6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah penggunaan monoterapi
artesunate selama 7 hari dapat diterapkan sebagai pilihan alternatif untuk
pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi jika tingkat kepatuhan
pasien baik dan jumlah parasitemia pada saat awal pemeriksaan tidak tinggi.
6.2. Saran
Meskipun monoterapi artesunate dapat menjadi pilihan alternatif, namun
penggunaan obat kombinasi artesunate-amodiakuin atau obat kombinasi dari
golongan artemisinin yang lainnya masih lebih baik untuk mencegah
terjadinya resistensi P. falciparum terhadap monoterapi.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada pemerintah
Kabupaten Mandailing Natal khususnya Dinas Kesehatan dapat membantu
penyediaan obat alternatif malaria di puskesmas seperti yang digunakan
dalam penelitian ini dan mensosialisasikan kepada petugas kesehatan di
kecamatan karena bermanfaat dalam pengobatan malaria falsiparum tanpa
RINGKASAN
Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang merupakan penyebab
utama kesakitan dan kematian di daerah transmisi malaria di dunia.
Resistensi obat merupakan masalah kesehatan yang utama di berbagai
negara dimana korban yang meninggal akibat malaria meningkat. Kematian
terbanyak terjadi pada bayi dan anak kecil. P. falciparum telah resisten
terhadap berbagai jenis obat anti malaria kecuali derivat artemisinin.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia melakukan perubahan standar
pengobatan malaria falsiparum dengan menggunakan gabungan
artesunate-amodiakuin sejak akhir tahun 2004. Hal ini dikarenakan obat malaria
sebelumnya sudah banyak mengalami resistensi. Pada kondisi dimana obat
kombinasi ini tidak tersedia maka perlu dicari obat alternatif yang lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
kesembuhan antara gabungan artesunate-amodiauin dengan monoterapi
artesunate sebagai alternatif dalam pengobatan malaria falsiparum tanpa
komplikasi pada anak.
Uji klinis acak terbuka dilakukan di Sekolah Dasar hingga SMU di
Kecamatan Gunung Baringin, Tanjung Julu, Purba, Adian Jior, Gunung
Manaon, Pagarantonga, Panyabungan Jae, Kabupaten Mandailing Natal,
Populasi dan sampel penelitian adalah penderita malaria falsiparum
yang berusia antara 5 sampai 18 tahun yang ditetapkan dengan
pemeriksaan apusan darah tepi yang dilakukan oleh tenaga laboran yang
terlatih. Pemeriksaan apusan darah tepi tipis dan tebal dilakukan pada siswa
yang berusia 5 sampai 18 tahun yang diduga menderita malaria.
Pemeriksaan apusan darah tepi diwarnai dengan pewarnaan giemsa sesuai
prosedur dan dibaca oleh tenaga laboran yang terlatih. Bila ditemukan P.
falciparum pada pemeriksaan apusan darah tepi maka anak tersebut
dimasukkan dalam sampel kemudian dihitung jumlah parasitnya. Parasit
aseksual dan seksual dihitung dalam 200 sel darah putih. Setelah menulis
inform consent, dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan apusan darah
tepi. Sampel yang memenuhi kriteria kemudian dibagi menjadi dua kelompok
secara acak sederhana, yaitu: kelompok pertama mendapat pengobatan
artesunate dengan dosis 4 mg/kgbb dan amodiakuin 10 mg/kgbb per oral
selama 3 hari dan kelompok kedua mendapat monoterapi artesunate dengan
dosis 4 mg/kgbb per oral pada hari 1 kemudian dilanjutkan 2 mg/Kgbb per
oral selama 6 hari berikutnya. Semua obat anti malaria diberikan sesudah
makan. Jika anak muntah dalam 15 menit setelah pemberian obat, dosis
yang sama diberikan kembali.
Selama penelitian dilakukan pencatatan rutin terhadap tanda dan
samping pengobatan. Pemeriksaan fisik dan apusan darah tepi ulangan
dilakukan pada hari ke-2,7 dan 28.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan monoterapi artesunate dapat
digunakan sebagai pilihan alternatif untuk pengobatan malaria falsiparum
SUMMARY
Malaria is one of infection disease that causes morbidity and mortality at
malaria transmision area in the world. Drug resistancy is a major problem
that increasing the death of people who suffered from malaria. Plasmodium
falciparum had been resistance to almost all malaria drugs except artemisinin
derivate. Indonesian Health Department changed the protocol therapy of
falciparum malaria to combination of artesunate-amodiaquine due to many
resistance cases founded since the end of 2004. In cases where these
combination were not avalaible, we need to find other alternative.
