah tegangan mengembang) dan berlogika 0 saat limit switch ditekan. Sedangkan R1 untuk

pembatas arus masuk ke mikrokontroler agar didapatkan arus ke mikro 0,5mA dengan menggunakan persamaan 2-17:

mA R Vs I 0,5 1 ...(2-17)

Agar lebih jelas tentang rangkaian limit switch yang menggunakan satu resistor saja, perhatikan gambar 2.4

Gambar 2.4 Rangkaian Limit Switch

2.3 Mikrokontroler AT89S52

Mikrokontroler adalah mikroprosessor yang dirancang khusus untuk aplikasi kontrol, dan dilengkapi dengan ROM, RAM dan fasilitas I/O pada satu chip. AT89S52 adalah salah satu anggota dari keluarga MCS-51/52 yang dilengkapi dengan internal 8 Kbyte Flash PEROM (Programmable and Erasable Read Only Memory), yang memungkinkan memori program untuk dapat deprogram kembali. AT89S52 dirancang oleh Atmel sesuai dengan instruksi standar dan susunan pin 80C5. Mikrokontroler AT89S52 memiliki :

a. Sebuah CPU ( Central Processing Unit ) 8 Bit. b. 256 byte RAM ( Random Acces Memory ) internal.

c. Empat buah port I/O, yang masing masing terdiri dari 8 bit d. Osilator internal dan rangkaian pewaktu.

e. Dua buah timer/counter 16 bit

f. Lima buah jalur interupsi ( 2 buah interupsi eksternal dan 3 interupsi internal). g. Sebuah port serial dengan full duplex UART (Universal Asynchronous

Receiver Transmitter).

h. Mampu melaksanakan proses perkalian, pembagian, dan Boolean. i. EPROM yang besarnya 8 KByte untuk memori program.

j. Kecepatan maksimum pelaksanaan instruksi per siklus adalah 0,5 μs pada frekuensi clock 24 MHz. Apabila frekuensi clock mikrokontroler yang digunakan adalah 12 MHz, maka kecepatan pelaksanaan instruksi adalah 1 μs. [2]

2.3.1 Konfigurasi Pin

Mikrokontroler AT89S52 mempunyai 40 pin dengan catu daya tunggal 5 Volt. Ke-40 pin tersebut digambarkan sebagai berikut :

Fungsi dari masing-masing pin AT89S52 adalah :

1. Pin 1 sampai 8 (Port 1) merupakan port pararel 8 bit dua arah (bidirectional) yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan (general purpose).

2. Pin 9 merupakan pin reset, reset aktif jika mendapat catuan tinggi.

3. Pin 10 sampai 17 (Port 3) adalah port pararel 8 bit dua arah yang memiliki fungsi pengganti sebagai berikut :

a. P3.0 (10) : RXD (port serial penerima data) b. P3.1 (11) : TXD (port serial pengirim data)

c. P3.2 (12) : INT0 (input interupsi eksternal 0, aktif low) d. P3.3 (13) : INT1 (input interupsi ekstrernal 1, aktif low) e. P3.4 (14) : T0 (eksternal input timer / counter 0)

f. P3.5 (15) : T1 (eksternal input timer / counter 1)

g. P3.6 (16) : WR (Write, aktif low) Sinyal kontrol penulisan data dari port 0 ke memori data dan input-output eksternal.

h. P3.7 (17) : RD (Read, aktif low) Sinyal kontrol pembacaan memori data input-output eksternal ke port 0.

4. Pin 18 sebagai XTAL 2, keluaran osilator yang terhubung pada kristal.

5. Pin 19 sebagai XTAL 1, masukan ke osilator berpenguatan tinggi, terhubung pada kristal.

6. Pin 20 sebagai Vss, terhubung ke 0 atau ground pada rangkaian.

7. Pin 21 sampai 28 (Port 2) adalah port pararel 8 bit dua arah. Port ini mengirim byte alamat bila pengaksesan dilakukan pada memori eksternal.

