• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. FUNGSI BKM DALAM PROGRAM PENANGGULANGAN

9.1. Kesimpulan

Program penanggulangan kemiskinan di perkotaan, merupakan program pemerintah, yang melibatkan secara langsung masyarakat di tingkat kelurahan / desa sasaran program. Pelaksanaan program tersebut membutuhkan tahapan– tahapan yang dimulai dari sosialisasi program pada masyarakat melalui rembug kesiapan masyarakat, pembentukan badan pengurus (BKM), perencanaan tahapan program dimulai dari identifikasi kebutuhan, perumusan langkah-langkah pemecahan masalah, pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah/ kebutuhan, perencanaan monitoring dan evaluasi, maka dibutuhkan badan keswadayaan masyarakat (BKM) yang mampu menyusun perencanaan program.

Fungsi BKM dalam penanggulangan kemiskinan melalui tahap identifikasi kebutuhan, pelaksanaan perumusan masalah, perencanaan pelaksanaan kegiatan, pelaksanaan monitoring dan evaluasi, yang menghasilkan program pembangunan dalam penanggulangan kemiskinan yang ada di Kelurahan Pakembaran, melalui program asistensi sosial dan jaminan sosial, pemberdayaan sosial, program peningkatan ekonomi mikro dan menengah bagi kelompok swadaya masyarakat (KSM). dari tahapan pelaksanaan dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil identifikasi kebutuhan di Kelurahan Pakembaran diketahui adanya

potensi-potensi lokal yang dapat mendukung kinerja BKM(jumlah warga miskin yang masih banyak dan membutuhkan penanganan secara berkelanjutan (sustainable), jumlah rumah keluarga miskin yang perlu untuk diperbaiki, jumlah lingkungan yang kurang sehat pada tiap-tiap RT dan RW, jumlah masyarakat miskin yang tidak punya pekerjaan, jumlah anak warga miskin yang tidak melanjutkan sekolah, jumlah usia kerja yang masih menganggur. Adanya lembaga keuangan yang bisa diakses oleh masyarakat miskin dengan mudah dan potensi yang ada untuk bisa dimanfaat oleh masyarakat miskin di Kelurahan Pakembaran yaitu, adanya lembaga BKM yang programnya untuk membantu dan meningkatkan penghasilan masyarakat miskin melalui pinjaman bergulir, tersedinya komplek pasar dan ruko yang

ada di wilayah Kelurahan Pakembaran dan wilayahnya, yang bisa dijadikan untuk menjalankan usahanya. Sumber alamnya yang datar yang bisa menghubungkan wilayah didalam kelurahan maupun wilayah disekitarnya untuk melaksanakan program penanggulangan kemiskinan dan memberdayakan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

2. Program P2KP merupakan program pengembangan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat yang dikelola oleh organisasi masyarakat (BKM dan KSM ) berfungsi sebagai wadah perjungan aspirasi masyarakat yang saling mendukung dalam mencapai tujuan pembangunan dan pengentasan kemiskinan bersama, meskipun dalam pelaksanaannya kurang optimal bila dilihat dari peranserta anggota BKM, dalam melaksanakan program penanggulangan kemiskinan melalui perencanaan jangka menengah (PJM Pronangkis) namun hasil dari peran serta BKM dalam penanggulangan kemiskinan sangat dirasakan oleh masyarakat miskin di Kelurahan Pakembaran.