The main purpose of this study is to compare the efficacy of
artesunate-amodiaquine combination with artesunate monotherapy as an
alternative in treatment of falciparum malaria without complication.
This is a randomized open label clinical trial of elementary to high
school students at subdistrict Gunung Baringin, Tanjung Julu, Purba, Adian
Jior, Gunung Manaon, Pagarantonga, Panyabungan Jae, in district of
Mandailing Natal, Sumatera Utara Province on Juli to August 2007.
Population and sample of this study are children infected with malaria
falciparum from 5 to 18 years old that confirmed with giemsa’s thin and thick
blood smear and was read by a well-trained analyst, after doing anamnesis,
physical diagnosis and obtained inform consent from sample. If there was
form of paracytes are counted from 200 white blood cells. Samples that
eligible according the inclusion criteria then being divided with simple
randomised into 2 groups. Group I received artesunate with dosage 4
mg/kgbw and amodiaquine 10 mg/kgbw orally for 3 days and group II
received artesunate monotherapy with dosage 4 mg/Kgbw orally in day 1
then 2 mg/Kgbw orally for next 6 days. All anti malarial drugs were taken
after meal. If a child vomited 15 minutes after the drug was given, we could
repeat it with the same dose.
During study, we took routine note of sign and symptoms of malaria,
history of medication taken and adverse effects of medication. Physical
examination and repeated blood smear was done on days 2,7 and 28.
We can conclude that artesunate monotherapy can be considered as
DAFTAR PUSTAKA
1. Ashley E, McGready R, Proux S, Nosten F. Malaria. Travel Med Infect Dis. 2006; 4:159-73
2. Stauffer W, Fischer PR. Diagnosis and treatment of malaria in children. Clin Infect Dis. 2003; 37:1340-8
3. Daily JP. Malaria. Dalam: Gershon AA, Hotez PJ, Katz SL, penyunting. Krugman’s infectious diseases of children. Edisi ke-11. Philadelphia: Mosby; 2004. h. 337-52
4. Krause PJ. Malaria (Plasmodium). Dalam: Behrman ER, Kliegman MR, Jonson BH, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders; 2004. h. 1139-43
5. Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Malaria. Dalam: Buku ajar infeksi & pediatrik tropis. Edisi ke-2. Jakarta: IDAI; 2008. h. 408-37
6. Pusat Komunikasi Publik, Setjen Depkes. Peringatan hari malaria sedunia. Diunduh dari : http://www.depkes.co.id Diakses bulan September tahun 2008
7. Krogstad DJ. Plasmodium species (malaria). Dalam : Mandell GL, Bennet JE, Dolin R, penyunting. Principles and practice of infectious diseases. Edisi ke-5. Vol II. USA: Churchill Livingstone; 2000. h. 2817-31
8. Schwarz NG, Oyakhirome S, Potschke M, Glaser B, Klouwenberg PK, Altun H, et al. 5-day nonobserved artesunate monotherapy for treating uncomplicated falciparum malaria in young Gabonese children. Am J Trop Med Hyg. 2005; 73(4):705-9
9. Azlin E, Batubara I, Dalimunthe W, Siregar C, Lubis B, Lubis M, et al. The effectiveness of Chloroquine compared to Fansidar in treating falciparum malaria. Pediatr Indones. 2004; 44:17-20
10. Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Gebrak malaria. Pedoman tatalaksana kasus malaria di Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2005
11. Borrmann S, Adegnika AA, Missinou MA, Binder RK, Issifou S, Schindler A, et al. Short-course artesunate treatment of uncomplicated plasmodium falciparum malaria in Gabon. Antimicrob Agents Chemother. 2003; 47:901-4
12. Morgaine E. Malaria. Diunduh dari http://www.wikipedia.com Diakses September 2008
13. Kakkilaya BS. Malaria life cycle. Diunduh dari :
http://www.malariasite/malaria/LifeCycle.com Diakses September 2008
14. Phillips RS. Current status of malaria and potential for control. Clin Microbiol Rev. 2001; 14(1):208-26
15. Giao PT, Binh TQ, Kager PA, Long HP, Thang NV, Nam NV, et al. Artemisinin for treatment of uncomplicated falciparum malaria: is there a place for monotherapy?. Am J Trop Med Hyg. 2001; 65(6):690-5 16. WHO. Antimalarial drug combination therapy: Report of a WHO
