• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

(1) Jenis dan kedalaman perairan tempat pemasangan atraktor berpengaruh tehadap penempelan telur cumi-cumi

(2) Telur cumi-cumi hanya menempel pada atraktor berpenutup karung goni

(3) Telur cumi-cumi menempel di atraktor pada kedalaman 4 hingga 5 m di atas dasar perairan

(4) Telur cumi-cumi menempel di atraktor pada waktu malam hari

(5) Telur cumi-cumi menetas pada hari ke dua puluh delapan hingga hari ke tiga puluh

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :

(1) Penggunaan atraktor untuk mengumpulkan telur cumi-cumi dari alam lebih efektif dilakukan pada musim pemijahan cumi-cumi bulan Agustus hingga September

(2) Diperlukan penelitian tentang aspek biologi reproduksi cumi-cumi dan kemungkinan pembudidayaannya di Teluk Mutiara Kabupaten Alor.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, T, Gunarto, D. Pongsapan, A. G. Mangawe, M. Silele, M. I. Madeli, Muharijadi, E. Danakusumah. 1996. Penelitian Reproduksi dan Pemeliharaan Larva cumi-cumi Sebagai Upaya Menggali Pertumbuhan Produksi Pangan Baru. [Laporan Hasil Penelitian]. Maros : Balai Penelitian Perikanan Pantai. 27 hal.

Anonymous, 1989. Market Studi : Squid, Cuttle Fish and Octopus. A Study of The World Market for Cephalopods. Geneva : International Trade Center UNCTAD / GATT. 199 p

Anonymous, 1994. Offshore and Inshore Fisheries Development and Technologies. Squid Species. Ontario : Communications Directorate Department of Fisheries and Oceans.p 1-5.

Bandel, K and S. v. Boletzky. 1979. Comparativ Study of The Structure, Development, and Morphologycal Relationshipp of Chambered Cephalopod Shells. Veliger 21 (3) : 313-354

Bapedalda Kabupaten Alor. 2000. Strategi Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kalabahi : Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten Alor. 70 hal.

Barnes, R. D. 1987. Invertebrate Zoology. Fish Edition. Philadelphia : Sounders College Publishing.

Boletzky, S.v. 1977. The Biology of Cephalopods. Post-hatching Behaviour and More of Life in Cephalopods.England : Academic Press. P 557 - 567.

Boletzky, S.v. 1998. Cephalopod Eggs and Masses. Oceanography and Marine Biology : an Annual Review 36 : 341 – 371

Brandt, A. v. 1984. Fish Catching Methods of The World. 3rd Edition. England: Fishing News Books Ltd. 418 p.

Brodziak, J and L. Hendrickson. 1999. An Analysis of Environmental Effects on Survey Sathes of squid Loligo pealey and Illex illebrosus in The Northwest Atlantic. Fis.Bull. 97 : p 9-24.

Buchsbaum, R., M. Buchsbaum, J. Pearse and V. Pearse. 1987. Animal Without Backbones. 3 rd Edition. Dhicago : The University of Ghicago Press.

Danakusumah, E., A. Mansur dan S. Martinus 1995. Studi Mengenai Aspek-aspek Biologi dan Budidaya Cumi-cumi Sepioteuthis lessoniana LESSON . I Musim Pemijahan. Prosiding. Seminar Kelautan Nasional 15-16 November 1995. Jakarta : BPPT. 17 hal

Danakusumah, E. Mansur dan S. Martinus 1997. Studi Mengenai Aspek-aspek Biologi dan Budidaya Cumi-cumi Sepioteuthis lessoniana. II.

Pengaruh Pergantian Air Terhadap tingkat Penetasan Telur Cumi- cumi. [Makalah]. Bandar Lampung : Prosiding Seminar Nasional Biologi XV, 24-26 Juli 1997. p 868-871.

Direktorat Jenderal Perikanan. 1987. Penyebaran Beberapa Sumber Perikanan di Indonesia. Jakarta : Departemen Pertanian. 43 hal.

Djajasamita, M., S. Soemodiharjo, dan B. Sudjoko. 1993. Status sumberdaya Cephalopoda di Indonesia. Panitia Nasional Program MAB Indonesia. Jakarta : LIPI.

Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Jogjakarta : Yayasan Pustaka Nusatama. 163 hal.

FAO. 1984. FAO Spesies Cataloque Vol 13. Cephalopods of The World. FAO Fisheries Synopsis No.125 (3). 274 p.

Field, W. G. 1965. The Strukture, Development, Food Relation, Reproduction, and Life History of The Squid, Loligo opalescens Berty. California : California Dept. Fish and Game, Fish Bull. 131 : 1-108.

Gappindo. 1999. Cephalopoda Suatu Industri dalam Masalah. Buletin Gappindo. Edisi Januari 1999. 34 -37.

Gunarso, W dan F. Purwangka. 1998. Cumi-cumi dan Kerabatnya. Biologi, Penangkapan, serta Prospek Bisnisnya. Bogor : Laboratorium Tingkah Laku Ikan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. 228 hal.