3. Hasil analisis terhadap kinerja anggota BKM dalam melaksanakan program penanggulangan kemiskinan bila dilihat dari peranserta anggota BKM, pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan, pelayanan, dan akuntabilitas dinilai berhasil, terbukti adanya perbaikan rumah keluarga miskin yang di bangun secara total maupun rehab ringan, masuk dalam perencanaan program. Kemudian perencaan perbaikan prasarana lingkungan masyarakat miskin hampir 65 % sudah terbangun melalui dana bantuan langsung masyarakat (BLM), dana program penanggulangan kemiskinan terpadu ( PAKET) yang merupakan dana syering, antara anggaran pemerintah pusat dengan APBD yang merupahan kompetisi bagi BKM, dalam memenuhi persyaratan pada program P2KP, anggaran pembangunan kelurahan dari Pemerintah Kabupaten Tegal, serta dana partisipasi masyarakat di Kelurahan Pakembaran. Tersedianya dana BLM diperuntukkan bagi masyarakat miskin untuk membuka usaha maupun mengembangkan usaha melalui pinjaman bergulir, yang mudah diakses masyarakat. Sebagai pertanggungjawaban BKM terhadap masyarakat dalam menjalankan program penanggulangan kemiskinan setiap

awal tahun, BKM melalukan audit independen dan menjalankan rapat rembug tahunan (RWT)

4. Untuk tahap perencanaan jangka menengah dinilai kurang maksimal dan kurang matang maka perlu pembetulan, karena BKM Kelurahan Pakembaran belum terbiasa melakukan perencanaan program, maka perlu adanya pelatihan perencanaan program yang baik dan efektif untuk menghasilan perencanaan yang benar, sehingga hasil perencanaan jangka menengah tersebut bisa untuk dikomunikasikan kepada instansi-instansi yang ada di Kabupaten Tegal dengan program kerja Dinas instansi pemerintah untuk dijadikan kemitraan program, sinkronisasi program penanggulangan kemiskinan antara anggaran pemerintah pusat dengan pemerintah Daerah Kabupaten Tegal.

5. Kekuatan fungsi BKM dalam program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran, mendapat dukungan dari masyarakat yang menjadi relawan untuk membantu pelaksanaan kegiatan, hasil perencaan jangka menengah (PJM) oleh BKM di terima sebagai usulan rencana strategis(renstra) pembangunan, Kelurahan Pakembaran dalam penanggulangan kemiskinan. prestasi BKM dalam memberdayaan masyarakat mendapat pengakuan dan penilaian dari pemerintah Kabupaten Tegal, Pemerintah propinsi Jawa Tengah dan Konsultan program tingkat pusat sebagai BKM mandiri.

6. Kelemahan BKM dalam melakukan pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Pakembaran, disebabkan anggota BKM yang kebanyakan berpendidikan rendah, dukungan masyarakat non miskin sebagai relawan, kurang pemahaman BKM dan masyarakat dalam melakukan tahap perencanaan pemberdayaan masyarakat miskin, sehingga lapisan-lapisan masyarakat miskin hanya sebagai penerima manfaat program.

7. BKM dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin, di Kelurahan Pakembaran mendapat dukungan masyarakat sebagai relawan dan mendapat dukungan dana bantuan masyarakat langsung dari pemerintah melalui program penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP) dan dana PAKET.

9.2. Rekomendasi

9.2.1. Rekomendasi pada Program Penanggulangan Kemiskinan

Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin yang lebih baik, maka pada program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) dibutuhkan data orang miskin yang jelas, perumusan masalah yang tepat dan perencanaan program yang baik, maka dibutuhkan tenaga dan pemikiran yang berpihak pada masyarakat miskin sebagai penerima program, sehingga program tersebut benar-benar bermanfaat bagi masyarakat miskin yang sangat membutuhkan pertolongan. Rekomendasi yang bertujuan untuk penanggulangan kemiskinan oleh pemerintah baik pusat maupun pemerintah kabupaten/ kota melalui, program-program pengentasan kemiskinan perlu strategi dan perencanaan yang matang serta partisipatif, sehingga proses pembelajaran pada masyarakat untuk meningkatkan rasa kepemilikan, kepedulian masyarakat terhadap program-program pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan menyentuh pada semua lapisan masyarakat .