technical consultation. Geneva; 2001
17. WHO. Guidelines for the treatment of malaria. Geneva: WHO; 2006 18. WHO. The use of antimalarial drugs: Report of an informal
consultation. Geneva: WHO; 2000
19. Tracy JW, Webster LT. Drug used in the chemotherapy of protozoal infections. Dalam: Hardman JG, Limbird LE, penyunting. Goodman & gilman’s the pharmacological basis of therapeutics. Edisi ke-10. New York: McGraw Hill; 2001. h. 1069-95
20. Rosenthal PJ. Antiprotozoal drugs. Dalam: Katzung BG. Basic & clinical pharmacology. Edisi ke-9. Boston: McGraw Hill; 2004. h. 864-75
21. MacLehose HG, Klaes D, Garner P. Amodiaquine: A systematic review of adverse events, 2003.h.1-19 Diunduh dari : http://http://www.who.int/medicines/organization/par/edl/expcom13/exp
com03add. Diakses September 2008
22. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung seto; 2002. h. 259-86
23. Kofoed PE, Puolsen A, Co F, Hedegaard K, Aaby P, Rombo L, et al. No benefits from combining chloroquine with artesunate for three days for treatment of Plasmodium falciparum in Guinea-Bissau. Trans Roy Soc Trop Med Hyg. 2003; 97:429-33
24. Bunnag D, Viravan C, Looareesuwan S, Karbwang J, Harinasuta T. Clinical trial of artesunate and artemether on multidrug resistant falciparum malaria in Thailand. A preliminary report. Southeast Asian J Trop Med Public Health. 1991; 22;380-5
25. Li, G.Q, XB Guo, LC Fu, HX Jian, XH Wang. Clinical trial of artemisinin and its derivatives in the treatment of malaria in China. Trans R Soc Trop Med Hyg. 1994; 88(Suppl.1):S5-S6
26. Alin MH, Kihamia CM, Bjorkman A, Bwijo BA, Premji Z, Mtey GJ, et al. Efficacy of oral and intravenous artesunate in male Tanzanian adults with Plasmodium falciparum malaria and in vitro susceptibility to artemisinin, chloroquine and mefloquine. Am J Trop Med Hyg. 1995; 53:639-45
27. Ezedinachi E. In vivo efficacy of chloroquine, halofantrine, pyrimethamine-sulfadoxine and qinghaosu (artesunate) in the treatment of malaria in Calabar, Nigeria. Cent Afr J Med. 1996;
28. Hasan AM, Ashton M, Kihamia CM, Mtey GJ, Bjorkman A. Multiple dose of pharmacokinetics of oral artemisinin and comparison of its efficacy with that of oral artesunate in falciparum malaria patients. Trans R Soc Trop Med Hyg. 1996; 90:61-5
29. Looaressuwan S, Wilairatana P, Vanijanonta S, Pitisuttithum P, Ratanapong Y, Andrial M. Monotherapy with sodium artesunate for uncomplicated falciparum malaria in Thailand: a comparison of 5-and 7-day regimens. Acta Trop. 1997; 67:197-205
30. Price R, Van VM, Nosten F, Luxemburg C, Brockman A, Phaipun L, et al. Artesunate versus artemether for the treatment of recrudescent multidrug resistant falciparum malaria. Am J Trop Med Hyg. 1998; 59:883-8
31. Staedke SG, Mpimbaza A, Kamya MR, Nzarubara BK, Dorsey G, Rosenthal PJ. Combination treatments for uncomplicated falciparum malaria in Kampala, Uganda : randomized clinical trial. Lancet. 2004; 364:1950-7
32. Menard D, Diane M, Djalle D, Yapou F, Manirakiza A, Dolmazon V, et al. Association of failures of seven-day courses of artesunate in a non-immune population in Bangui, Central African Republic with decreased sensitivity of Plasmodium falciparum. Am J Trop Med Hyg. 2005; 73(3):616-21
33. Ittarat W, Pickard AL, Rattanasinganchan P, Wilairatana P, Looareesuwan S, Emery K et al. Recrudescence in artesunate-treated patients with falciparum malaria is dependent on parasite burden not on parasite factors. Am J Trop Med Hyg. 2003; 68(2):147-52
34. Mutabingwa TK. Artemisinin-based combination therapies (ACTs): Best hope for malaria treatment but inaccessible to the needy! Acta Trop. 2005; 95:305-15
35. Adjuik M, Agnamey P, Babiker A, Baptista J, Borrmann S, Brasseur P, et al. Artesunate combinations for treatment of malaria : meta-analysis. Lancet. 2004; 363:9-17