Hamzah, M.S. 1993. Pengamatan Tentang Perkembangan dan Kecepatan Penetasan Telur Sotong Buluh, Sepioteuthis lessoniana LESSON Pada Dua Kedalaman yang Berbeda di Teluk Un, Tual. Balai Litbang Sumberdaya Laut Puslitbang Oseanologi LIPPI Ambon. Ambon. Hal : 73-80

Hartati, S.T. 1998. Fluktuasi Musiman Hasil Tangkapan Cumi-cumi (Loligonidae) di Perairan Selat Alas, Nusa Tenggara Barat. [Tesis]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 64 hal

Hegner, R.W., and J. G. Engemann. 1989. Invertebrate Zoology. 2 nd Edition. New York : Macmillan Publishing Co., Inc. 619 p.

Johnson, H. Willis., E. D. Louis., W. C. Elliot., A. C. Thomas. 1977. Principle of Zoology. New York : Holt, Rinehart and Winston Inc.

Kreuzer, R. 1984. Squid – Seafood Extraordinaire. Infofish 6 (86) : 29-32

Krissunari, D. 1987. Kebiasaan Makanan dan Pertumbuhan Cumi-cumi (Loligo edulis, Hoile) di Perairan Pulau Rambut, Kepulauan Seribu. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. 60 hal

Nabhitabhata, J. 1983. Eksternal Sex Characteristics and Seksual activities of Long Finned Squid, Sepioteuthis lessoniana LESSON. Technical Paper Rayong Brackishwater Fisheries Station : Brackishwater Fisheries Division, Departmen of Fisheries (1). 28 p.

Nabhitabhata, J. 1996. Life Cycle of Cultured Big Fin Squid, Sepioteuthis lessoniana LESSON. Phuket : Phuket Marine Biology Center. Special Publication 25 (1) : p 91 -99.

Nasoetion, A. H dan Barizi. 1980. Metode Statistik untuk Menarik Kesimpulan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 223 hal.

Nateewathana, A. 1997. Systematic of Cephalopoda (Mollusca) of The Andaman Sea Thailand. Denmark. PhD Disertation [unpublicated]. Institute of Natural Science, Faculty of Natural Science, University of Aaurnus. 347 p

Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis (diterjemahkan oleh M. Eidman, Koesbiono dan D. G. Bengen). Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. 480 hal

Pongsapan, D.S., Usman, dan T. Ahmad. 1995.Pengaruh Padat Tebar Induk Sotong Buluh Sepioteuthis Lessoniana terhadap pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan Jumlah Telur dalam Keramba Jaring Apung. [Laporan Hasil Penelitian]. Maros : Balai Penelitian Perikanan Pantai Maros. Hal. 83 – 91

Raharjo, S dan D. G. Bengen. 1984. Studi Beberapa Aspek biologi Cumi-cumi (Loligo sp) di Perairan Gugus Kepulauan Seribu. [Laporan Penelitian]. Bogor : Fakultas perikanan, Institut Pertanian Bogor.

Roper, C.F.E.; M.J. Sweeney and C.E. Nauen, 1984. Cephalopods of The World. FAO Species Catalogue of Interest to fisheries, FAO fisheries Synopsis., 3 (25). 277 p.

Sauer, W.H.H, M.R. Lipinski and C.J. Augustyn. 1999. Tag Recapture Studies of The Chokka Squid Loligo vulgaris reynaudii d’Orbigny, 1845 on inshore spawning ground on the south-east coast of south Africa. Fisheries Research (45) : p 283-289.

Segawa, S. 1987. Life History of Oval Squid Sepoteuthis lessoniana in Kominato and Adjacent Waters Central Honsu, Japan. Tokyo. Journal of Tokyo University of Fisheries. 74 (2) : 67 – 105

Soewito, A. P. Dan B. Syarif. 1990. Uji Coba Pancing Cumi-cumi”Squid Jigger” di Perairan Laut Cina Selatan dan Kalimanatan Barat. Semarang : Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. 32 hal.

Sudjoko, B. 1988. Cumi-cumi (Cephalopoda Molusca) Sebagai Salah Satu Makanan dari Laut. Jakarta : Oseana (13) : p 97 – 107

Tasywiruddin M.T. 1999. Sebaran dan Kelimpahan Cumi-cumi (Loligo edulis Hoyle, 1885) berdasarkan jumlah dan posisi lampu pada operasi penangkapan dengan payang oras di perairan selat Alas, Nusa Tenggara Barat. [Thesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 52 hal.

Tulak, D. C, 1999. Pengamatan Substrat Penempelan Telur Cumi-cumi Sirip Besar (Sepioteuthis lessoniana, LESSON ) di Habitat Pemijahan Perairan Teluk Banten. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. 34 hal.

Warsiati, 2003. Analisis Morfometrik Cumi-cumi Sirip Besar (Sepioteuthis lessonniana, LESSON) di Teluk Banten, Serang, Banten. [skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelatuan, Institur Pertanian Bogor. 50 hal.