9.2.2. Sasaran Rekomendasi

1. Bagi Depertemen Pekerjaan Umum ( Cipta Karya )

Program Penanggulaangan Kemiskinan Perkotaan ( P2KP), merupakan program pemerintah yang menjadi program berkelanjutan, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin yang menjadi

bottom up, maka dibutuhkan tahapan-tahapan perencanaan yang partisipatif dan melibatkan semua unsur masyarakat baik sebagai penerima program, pelaku program, pendukung program pada Kelurahan/ Desa sebagai penerima kegiatan. Perlu adanya rekomendasi ke bawah sebagai perumus program, sekaligus penanggungjawab mulai dari konsultan tingkat pusat sampai pada pelaksanaan di tingkat masyarakat penerima program, sehingga ada arahan pendampingan dan pengawasan dalam pelaksanaan kegiatan sampai pada hasil yang dicapai. Untuk melibatkan konsultan manajemen pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, aparat kecamatan sampai pada pemerintah desa /

kelurahan, progam penanggulangan kemiskinan perkotaan diharapkan menjadi payung dari program-program pemerintah yang muaranya berfokus pada penanggulangan kemiskinan.

1. Bagi Konsultan Program

Konsultan Manajemen Pusat (KMP) merupakan penanggungjawab program penanggulangan kemiskinan, yang diberi mandat oleh pemerintah dalam mengelola program penanggulangan kemiskinanan perkotaan. KMP mempuyai wewenang pada masyarakat untuk diberdayakan, yang bertujuan agar masyarakat miskin berdaya dalam pengentasan kemiskinan secara mandiri, melalui partisipasi masyarakat. wewenang konsultan dalam penanggulangan kemiskinan, termasuk di Kelurahan Pakembaran perlu adanya pembelajaran pada BKM, dalam membuat perencanaan program secara partisipaitif, pembuatan proposal program-program yang akan diajukan untuk memperoleh dana bantuan langsung masyarakat dari pemerintah, pelaksanaan program yang dikelola langsung oleh masyarakat sampai pada monitoring dan evaluasi.

2. Bagi Pemerintah Kabupaten Tegal

Program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Tegal merupakan program yang berkelanjutan, perlu mendapat perhatian pula dari pemerintah Kabupaten Tegal yang bertujuan mempercepat pengentasan kemiskinan melalui program-program daerah yang dikerjakan pada masing-masing dinas/ instansi pemerintah, harus menyentuh pada akar permasalahan kemiskinan melalui perencanakan BAPPEDA dengan rencana strategis ( renstra ) Pembangunan Kabupaten. Program percepatan pengentasan kemiskinan daerah di Kabupaten Tegal harus dilakukan dengan dua jalur yaitu melalui jalur Kedinasan pada instansi pemerintah Kabupaten Tegal dan jalur program penanggulangan kemiskinan daerah melalui program pemberdayaan masyarakat miskin P2KP.

9.2.3. Langkah-langkah Rekomendasi

Langkah-langkah rekomendasi dalam penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran yaitu melakulan pembelajaran pada BKM, sebagai pelaksana program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran, harus meyakinkan pada pelaksanaan program pemerintah yang memberi dana anggaran program. BKM harus melakukan tahapan program yang benar dan partisipatif, yang dimulai dari identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, pelaksanaan perencanaan dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi program yang mampu layak jual pada program-program pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan melalui PJM Pronangkis dengan benar. Dengan langkah tahapan perancanaan program yang partisipatif dan benar maka pemerintah lebih percaya dan sesuai program yang sudah digulirkan penanggulangan.

1. Bagi Anggota BKM

Untuk meningkatkan pelayanan, pada masyarakat miskin di Kelurahan Pakembaran, anggota BKM perlu melakukan kerjasama dengan masyarakat ( aparat kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama, masyarakat miskin sendiri), yang merupakan mitra kerja dalam pendampingan bagi masyarakat miskin. BKM dalam melakukan perencanaan program penanggulangan kemiskinan, perlu melibatkan berbagai unsur masyarakat ( relawan yang mempunyai kapasitas teknis dibidangnya, dan masyarakat miskin sendiri ) pendapingan dari konsultan juga di butuhkan untuk teknis perencanaan yang baik.