36. Muheki F, McIntyre D, Barnes KI. Artemisinin-based combination therapy reduces expenditure on malaria treatment in Kwazulu Natal,South Africa. Trop Med Int Health. 2004; 9:959-66
37. Adjuik M, Agnamey P, Babiker A, Borrmann S, Brasseur P, Cisse M et al. Amodiaquine-artesunate versus amodiaquine for uncomplicated Plasmodium falciparum malaria in African children: a randomized, multicentre trial. Lancet . 2002; 359:1365-72
38. Barennes H, Nagot N, Valea I, Koussoube T, Ouedraogo A, Sanou T et al. A randomized trial of amodiaquine and artesunate alone and in combination for treatment of uncomplicated falciparum malaria in children from Burkina Faso. Trop Med Int Health. 2004; 9(4):438-44
39. Koram KA, Abuaku B, Duah N, Quashie N. Comparative efficacy of antimalarial drugs including ACTs in the treatment of uncomplicated malaria among children under 5 years in Ghana. Acta Trop. 2005; 95:194-203
40. Martensson A, Stromberg J, Sisowath C, Msellem MI, Gil P, Montgomery SM. Efficacy of artesunate plus amodiaquine versus that of artemether-lumefantrine for treatment of uncomplicated childhood
Plasmodium falciparum malaria in Zanzibar, Tanzania. Clin Infect Dis. 2005; 41:1079-86
41. Guthmann JP, Cohuet S, Rigutto C, Fortes F, Saraiva N, Kiguli J et al. Short report: high efficacy of two artemisinin-based combinations (artesunate+amodiaquine and artemether+lumefantrine) in Caala,Central Angola. Am J Trop Med Hyg. 2006; 75(1):143-5
42. World Health Organization and United Nations Children Fund, 2005. World Malaria Report III. Global Financing and Service Delivery. Diunduh dari : http://rbm.who.int/wmr2005/html Diakses September 2008
43. Price R, Vugt MV, Phaipun L, Luxemburger C, Simpson J, McGready R, et al. Adverse effects in patients with acute falciparum malaria treated with artemisinin derivatives. Am J Trop Med Hyg. 1999; 60(4):547-55
44. Ndiaye JL, Faye B, Diouf AM, Kuete T, Cisse M, Seck PA, et al. Randomized, comparative study of the efficacy and safety of artesunate plus amodiaquine, administered as a single daily intake versus two daily intakes in the treatment of uncomplicated falciparum malaria. Malar J. 2008; 7:1-9
45. Yeka A, Banek K, Bakyaita N, Staedke SG, Kamya MR, Talisuna A, et al. Artemisinin versus nonartemisinin combination therapy for uncomplicated malaria: randomized clinical trials from four sites in Uganda. PloS Med. 2005; 2(7):654-62
Lampiran 1
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini saya / orang tua dari :
Nama : ... Jenis kelamin: LK / PR
Umur : ...Tahun ...Bulan Alamat : ...
Desa ...Kecamatan ...
Setelah mempelajari dan mendapat penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai penelitian dengan judul ‘Efikasi gabungan artesunate-amodiakuin dengan monoterapi artesunate pada pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi pada anak’
Setelah mengetahui dan menyadari sepenuhnya risiko yang mungkin terjadi, dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengijinkan dengan rela saya / anak saya menjadi subjek penelitian tersebut dengan catatan sewaktu-waktu bisa mengundurkan diri apabila merasa tidak mampu untuk mengikuti penelitian ini.
Demikian pernyataan ini diperbuat dengan sebenarnya dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun juga.
Panyabungan, ...2006
Yang membuat pernyataan
(...)
Saksi :
Kepala Desa / Kepala Puskesmas Peneliti
Lampiran 2
LEMBAR KUESIONER
EFIKASI GABUNGAN ARTESUNATE-AMODIAKUIN DENGAN MONOTERAPI ARTESUNATE PADA PENGOBATAN MALARIA
FALSIPARUM TANPA KOMPLIKASI PADA ANAK
Nomor urut pemeriksaan : ...
Puskesmas : ………. Desa : ... Kecamatan : ... Tanggal : ... Pewawancara : ... Nama lengkap : ... Jenis kelamin : LK / PR Umur : ...Tahun ...Bulan Anak ke : ... dari...bersaudara
Sekolah / kelas : ...
Alamat : Desa ...Kecamatan
...
Pekerjaan orang tua ( ) Petani ( ) Wiraswasta ( ) Pegawai Negeri ( ) Lain-lain ...