8. Pin 29 sebagai PSEN (Program Store Enable) adalah sinyal yang digunakan untuk membaca, memindahkan program memori eksternal (ROM / EPROM) ke mikrokontroler (aktif low).

9. Pin 30 sebagai ALE (Address Latch Enable) untuk menahan alamat bawah selama mengakses memori eksternal. Pin ini juga berfungsi sebagai PROG (aktif low) yang diaktifkan saat memprogram internal flash memori pada mikrokontroler (on chip).

10. Pin 31 sebagai EA (External Accesss) untuk memilih memori yang akan digunakan, memori program internal (EA = Vcc) atau memori program eksternal (EA = Vss), juga berfungsi sebagai Vpp (programming supply voltage) pada saat memprogram internal flash memori pada mikrokontroler. 11. Pin 32 sampai 39 (Port 0) merupakan port pararel 8 bit dua arah. Berfungsi

sebagai alamat bawah yang dimultipleks dengan data untuk mengakses program dan data memori eksternal.

12. Pin 40 sebagai Vcc, terhubung ke +5 V sebagai catuan untuk mikrokontroler.

2.3.2 Diagram Blok AT89S52

Diagram blok arsitektur AT89S52 dapat dilihat pada gambar 2.6. AT89S52 dirancang dengan logika statis untuk operasi frekuensi menuju nol dan mendukung mode penyimpanan tenaga yang dapat dipilih dari 2 software. Mode iddle menghentikan CPU sementara program DAC memperbolehkan RAM , timer/counter, port serial dan sistem interupsi untuk tetap berfungsi. Mode power- down menghemat isi RAM namun membekukan osilator,

menon-aktifkan fungsi- fungsi chip lainnya sampai instruksi eksternal dilakukan atau terjadi reset hardware. Dalam pengoperasiannya, AT89S52 cukup memberikan tegangan yang berkisar antara 4–5.5 Volt DC pada pin VCC, sedangkan pin GND diberikan tegangan 0 volt. Selain pin Vcc dan GND, pin-pin yang dimiliki AT89S52 terdiri atas 4 buah port yaitu port 0, port 1, port 2, port 3. Masing-masing port tersebut terdiri dari 8 pin, RST, ALE/PROG, PSEN, EA/VPP, XTAL1 dan XTAL2.

Gambar 2.6 Diagram blok mikrokontroller AT89S52

IC mikrokontroler dikemas dalam bentuk yang berbeda. Pada dasarnya fungsi kaki yang ada memiliki persamaan.

2.3.3 Fungsi kaki-kaki mikro kontroller AT89S52: a. VCC

Pin 40 dihubungkan dengan tegangan catu +5 Volt. b. Ground

Pin 20 dihubungkan dengan ground. c. Port 0

Port 0 adalah sebuah saluran terbuka port I/O 8-bit dua arah. Port 0 merupakan dual-purpose port (port yang memiliki dua kegunaan). Sebagai port keluaran, setiap pin dapat mencakup 8 inputan TTL. Ketika logika ‘1’ diberikan pada pin-pin port 0, pin tersebut dapat digunakan sebagai inputan impedansi tinggi. Port 0 juga dapat dikonfigurasikan sebagai multiplexed low-order alamat/data bus, selama terjadinya pengaksesan ke program eksternal dan memori data. Port 0 jaga dapat menerima kode byte selama pemrograman flash dan menghasilkan keluaran kode byte selama verifikasi program. Selama verifikasi program dibutuhkan eksternal pull-ups.