2. Bagi Fasilitator Kelurahan

Fasilitator Kelurahan sebagai kepanjangan tangan dari konsultan perlu mendampingi dan mengawasi BKM dalam kegiatan perencanaan sampai pada pelaksanaan monitoring dan evaluasi program secara terus menerus dan berkelanjutan. Fasilitator harus melakulan pendewasaan BKM belalui pelatihan-pelatihan kegiatan dan mengadakan studi banding pada BKM yang berprestasi.

3. Bagi Masyarakat Miskin dan aparat setempat :

Memberi dukungan dan Kerjasama dalam menyusun perencanaan program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran, sehingga BKM dalam pelaksanaan program lebih maksimal dan tepat pada sasaran program.

DAFTAR PUSTAKA

Darmajanti, Linda,2002. Kehidupan berorganisasi sebagai Modal Sosial Komunitas Jakarta, Jurnal Sosiologi Edisi No.11

Hasbulah Jousaeri, 2006, Social Capital, menuju keunggulan budaya manusia Indonesia. United press Jakarta

Hikmat Herry, 2001. strategi Pemberdayaan masyarakat. Humaniori Utama Press Bandung.

Israel Asturo, 1992. Pengembangan Kelembagaan, LP3ES. Jakarta

Kolopaking,Lala M, 2003. Organisasi dan Birokrasi.Sosiologi umum Jurusan Sosek IPB dan pustaka wirausaha Muda Bogor

Kolopaking Lala M. 2007. Pengembangan Masyarakat dan Kelembagaan Pembangunan. Bahan perkuliahan.

Khairuddin, 2000. Pembangunan Masyarakat, Liberti Yogyakarta

Mudiyono dkk. 2005. Dimensi-Dimensi Masalah Sosial dan Pemerdayaan Masyarakat, APMD Press Yogyakarta

Nasdian Tonny Fredian & Dharmawan Hadi Arya.2007, Sosiologi untuk pengembangan masyarakat, modul perkulihan

N. Burhan, 1984. Perencanaan Strategis, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta Rusli Said. 1996. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES, Jakarta

Steers, M, Richard. 1985. Efektifitas Organisasi, Erlangga, Jakarta

Proyek P2KP, Pedoman Teknis P2KP tahap II Direktorat Jenderal Perumahan dan Pemukiman. Depkimpraswil Jakarta

Proyek PNPM ,2007. Petunjuk Pelaksanaan PNPM Mandiri-P2KP. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya

Sukanto. 1986. Sosiologi suatu pengantar, Rajawali press Jakarta.

Suharto, 1997. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Refika Aditama, Bandung.

---, 2000. Pengetahuan keterampilan, mengidentifikasi dan merumuskan masalah. Bahan perkuliahan tidak dipublikasikan

LAPIRAN FOTO

KEGIATAN KAJIAN PENGEMBANGAN

MASYARAKAT

LAMPIRAN FOTO KEGIATAN

Wawancara mendalam bersama anggota BKM Kel.Pakembaran

Anggota BKM Pakembaran dalam pertemuan rutin untuk merencanakan program-programnya.

Bangunan rumah keluarga miskin yang dibiayai oleh P2KP

TAHAP PERBAIKAN GUMAH GAKIN MELALUI P2KP DI KELURAHAN PAMENBARAN

RINGKASAN

SUDARMAN. Fungsi Badan Keswadayaan masyarakat (BKM) dalam Penanggulangan Kemiskinan ( Studi Kasus Kelurahan Pakembaran Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah ) dibimbing oleh NURAINI W PRASODJO dan MARJUKI.

Kajian pengembangan masyarakat ini bertujuan untuk (1) menjelaskan Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat di Kelurahan Pakembaran, (2) mejenlaskan hasil pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat di Kelurahan Pakembaran dan (3) menyusun strategi pemberdayaan Badan Keswadayaan Masyarakat.