Penghasilan orangtua : Rp.../bulan Tingkat pendidikan / orangtua : AYAH IBU ( ) ( ) Tidak sekolah ( ) ( ) Sekolah Dasar ( ) ( ) SLTP ( ) ( ) SLTA ( ) ( ) Perguruan Tinggi Apakah ada makan obat anti malaria dalam 1 bulan terakhir ? ( ) Ya ( ) Tidak
KELUHAN PENDERITA NO KELUHAN H0 H2 H7 H28 1 Demam 2 Sakit Kepala 3 Menggigil 4 Pusing 5 Mual 6 Nyeri epigastrium 7 Muntah 8 Mencret 9 Pucat 10 Lain-lain
PEMERIKSAAN FISIK / LABORATORIUM NO VARIABEL H0 H2 H7 H28 1 Berat Badan 2 Tinggi Badan 3 Frekuensi Jantung 4 Frekuensi Pernafasan 5 Suhu Tubuh 6 Hepar ... cm bac kanan ... cm bac kanan 7 Limpa Schuffner... ... Hacket... ... Schuffner.. ... Hacket... ... 8 Plasmodium falciparum 9 Parasitemia
Lampiran 3
LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANG TUA SUBYEK
Penjelasan kepada orang tua subyek diberikan secara lisan dan dilakukan anamnesis / wawancara dengan keterangan sebagai berikut :
“ Bapak/Ibu, pertama saya akan menjelaskan tentang penyakit malaria. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit malaria yang ditularkan melalui nyamuk Anopheles. Malaria seringkali diawali oleh demam, menggigil, berkeringat, pucat, dan gejala lainnya. Malaria sering diderita oleh penduduk di daerah endemis malaria seperti daerah bapak/ibu. Anak-anak juga dapat terjangkit malaria seperti orang dewasa, namun gejala yang ditimbulkan biasanya lebih berat dan sering menyebabkan ketidakhadiran anak di sekolah, serta mengganggu kegiatan dan perilaku anak di rumah sehari-hari. Bapak/Ibu, setelah saya dapat mengetahui anak Bapak/Ibu menderita malaria dari pemeriksaan darah tepi, dengan persetujuan / kesediaan Bapak/Ibu, maka anak Bapak/Ibu akan kami beri obat yang dapat memusnahkan parasit malaria di dalam tubuhnya, sehingga kita harapkan anak Bapak/Ibu dapat melakukan kegiatan di sekolah dan di rumah dengan baik tanpa ada gangguan akibat malaria. Anak Bapak/Ibu akan saya beri dua jenis obat. Obat pertama akan diminum selama 7 hari dan obat kedua akan diminum selama 3 hari. Saya akan melakukan pemantauan jumlah parasit malaria dari pemeriksaan darah anak Bapak/Ibu pada hari 2, 7 dan 28 setelah minum obat untuk melihat kesembuhan. Dan saya akan mengambil data yang berhubungan dengan pemberian obat yang kami berikan dengan kesembuhan anak Bapak/Ibu dari malaria.
Demikian penjelasan yang dapat saya sampaikan kepada orang tua pasien agar mengerti tindakan apa yang akan dilakukan dan apa manfaatnya.
Medan, Agustus 2006 Peneliti,
Lampiran 5
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : Sisca Silvana
Tanggal lahir : 4 Juni 1980
Tempat lahir : Medan
NIP : -
Alamat : Jl.Kapten Muslim 71, Medan
Nama suami : dr. Alex M.Lumbanraja, Sp.OG
Nama anak : Maxine Nasya Micayla Lumbanraja
Pendidikan
1. Sekolah Dasar di SD St.Yosef Sidikalang, tamat tahun1992
2. Sekolah Menegah Pertama di SMP Putri Cahaya Medan, tamat tahun 1995
3. Sekolah Menegah Atas di SMA Negeri 1 Medan, tamat tahun 1998 4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, tamat
tahun 2004
Riwayat Pekerjaan : - Pendidikan Spesialis
1. Adaptasi di BIKA FK. USU : 01-12-2004 s/d 31-12-2004 2. Pendidikan Tahap I : 02-01-2005 s/d 31-12-2005 3. Pendidikan Tahap II : 02-01-2006 s/d 31-12-2006 4. Pendidikan Tahap III : 02-01-2007 s/d 31-12-2007 5. Pendidikan Tahap IV : 02-01-2008 s/d 31-12-2008
6. Penelitian : Agustus - September 2006