d. Port 1

Port 1 adalah port I/O 8 bit dua arah yang memiliki pull-ups internal. Keluaran dari port 1 dapat mencakup 4 masukan TTL. Ketikalogika ‘1’ diberikam pada pin-pin port1, maka pin tersebut akan dipengaruhi oleh pull-ups internal dan dapat digunakan sebagai masukan (input). Sebagai masukan, pin-pin port 1 akan menghasilkan arus dikarenakan adanya pull-ups internal. Port 1 dapat melakukan pengalamatan bytes low-order selama terjadi pemrograman flash dan verifikasi. Port 1 juga dapat melakukan beberapa

fungsi khusus AT89S52 seperti yang terlihat pada table 2.1 Tabel 2.1 Fungsi Alternatif Port 1

Port pin Fungsi Alternatif P 1.5 MOSI (Master Output/Slave Input) P 1.6 MISO (Master Input/Slave Output) P 1.7 CK (Serial Clock)

e. Port 2

Port 2 adala h port I/O 8 bit dua arah yang memilki pull-ups internal. Keluaran dari port 2 dapat mencakup 4 masukan TTL. Ketika logika ‘1’ diberikan pada pin-pin port 2, maka pin tersebut akan dipengaruhi oleh pull-ups internal dan dapat digunakan sebagai masukan (input). Sebagai masukan, pin –pin port 2 akan menghasilkan arus yang disebabkan oleh adanya pull-ups internal. Port 2 akan melakukan pengalamatan byte high-order selama menerima dari memori program eksternal dan selama pengaksesan ke memori data eksternal yang menggunakan pengalamatan 16-bit (MOV @ DPTR). Pada keadaan ini port 2 akan menggunakan pull-ups internal yang sangat besar ketika menmgeluarkan logika ‘1’. Selama melakukan pengaksesan ke memori data eksternal dengan menggunakan pengalamatan 8-bit (MOVX @ R1), port2 akan mengeluarkan isi dari fungsi register khusus P2. Port 2 juga dapat melakukan pengalamatan bit high-order dan beberapa pengendalian sinyal selama terjadi pemrograman flash dan

verifikasi. f. Port 3

Port 3 adalah port I/O 8 bit dua arah yang memiliki pull-ups internal. Keluaran dari port 3 dapat mencakup 4 masukan TTL. Ketika logika ‘1’ diberikan pada pin-pin port 3, maka pin tersebut akan dipengaruhi oleh pull-ups internal dan dapat digunakan sebagai masukan (input). Sebagai masukan, pin port 3 akan menghasilkan arus yang disebabkan oleh adanya internal pull-ups. Port 3 dapat melakukan beberapa pengendalian sinyal untuk pemrograman flash dan verifikasi. Port 3 juga dapat melakukan beberapa fungsi khusus AT89S52 seperti terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.2 Fungsi Alternatif Port 3

Port pin Fungsi Alternatif

P3.0 RXD (serial input port) P3.1 TXD (serial output port) P3.2 INT0 (external interrupt 0) P3.3 INT1 (external interrupt 1) P3.4 T0 (Timer 0 external input) P3.5 T1 (Timer 1 external input)

P3.6 WR (external data memory write strobe) P3.7 RD (external data memory read strobe)

g. RST

ketika osilator melakukan reset pada device. Jika pada pin RST diberikan logika ‘1’ selama minimal 2 siklus mesin selama osilator bekerja, maka akan mereset mikrokontroler yang bersangkutan. Pin ini akan menjadi semakin tinggi untuk 98 periode osilator setelah melewati watchdog times out. Bit DISTRO pada SFR AUXR (alamat 8EH) dapat digunakan untuk mengabaikan feature tersebut. Pada keadaan awal bit DISTRO, keadaan keluaran RESET HIGH berada dalam kondisi enable.