Kajian pengembangan masyarakat ini dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama melakukan kajian pendahuluan dengan cara wawancara dan observasi langsung pada pihak-pihak yang terkait. Tahap kedua yaitu menyusun strategi pemberdayaan BKM dengan cara diskusi kelompok (partisipasi) bersama anggota Badan Keswadayaan Masyarakat.

Hasil kajian pengembangan masyarakat ini menunjukkan bahwa : (1) Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat di Kelurahan Pakembaran adalah mengidentifikasi masalah, mendampingi Kelompok Swadaya Masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemecahan masalah, memantau dan mengevaluasi kegiatan pemecahan masalah. Dalam menjalankan fungsinya, Badan Keswadayaan Masyarakat mengalami kendala dalam hal, (a) kurang melibatkan masyarakat miskin secara langsung, (b) kurang mampu merencanakan langkah-langkah perencanaan program, (c) kurang mampu mengidentifikasi relawan potensial, (d) masih tergantung pada fasilitator kelurahan dalam mendisiplinkan jadwal kerja, (e) tidak ada sistem imbalan bagi anggota BKM, (f) terdapat konflik antara anggota Badan Keswadayaan Masyarakat dengan perangkat kelurahan akibat kecemburuan sosial. (2) Hasil pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat berupa (a) perbaikan perumahan keluarga miskin, (b) perbaikan prasarana lingkungan, (c) pelatihan ketrampilan kerja dan penyediaan finansial usaha. Kegiatan perbaikan rumah pada tahun 2004-2009 hanya terealisasi 70 %, perbaikan prasarana lingkungan tahun yang sama terealisasi 66 %, pelatihan keterampilan pada tahun 2007-2009 terealisasi 75 %, sedangkan penyediaan dana pada periode yang sama terealisasi sebanyak 63 %. (3) Strategi pemberdayaan yang diusulkan berkenaan dengan masih adanya kendala yang dihadapi Badan Keswadayaan Masyarakat yaitu : (a) mengoptimalkan peran anggota Badan Keswadayaan Masyarakat dengan cara melakukan pertemuan rutin yang diikuti juga perangkat kelurahan dan perwakilan Kelompok Swadaya Masyarakat, hal ini dilakukan agar menghilangkan kesenjangan sosial dan meningkatkan partisipasi masyarakat, (b) menyepakati sistem imbalan bagi anggota Badan Keswadayaan Masyarakat, (c) mengadakan pelatihan tentang perencanaan program yang diikuti oleh anggota Badan Keswadayaan Masyarakat, perangkat kelurahan dan relawan di luar anggota Badan Keswadayaan masyarakat, (d) membentuk kepengurusan baru pada unit-unit pelaksana di tingkat RW, (e) membangun kemitraan dengan lembaga keuangan tingkat Kabupaten Tegal untuk memperluas jangkauan pelayanan modal usaha, (f)

meningkatkan koordinasi dengan aparat kelurahan , tokoh masyarakat untuk menghilangkan konflik dan kecemburuan sosial.

Kata kunci : (1) Pengembangan masyarakat, (2) Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat.

ABSTARCT

SUDARMAN. The Functions of Self-Supporting Community Body (BKM, Badan Keswadayaan Masyarakat) in Poverty Alleviation (A Case Study of Kelurahan Pakembaran, Slawi Subdistrict, Tegal Regency, Central Java Province) supervised by NURAINI W PRASODJO and MARJUKI.

The community development study was aimed at (1) explaining the functions of Selt supporting Community Body at Kelurahan Pakembaran, (2) explaining the results of a poverty alleviation program implementation by Self-supporting Community Body at Kelurahan Pakembaran, and (3) formulating an empowerment strategy of Self Supporting Community Body.