Lampiran 1 Foto bentuk keramba pemeliharaan cumi-cumi

Keterangan : A = Keramba, B = Tempat penetasan, C = Penutup keramba

Lampiran 2 Foto pengangkutan atraktor dengan perahu

Lampiran 3 Foto pengukuran parameter oseanografi

Lampiran 4 Data parameter oseanografi setiap minggu selama penelitian Waktu Minggu Harian Suhu ( o C) Salinitas (ppt) DO (mg/liter) pH Pagi 25.9 32.1 7.03 8.17 Siang 28.9 31.6 8.9 8.12 Minggu I Sore 30.49 32.5 7.65 8.13 Pagi 26 32.2 7.04 8.19 Siang 29 31.7 8.92 8.1 Minggu II Sore 30.4 32.4 7.59 8.12 Pagi 25.7 32.29 7.03 8.22 Siang 29.11 31.4 8.89 8.18 Minggu III Sore 30.8 32.4 7.58 8.2 Pagi 26.01 32.1 7.02 8.19 Siang 28.9 31.48 8.9 8.01 Minggu IV Sore 30.29 32.5 7.62 8.13 Pagi 25.82 32.19 7.03 8.16 Siang 29 31.51 8.9 8.11 Minggu V Sore 30.2 32.41 7.45 8.14 Pagi 25.92 32.4 7.04 8.18 Siang 29.1 31.61 8.9 8.15 Minggu VI Sore 30.3 32.45 7.62 8.18 Pagi 25.91 32.59 7.04 8.19 Siang 29.1 31.2 8.94 8.13 Minggu VII Sore 30.8 32.9 7.68 8.13 Pagi 25.91 32.5 7.05 8.19 Siang 28.9 31.49 8.92 7.99 Minggu VIII Sore 30.73 33.2 7.61 8.12

Lampiran 5 Uji rata-rata dengan uji - t

PERLAKUAN

Dengan penutup Karung Goni Tanpa Penutup Karunng Goni ULANGAN Permukaan (0-1 m) Tengah (2-3 m) Dasar (4-5) Permukaan (0-1 m) Tengah (2-3 m) Dasar (4-5 m) 1 - - 125 - - - 2 - - 53 - - - 3 - - 150 - - - 4 - - 75 - - - Rata-rata - - 100,75 - - - Contoh : Diketahui :

- Atraktor berpenutup karung goni di dasar (kedalaman 4-5 m) = X1

- Atraktor tidak berpenutup karung goni di dasar (kedalaman 4 -5 m) = X2

Perhitungan : 4 75 150 53 125 1 + + + = − X = 100, 75 0 2 = − X 4 ) 403 ( ) 75 ( ) 150 ( ) 53 ( ) 125 ( 2 2 2 2 2 1= + + + − SS = 5956,75 0 2 = SS 4 1 4 1 2 4 4 0 75 , 5956 2 1 + − + + = −SX X SX = 62,049 = 7,88 t hit = 88 , 7 75 , 100 = 12,78 (dk = n-1); 4 - 1 = 3 t tabel 0,05 = 2,35

t hit > t table 0,05 ; tolak Ho : yang berarti ada pengaruh tipe dan kedalaman pemasangan atraktor terhadap penempelan telur cumi-cumi.

Lampiran 6 Foto telur cumi-cumi menempel pada atraktor tipe tertutup

GLOSARIUM

Glosarium atau terminologi yang berhubungan dengan cumi-cumi, tertulis di dalam tesis dan tercantum di bawah ini menurut Roper et al. 1984, Djajasasmita et al. (1993) dan Nateewathana (1997) sebagai berikut :

Chorion : Selubung kedua pada kapsul telur cephalopoda yang disintesis dan disekresikan oleh sel-sel folikel selam oogenesis/viteigenesis

Funnel : Corong, tabung berbentuk kerucut yang terletak ada bagian ventral tubuh , tempat lewatnya air yang berasal dari rongga mantel selama pergerakan dan respirasi

Gladius :Kepingan khitin berbentuk seperti bulu sayap atau batang yang melengkung bagian dorsal cumi-cumi

Gonopore : Lubang saluran kelamin

Hectocotylus : Hektokotil, satu atau beberapa lengan cephalopoda jantan yang bermodifikasi untuk memindahkan spermatofora ke rubuh betina

Inkubasi : Pengeraman

Mantle : Mantel, bagian tubuh cephalopoda berbentuk seperti kantung terdiri dari otot-otot, berisi berbagai organ tubuh (insang, organ reproduksi) Nidamental : Organ seksual sekunder

Oviduct : Saluran telur

Spermatophore : Spermatofora, struktur berbentuk tabung yang dihsilkan oleh cephalopoda jantan untuk membungkus sperma, setiap spermatofora berisi berjuta-juta sperma yang akan dipindahkan kepada betina

Tentacle : Tentakel, sepasang lengan yang memanjang (pada sepioidea dan teutthoidea) yang lebih panjang daripada lengan-lengan yang lain, dapat ditarik dan diulurkan, digunakan untuk menangkap mangsa

Dokumen terkait