h. ALE/PROG

Address Latch Enable (ALE) merupakan pulsa keluaran untuk pemasangan byte yang rendah dari alamat, selama terjadi pengaksesan ke memori eksternal. ALE digunakan untuk men-demultiplex address dan data bus. Pin ini juga merupakan PROG (program pulse input) ketika terjadi pemrograman flash. Dalam keadaan normal, ALE menggunakan kecepatan yang stabil yaitu sekitar 1/6 dari frekuensi osilator dan dapat dipergunakan untuk external timing atau untuk clocking. Namun perlu diketahui bahwa, satu pulsa ALE akan dilewati selama terjadi pengaksesan ke memori data eksterna l. Jika diinginkan, operasi ALE dapat dinon-aktifkan dengan cara mengatur bit 0 pada SFR di alamat 8EH. Dengan keadaan bit yang telah diatur, ALE hanya akan aktif jika ada instruksi MOVX atau MOVC. Kondisi saat ALE dinon-aktifkan tidak akan memberikan pengaruh bila mikrokontroler berada dalam mode eksekusi internal.

i. PSEN

memori eksternal. PSEN merupakan kontrol sinyal yang mengijinkan untuk mengakses program (code) memori eksternal. Pin ini dihubungkan ke pin OE (Output Enabled) dari EPROM. Saat AT89S52 mengeksekusi kode dari program memori eksterna l, PSEN akan mengaktifkan sebanyak dua kali setiap perputaran mesin, kecuali bila pengaktifan kedua PSEN terlewat selama setiap pengaksesan ke data memori eksternal.

j. EA/VPP

Eksternal Access Enable (EA) harus terhubung dengan ground untuk mengaktifkan mikrokontroller dalam mengambil kode dari lokasi program memori eksternal yang dimulai dari 0000H sampai FFFFH. Perlu diketahui bahwa, bila clock bit 1 telah diprogram, EA akan dihubungkan dengan reset secara internal. E A harus dihubungkan dengan VCC untuk melakukan eksekusi program secara internal. Pin ini juga menerima programming enable voltage (VPP) sebesar 12 volt selama pemrograman flash.

k. XTAL1 dan XTAL2

XTAL1 dan XTAL2 adalah masukan dan keluaran ke dan dari inverting oscillator amplifier. XTAL1 juga berfungsi sebagai masukan ke clock internal sirkuit operasi. XTAL1 dan XTAL2 terdapat pada pin 18- 19, paada mikrokontroler disebut on-chip oscillator. Pada mikrokontroler berarsitektur 8052 memiliki on-chip oscillator yang dapat bekerja jika di-drive menggunakan kristal. Tambahan kapasitor diperlukan untuk menstabilkan system. Kecepatan maksimum pelaksanaan instruksi per siklus adalah 0,5 mikro sekon pada frekuensi clock 24 MHz. Apabila frekuensi

clock mikrokontroler yang digunakan adalah 12 MHz, maka kecepatan pelaksanaan instruksi persiklus adalah 1 mikro sekon.

2.3.4 Special Function Register

Register Fungsi Khusus ( Special Function Register / SFR ) terdapat pada RAM internal pada lokasi memori 80h hingga FFh. SFR ini mencakup port-port pewaktu (timer), kontrol peripheral, dll. Register-register ini hanya dapat diakses dengan pengalamtan langsung. 16 alamat dalam SFR dapat diakses baik secara byte maupun bit. SFR memiliki format alamat awal yang khusus yaitu xxxx x000b atau dalam format heksadesimal yaitu x0h dan x8h. [5] Berikut ini akan dijelaskan secara singkat SFR beserta fungsinya.

a. Akumulator

Akumulator atau ACC menempati lokasi E0h, digunakan sebagai register untuk menyimpan data sementara dalam program dimana instruksinya mengacu sebagai register A.

b. Register B (lokasi F0h)

Digunakan selama operasi perkalian dan pembagian. Untuk instruksi lain, dapat digunakan sebagai register scratch pad.

c. Program Status Word (PSW)

Register PSW mempunyai lokasi D0h yang mengandung informasi status program yang berkaitan dengan kondisi CPU saat itu. Status yang tersimpan ke dalam PSW meliputi carry bit, the auxilarry carry (untuk operasi bila ngan BCD), 2 bit pemilih bank register, overflow flag, sebuah bit paritas dan 2 flag status yang bisa didefinisikan sendiri.