The results of this community development study showed that: (1) The functions of Self-Supporting Community Body at Kelurahan Pakembaran were to identify problems, to assist the group of Self-Supporting Community in problem solving, to control and evaluate the activity of problem solving. In carrying out the functions, Self-Supporting Community Body had two constraints, namely: (a) the low direct involvement of the poor community, (b) the low ability to plan the measures of program planning, (c) the low ability to identify potential volunteers, (d) each depending on a facilitator from Kelurahan to discipline working schedules, (e) no reward system for BKM members, and (f) the emergence of a conflict between BKM members and Kelurahan officers due to social jealousy. (2) The results of the poverty alleviation activities by Self-Supporting Community Body were in form of (a) the housing improvement of poor families, (b) the improvement of environmental infrastructure, (c) job training and working capital provision. The realization of housing improvement during the 2004-2009 period was only 70%, the Improvement of environmental infrastructure the same year was 66%, and job training for the 2007-2009 period was 63% (3) The empowerment strategy recommended regarding the constraints faced by Self-Supporting Community Body, namely: (a) to optimize the role of the members of Self-Supporting Community Body through regular meetings attended by the Kelurahan officers and the representatives of Self-Supporting Community Body for the purpose of minimizing the social gap and increasing the community participation, (b) to have an agreement on the reward system for the members of Self-Supporting Community Body, (c) to organize a job training on program planning which is followed by the members of Self-Supporting Community Body, the Kelurahan officers, and the volunteers outside the members of Self-Supporting Community Body, (d) to form a new management in the operating units at RW level, (e) to establish a partnership with a financial institution at Tegal Regency level to extend the range of working capital service, (f) to increase the coordination with Kelurahan officers and public figures to overcome a conflict and social jealousy.

Keywords: 1) Community Development, 2) The function of self-supporting community Body.

RINGKASAN

SUDARMAN. Fungsi Badan Keswadayaan masyarakat (BKM) dalam Penanggulangan Kemiskinan ( Studi Kasus Kelurahan Pakembaran Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah ) dibimbing oleh NURAINI W PRASODJO dan MARJUKI.

Kajian pengembangan masyarakat ini bertujuan untuk (1) menjelaskan Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat di Kelurahan Pakembaran, (2) mejenlaskan hasil pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat di Kelurahan Pakembaran dan (3) menyusun strategi pemberdayaan Badan Keswadayaan Masyarakat.

Kajian pengembangan masyarakat ini dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama melakukan kajian pendahuluan dengan cara wawancara dan observasi langsung pada pihak-pihak yang terkait. Tahap kedua yaitu menyusun strategi pemberdayaan BKM dengan cara diskusi kelompok (partisipasi) bersama anggota Badan Keswadayaan Masyarakat.

Hasil kajian pengembangan masyarakat ini menunjukkan bahwa : (1) Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat di Kelurahan Pakembaran adalah mengidentifikasi masalah, mendampingi Kelompok Swadaya Masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemecahan masalah, memantau dan mengevaluasi kegiatan pemecahan masalah. Dalam menjalankan fungsinya, Badan Keswadayaan Masyarakat mengalami kendala dalam hal, (a) kurang melibatkan masyarakat miskin secara langsung, (b) kurang mampu merencanakan langkah-langkah perencanaan program, (c) kurang mampu mengidentifikasi relawan potensial, (d) masih tergantung pada fasilitator kelurahan dalam mendisiplinkan jadwal kerja, (e) tidak ada sistem imbalan bagi anggota BKM, (f) terdapat konflik antara anggota Badan Keswadayaan Masyarakat dengan perangkat kelurahan akibat kecemburuan sosial. (2) Hasil pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat berupa (a) perbaikan perumahan keluarga miskin, (b) perbaikan prasarana lingkungan, (c) pelatihan ketrampilan kerja dan penyediaan finansial usaha. Kegiatan perbaikan rumah pada tahun 2004-2009 hanya terealisasi 70 %, perbaikan prasarana lingkungan tahun yang sama terealisasi 66 %, pelatihan keterampilan pada tahun 2007-2009 terealisasi 75 %, sedangkan