Gambar 2.7 Register PSW dalam AT89S52 d. Data Pointer

Register data pointer atau DPTR mengandung DPTR untuk byte tinngi (DPH) dan byte rendah (DPL) yang masing-masing berada pada lokasi 83h dan 82h, bersama-sama membentuk register yang mampu menyimpan alamat 12 bit. Dapat dimanipulasi sebagai register 16 bit atau sebagai 2 register 8 bit yang terpisah.

e. Stack Pointer

Register SP (stack Pointer) menempati lokasi 81h yang merupakan register dengan panjang 8 bit, digunakan dalam proses simpan dan ambil dari / ke stack. Stack ini berisi alamat dari data yang berada paling awal yang masuk ke dalam stack. Operasi stack terdiri dari memasukkan data (push) pada stack dan mengeluarkan data (pop) dari stack. Memasukkan data stack ini akan mengakibatkan peningkatan nilai dari SP sebelum menulis data dan mengeluarkan data akan mengakibatkan penurunan nilai SP.

f. Port Register

P0, P1, P2 dan P3 menempati lokasi 80h, 90h, A0h dan B0h yang digunakan untuk menyimpan data yang akan dibaca atau ditulis dari / ke port untuk masing-masing port 0, port1, port2 dan port3.

g. Timer Register

dilokasi 8Dh dan 8Bh serta (TH2, TL2) dilokasi CDh dan CCh merupakan register- register pencacah 16 bit untuk masing-masing timer 0, timer 1 dan timer2.

h. Serial Data Buffer

SBUF atau Serial Data Buffer (lokasi 99h) terdiri dari 2 register yang terpisah yaitu register penyangga pengirim (transmit buffer) dan penyangga penerima (receive buffer). Pada saat data disalin ke SBUF, data sesungguhnya dikirim ke penyangga pengirim dan sekaligus mengawali transmisi data serial. Sedangkan pada saat data disalin dari SBUF, maka sebenarnya data tersebut berasal dari penyangga penerima.

i. Control Register

Register-register IP, IE, TMOD, TCON, T2CON, T2MOD, SCON dan PCON berisi bit-bit kontrol dan status untuk sisitem interupsi, pencacah / pewaktu dan port serial.

2.3.5 Catu Daya untuk Sistem Mikrokontroller

Kinerja sistem mikrokontroller sangat dipengaruhi pleh perangkat catu daya yang digunakan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan sistem yang handal, diperlukan sistem catu daya yang stabil. Mikrokontroller AT89S52 menggunakan catu daya pada operasi normal dengan tegangan DC 5V. Pada aplikasi sederhana, kita dapat menggunakan regulator tegangan DC 5V berupa IC LM7805. Agar tegangan keluaran pada pin 3 stabil pada 5V, maka tegangan masukkan pada pin 1 hendaklah antara 7V hingga 24V. di pasaran, IC ini beredar dalam beberapa versi. Untuk sistem dengan konsumsi daya

LM 7805 220 AC Transformator 22pF 100nF C1 C2 C3 10nF + 5V R = 10k 1 2 3

hingga 1A, dapat digunakan LM7805 dengan kemasan TO-220 yang dilengkapi metal pendingin. Namun, jika sistem yang dibuat hanya mengkonsumsi daya sekitar 50mA, maka dapat menggunakan tipe LM7805 dengan kemasan TO-92 yang telah dapat menangani arus hingga 100mA. [5]

Gambar 2.8 Catu Daya Sederhana Untuk Mikrokontroller 2.3.6 Dasar Mikrokontroler

Sebuah mikrokontroler memiliki beberapa perlengkapan dasar, antara lain adalah CPU, Alamat, Data, Pengendali, Memori, RAM, ROM, Input/ Output.

1. Central Processing Unit (CPU)

Unit pengelola pusat (CPU) terdiri atas dua bagian yaiu unit pengendali (CU) serta unit aritmatika dan logika (ALU). Fungsi utama unit pengendali adalah untuk mengambil, mengkode, dan melaksanakan urutan instruksi pada sebuah program yang tersimpan dalam memori. Sedangkan unit aritmatika atau perhitungan bertugas untuk menangani operasi perhitungan maupun boolean dalam program.

2. Alamat

Sistem berbasis mikroprosesor atau mikrokontroler pada umumnya mempunyai lebih dari satu device / peripheral seperti memori, input output, Analog to Digital Converter (ADC), dan lain-lain. Masing-masing device ini perlu diberi alamat, sama seperti rumah kita yang mempunyai alamat unik untuk tiap-tiap rumah.

Bayangkan apa yang terjadi kalau rumah-rumah itu tidak diberi alamat, pasti kita akan kebingungan untuk menuju ke rumah tertentu. Demikian pula dengan mikrokontroler, supaya dapat mengakses suatu device maka mikrokontroler tersebut harus mengetahui alamat device yang akan diakses. Address decoder akan memberikan alamat untuk tiap device.

3. Data

Mikrokontroler AT89S52 merupakan versi terbaru dibandingkan mikrokontroler AT89C51 yang telah banyak digunakan saat ini.CPU mikrokontroler AT89S52 mempunyai lebar bus 8 bit. Pena data 8 bit pada AT89S52 (D0, …..D7) ini terletak didalam chip karena jumlah pena luar pada mikrokontroler terbatas. Pena untuk bus data di multipleks dengan alamat A0, …..A7 pada port 0, sehingga sering juga disebut AD0, …..AD7.

4. Pengendali

Selain bus alamat dan bus data mikroprosesor atau mikrokontroler dilengkapi juga dengan bus pengendali (control bus), yang fungsinya untuk menyerempakkan operasi mikroprosesor atau mikrokontroler dengan operasi rangkaian luar. Contoh pena pengendali ini antara lain ALE, PSEN, WR, RD, interupsi dan lain-lain.

5. Memori

“Kecanggihan” sebuah komputer atau kontroller ditentukan oleh program yang kita buat. Memori digunakan sebagai tempat untuk menimpan program, data dan stack. Program adalah kumpulan instruksi untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Data adalah variabel-variabel yang dapat di ubah saat program berjalan. Stack digunakan untuk menyimpan alamat kembali (return address) dan juga dapat dipakai

untuk menyimpan data. Umumnya didalam mikrokontroller tersedia 2 jenis memori yaitu ROM dan RAM (Read Only Memory) bersifat hanya dibaca dan isinya tidak hilang bila catu daya dimatikan, digunakan untuk menyimpan program. Sedangkan RAM (Random-Access Memory) bersifat bisa dibaca dan ditulis tetapi isinya bisa hilang bila catu daya dimatikan, digunakan untuk menyimpan data stack. Dengan berkembangannya teknologi batas antara ROM dan RAM kini agak kabur. ROM sekarang bisa ditulisi untuk tipe flash atau EEROM. RAM sekarang juga tidak kehilangaan isinya saat catu daya dimatikan yaitu pada tipe NVRAM (Non-Volatile RAM).

Memori di dalam Mikrokontroller berukuran terbatas. Untuk itu dan harus tahu persis berapa kebutuhan memori yang digunakan. Kekurangan memori menyebabkan program anda tidak berjalan dengan benar, terlalu banyak memori yang tidak dipakai juga menyebabkan cost yang sia-sia.

6. RAM

RAM (Random Access Memory) pada mikrokomputer bisa mencapai ukuran sekian megabyte dan bisa di-upgrade ke ukuran yang lebih besar dan berlokasi di luar chip CPU-nya, sedangkan RAM pada mikrokontroler ada di dalam chip mikrokontroler yang bersangkutan dan ukurannya sangat minim, misalnya 128 byte, 256 byte dan seterusnya dan ukuran yang relatif kecil inipun dirasa cukup untuk

Dokumen terkait