penyediaan dana pada periode yang sama terealisasi sebanyak 63 %. (3) Strategi pemberdayaan yang diusulkan berkenaan dengan masih adanya kendala yang dihadapi Badan Keswadayaan Masyarakat yaitu : (a) mengoptimalkan peran anggota Badan Keswadayaan Masyarakat dengan cara melakukan pertemuan rutin yang diikuti juga perangkat kelurahan dan perwakilan Kelompok Swadaya Masyarakat, hal ini dilakukan agar menghilangkan kesenjangan sosial dan meningkatkan partisipasi masyarakat, (b) menyepakati sistem imbalan bagi anggota Badan Keswadayaan Masyarakat, (c) mengadakan pelatihan tentang perencanaan program yang diikuti oleh anggota Badan Keswadayaan Masyarakat, perangkat kelurahan dan relawan di luar anggota Badan Keswadayaan masyarakat, (d) membentuk kepengurusan baru pada unit-unit pelaksana di tingkat RW, (e) membangun kemitraan dengan lembaga keuangan tingkat Kabupaten Tegal untuk memperluas jangkauan pelayanan modal usaha, (f) meningkatkan koordinasi dengan aparat kelurahan , tokoh masyarakat untuk menghilangkan konflik dan kecemburuan sosial.

Kata kunci : (1) Pengembangan masyarakat, (2) Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Belajar dari pengalaman program penanggulangan kemiskinan yang di gulirkan pemerintah selama ini bersifat sentralistrik dan tidak partisipatif sering kurang berhasil. Program tersebut mulai dari impres desa tertinggal (IDT) yang dilengkapi dengan bantuan infrastruktur pedesaan melalui pembangunan prasarana desa tertinggal (PPPDT) dan program jalan poros desa (PPJPD). Program yang sudah berjalan tersebut dinilai tidak mampu untuk menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Dari pengalaman tersebut, saat ini pemerintah mengembangkan program pemberdayaan masyarakat yang lebih partisipatif. Diantara program-program pemberdayaan tersebut adalah Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dimulai tahun 1999-2009 dengan tujuan mengatasi dampak krisis moneter yang berkepanjangan.

Tujuan dari pemerintah dalam Program P2KP adalah untuk menanggulangi kemiskinan pada pasca krisis melanda Indonesia tahun 1996. Akibat krisis pada tahun 1996 penduduk miskin dan nyaris miskin mencapai 22 juta jiwa atau 11 persen dan pada tahun 1997 penduduk miskin dan nyaris miskin meningkat dua kali lipat menjadi 49,5 juta jiwa. Pada puncak krisis moneter tahun 1998-2005 jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 65 juta jiwa dan penduduk nyaris miskin 25,5 juta jiwa. Akibat peningkatan kemiskinan berdampak pada semakin buruknya kondisi sosial, ekonomi dan budaya. 150 kota dan kabupaten ditengarai terjadi rawan gizi, angka pengangguran meningkat hingga 13,8 juta jiwa dll ( BPS, 2005).

Dalam kurun waktu 10 tahun pembangunan pasca krisis dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia, jumlah penduduk miskin menjadi 62 juta jiwa dari 242 juta jiwa, mereka adalah penduduk yang tingkat pendidikannya rendah, tidak memiliki aset produksi dengan kekuatan sendiri, kebanyakan tinggal di desa dan tidak memiliki keterampilan. ( Tim Pengendali PNPM Mandiri, 2008). Upaya pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan adalah membentuk Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) untuk memberdayakan

masyarakat miskin melalui usaha bersama masyararakat, dengan melibatkan pemerintah setempat dan pihak swasta secara mandiri dan berkelanjutan. Untuk menangani program tersebut, di tingkat kelurahan oleh pemerintah dibentuk kelembagaan masyarakat yang disebut Badan Keswadayaan masyarakat. Fungsinya untuk membantu masyarakat miskin dalam menghadapi masalah kemiskinan melalui pemberdayaan, agar mereka mampu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui program-program yang diberikan

Dokumen terkait